Jieun masih di depan lobby hotel saat hujan mengguyur. Ia memutuskan untuk menunggu di luar karena beberapa pegawai hotel terlihat mengamatinya dengan penuh curiga, setelah hampir tiga jam ia duduk berdiam di dalam lobby hotel tersebut.
Akhirnya ia keluar dan duduk menepi di bagian luar ujung hotel. Kemana Jungkook meninggalkannya? Bahkan pria itu tak mengangkat teleponnya. Jae in menghubunginya mengatakan bahwa Namjoon masuk rumah sakit karena itu Nara harus meninggalkan hotel. Tapi Jungkook bahkan tak tampak sejak Jieun keluar dari kamar mandi. Ponsel pria itu mati, dan anehnya kenapa Jieun masih tetap menunggu disini. Entahlah, ia merasa tak bisa meninggalkan tempat ini, bukannya Jungkook berjanji untuk menunggunya di lobby?
****Akhirnya Nara berhasil menemukan ruangan dimana Namjoon mendapatkan perawatan. Jae in dan Sejin juga telah ada di sana.
Jungkook memutuskan untuk menunggu di luar tanpa masuk, bisa ia lihat bagaimana Nara menangis sambil memeluk suaminya yang malah tersenyum lebar. Namjoon hanya mengalami kecelakaan kecil, tangannya tergores karena sebuah motor menyerempetnya di basement kantor. Semua panik karena kejadian itu terekam media dan seperti biasa mereka melebih-lebihkan berita hingga Namjoon harus berakhir di ruang rawat rumah sakit ini. Padahal awalnya ia ingin langsung pulang saja, menyusul istrinya meninjau persiapan resepsi mereka.
Obrolan Namjoon dan Nara lalu gelak tawa Sejin dan Jae in bisa jelas Jungkook dengar tapi hatinya masih saja terluka. Mendengar tawa renyah Nara setelah kepanikan wanita itu sepanjang jalan tadi membuat Jungkook merasa ia sangat menyedihkan.
"Jungkook-a!."
Jungkook yang sedari tadi menunduk itu mendongakkan kepalanya saat mendengar seseorang memanggilnya, Seokjin ada di hadapannya menatapnya penuh prihatin. Jungkook benci ini, ia benci dikasihani.
"Kau mau susu panas, temani aku minum kopi, ayo, aku akan mentraktirmu susu hangat."
********
"Hyung pasti melihatku tampak menyedihkan?."
Akhirnya Jungkook membuka suara saat Seokhin membiarkannya berdiam beberapa lama. Mereka sedang ada di restoran VVIP yang dimiliki rumah sakit yang cukup besar ini. Profesi keduanya tak bisa membuat Seokjin maupun Jungkook mengunjungi cafe atau kantin di rumah sakit itu seperti kebanyakan orang.
"Kau tahu Jungkook-a, saat kau pulang dari wajib militer, aku mengkhawatirkan banyak hal. Tentang perasaanmu pada Nara, tentang hubunganmu dengan Namjoon. Juga keputusan tentang keberadaanmu di dalam Bangtan, " Seokjin berhenti sejenak menyedot es kopi miliknya, memutar gelas kopinya hingga terdengar gemericik es batu. Sama seperti Yoongi, ia penikmat es kopi mesti dicuaca dingin sekalipun.
"Tapi kekhawatiran itu hilang saat kau memutuskan untuk bergabung dengan Namjoon di perusahaannya. Kau tak pernah sekalipun menolak kunjungan Nara dan Namjoon di akademi, aku berfikir semua telah baik-baik saja. Tapi apa yang aku lihat di depan kamar rawat Namjoon tadi membuat aku kebingungan. Apakah kau berusaha menipu semua orang dengan berusaha terlihat baik-baik saja?."
"Aku melihat bagaimana terlukanya Nara saat berpisah dengan Namjoon Hyung, aku juga menjadi saksi bagaimana hancurnya Namjoon Hyung saat kehilangan Nara. Aku menyadari banyak hal, aku mengetahui semuanya. Tapi kenapa masih terasa sulit untuk berpaling dari perasaanku untuk Nara, Hyung."
Seokjin menghela nafasnya, ia tak berbakat dalam urusan asmara. Apalagi saat melihat betapa rumitnya hubungan percintaan ke enam adiknya. Seokjin mulai beefikir untuk melajang seumur hidupnya saja.
