Angin berhembus mengenai tubuhnya saat Jieun duduk di balkon hotel tempat ia menginap sejak kemarin. Hatinya tidak juga membaik setelah ia memutuskan pergi dari rumah sakit dua hari yang lalu. Mematikan ponselnya sehingga tidak ada satu orang pun yang berhasil menemukannya.
Ia mencoba mencari tahu tentang keadaan Nara selama dua hari ini, tapi sepertinya Namjoon menyembunyikan semuanya dengan baik. Tidak ada satupun berita tentang kecelakaan yang menimpa Nara. Jieun juga terlalu takut untuk membuka ponselnya.
Ia teringat dengan jelas bagaimana Nara berdarah. Dan pasti terjadi sesuatu dengan kandungan Nara karena benturan saat kecelakaan, itu yang Jieun pikirkan. Bahkan ia bersikap seperti pengecut dan pergi dari rumah sakit. Ia tak punya muka lagi untuk menemui Nara, ia tak akan sanggup melihat kesedihan wanita yang sudah menyayanginya dengan tulus itu.
Melihat jam yang melingkar di tangannya, ini sudah sore, Jieun memutuskan mengambil jaket rajutnya lalu akan pergi ke sungai Han yang tepat ada di seberang hotel tempat ia menginap. Sungai Han adalah salah satu tempat yang selalu jaid tujuannya saat ia sedang banyak pikiran.
******"Jieun-a!!!."
Jieun menoleh saat terdengar seseorang memanggil namanya ia sedang duduk di kursi panjang tepi sungai Han. Tempat yang lumayan private, salah satu fasilitas dari hotel. Yang selalu jadi tempat ia menghabiskan waktu di tepi sungai Han karena tak terlalu ramai. Berbeda dengan kawasan umum dekat sungai Han di sisi lainnya.
"Sadewa!!."
Sadewa, si pemanggil itu mendekat ke arah Jieun yang terkejut saat melihat ke arahnya.
"Jadi benar kau berada di sini, " Sadewa berdiri di depan Jieun yang masih duduk di bangku panjangnya.
Nafas Dewa masih memburu, ia mencari Jieun ke mana-mana sejak kemarin. Nara sudah pulang dari rumah sakit dan kakaknya itu begitu mengkhawatirkan Jieun yang tak kunjung pulang. Tak sia-sia ia membayar mahal untuk akses masuk ke tempat ini. Tempat terakhir yang harusnya pertama Dewa ingat, tempat yang selalu jadi persembunyian Jieun bila ada madalah, sama seperti saat gadis itu akan lulus tahun lalu. Ataupun saat Jieun mengingat orangtuanya, Dewa jelas tahu sisi pinggir sungai Han ini adalah tempat tujuan Jieun saat galau.
"Bagaimana kau bisa tahu aku berada di sini?, " Jieun mengarahkan pandangan pada pria yang kini duduk di sampingnya itu.
"Kau lupa aku ini siapa? Kau bilang kita sahabat kan? Atau kau berfikir kita tak terlalu dekat lagi, sehingga kau juga pergi dariku, "kata Dewa.
"Bukan seperti itu," Jieun merasa tak enak bila Dewa tersinggung dengan perginya ia dari rumah sakit.
Dewa dan Kula memang sangat akrab dengan Jieun tapi sejak ia mulai trainee keduanya membatasi komunikasi mereka karena ingin Jieun konsentrasi dengan cita-citanya, Dewa tak menyangka begitu banyak hal yang terjadi kepada gadis yang sudah mengisi hatinya sejak lama itu. Ia merasa sangat terpukul dengan apa yang terjadi. Begitu banyak yang ia lewatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Oppa "JJK"
Fiksi Penggemar-Melupakan wanita yang sudah menjadi milik Hyungnya adalah hal tersulit bagi Jungkook, bahkan ia harus memutuskan untuk pergi wajib militer lebih awal karena itu. Tapi saat ia kembali masih dengan perasaan patah hati yang sama seorang gadis menempel...