"Hoseok pernah mengatakan ini padaku "Tidak salah bila kita mencintai orang lain yang bukan ditakdirkan untuk kita. Tunggu saja, kau tak perlu berlari untuk menghindar, akan datang waktu dimana orang lain akan membuat dadamu berdetak lebih cepat. Tapi untukmu, butuh waktu lama untuk menyadari bahwa itu adalah cinta" Jadi Jungkook-a, bukan semua cinta yang berhasil itu hadir untuk pertama kali kadang bahkan itu datang terlalu terlambat hingga kita tak menyadarinya."
"Jantung yang berdetak lebih cepat?, " Jungkook bergumam.
"Namjoon bahkan mengatakan padaku tak bisa bernafas dan terasa sesak saat Nara meninggalkannya, apa itu masuk akal? Yoongi juga bilang dadanya serasa mau meledak saat berciuman dengan Yoora setelah mereka terpisah selama sepuluh tahun, ahhh semuanya terasa aneh bagiku."
Jungkook tiba-tiba teringat sesuatu saat Seokjin menyebutkan tentang ciuman. Astaga, bagaimana bisa ia melupakan tentang Jieun, ia meninggalkan gadis itu di hotel kan?
"Hyung aku harus pergi!!, "dengan terburu-buru Jungkook mengenakan Coat dan maskernya.
"Kau hendak kemana?."
"Aku meninggalkan gadis yang membuat jantungku berdetak lebih cepat beberapa jam yang lalu, hubungi aku bila Namjoon Hyung sudah pulang Hyung, " Jungkook segera berlari tanpa menunggu jawaban dari Seokjin.
******
Dada Jungkook sakit saat melihat Jieun tengah duduk berjongkok dengan sebuah payung yang menaunginya, Gadis itu berada sedikit jauh dari pintu amsuk hotel, berjongkok di pinggiran dan tampak kelelahan. Diluar tengah hujan dan ini sudah terlalu lama sejak ia melupakan gadis itu dan menyetir mengantarkan Nara ke rumah sakit. Setelah begitunlama kenapa Jieun masih saja duduk disana harusnya ia pulang kan?
Jieun mendongak dan mendapati mobil Jungkook memasuki kawasan hotel tempat ia menunggu. Ia berdiri, bersemangat. Senyum bahagia Jieun menghancurkan hati Jungkook, gadis itu tak terlihat marah sama sekali. Ia tak pantas mendapatkan perhatian sebesar ini dari gadis itu. Ia belum selesai dengan masalalunya, melibatkan Jieun disini hanya akan melukai gadis itu.
"Oppa!!."
Jieun berteriak saat Jungkook leluar dari mobil dan menghampiri gadis itu. Berteduh dengan satu payung yang dibawa Jieun.
"Kenapa masih disini, aku ada urusan dan tak sempat menghubungimu, sepertinya ponselku mati, " Jungkook mengeraskan suaranya yang teredam oleh hujan, Jieun mengigil. Gadis itu kedinginan.
"Aku tahu Oppa pasti datang. Kita berjanji bertemu di Lobby, aku tak bisa pergi begitu saja."
Jieun masih tersenyum menampakan deretan gigi rapinya.
Jungkook mengelus rambut gadis itu. Perasaan bersalah tiba-tiba muncul dihatinya,"masuklah, kau kedinginan, " Jungkook membukakan pintu mobil untuk Jieun.
"Tunggu Oppa, aku harus mengembalikan payung ini. Salah satu pegawai hotel baik hati meminjamkannya untukku."
Jungkook kesal, bukan pada Jieun, tapi pada dirinya sendiri. Gadis ini terlalu baik.
"Masuklah, Jieun-a!!. Aku yang akan kembalikan payungnya, "ia melindungi kepala Jieun saat gadis itu memasuki mobilnya. Menutup pintu setelah mengambil payung Jieun.
*******
Jang Nara
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Oppa "JJK"
Fanfiction-Melupakan wanita yang sudah menjadi milik Hyungnya adalah hal tersulit bagi Jungkook, bahkan ia harus memutuskan untuk pergi wajib militer lebih awal karena itu. Tapi saat ia kembali masih dengan perasaan patah hati yang sama seorang gadis menempel...