Bagian 22

423 55 14
                                    

      Saat keluar dari ruangan Guru Hwang, Jieun sekelebat melihat bayangan Nara. Ia mempercepat langkahnya berniat menyusul Nara. Ia bahagia melihat Nara baik-baik saja. Kula dan Dewa kembali ke Indonesia dua hari yang lalu. Saat itu Dewa masih agak kesal dengannya karena Jieun menolak untuk pulang ke rumah bersama pria itu. Tapi akhirnya pria itu mau mengerti saat Jieun mengatakan ia butuh waktu. Dan Jieun memutuskan untuk berbicara dengan Nara hari ini.

   Meski tak melihat Nara masuk tapi Jieun jelas mengetahui bahwa Nara pasti tengah berada di ruangan Namjoon kali ini. Ia menyapa Jae in yang sedang duduk di mejanya. Mengatakan akan menemui Nara diruangan Namjoon. Jae in, sekertaris Namjoon itu tampak memandangnya dengan curiga, padahal biasanya ia begitu akrab dengan Jieun. Tapi Jieun maklum, ia hampir mencelakai istri Bos yang juga telah dianggap keluarga oleh Jae in.

"Masuklah, "kata Jae in akhirnya, Jieun bisa saja langsung masuk tanpa meminta ijin pada Jae in seperti biasanya. Tapi ia masih punya rasa malu, setelah apa yang dilakukannya pada Nara, ia tak ingin membuat orang lain khawatir lagi.

"Terimakasih Oppa."

"Jieun-a."

      Panggilan Jae in menghentikan langkah Jieun, ia kembali berbalik untuk menghadap sekertaris Namjoon itu.

"Nona Nara tak pernah marah padamu, tapi jangan mencoba menghindarinya, itu akan lebih menyakitkan untuknya, "Jae in tersenyum lalu mendahului berjalan ke depan ruangan Namjoon untuk mengetuk pintunya pelan, "masuklah."

"Terimakasih Oppa, " Sekali lagi Jieun berterima kasih, ia merasa bersyukur masih banyak orang-orang yang begitu baik padanya. Jieun mengangguk lalu membuka pintu ruangan Namjoon.

   Saat ia membuka pintu bukan hanya Namjoon dan Nara yang ada di ruangan itu tapi ada Jimin dan juga Nna, mereka terlihat sedang mengobrol di sofa mewah Namjoon yang memang biasanya digunakan untuk menerima tamu. Jieun tersenyum canggung karena semua mata tertuju padanya saat ia masuk setelah menutup pintu kembali.

"Oh, Jieun-a!!, " Nara seolah paham dengan kecanggungan Jieun, wanita itu tersenyum cerah kearahnya.

"Apa aku bisa berbicara dengan Unnie sebentar? Aku mengikutimu setelah melihatmu melewati ruang latihan, "kata Jieun.

    Jarak mereka sudah sangat dekat. Jieun ingin sekali memeluk Nara lalu menanyai keadaan wanita itu tapi pandangan tak suka dari Namjoon membuat Jieun mengurungkan niatnya.

"Oh tentu saja kau ingin berbicara dimana?."

"Chagiya!!, " Wajah Namjoon tampak tak suka mendengar jawaban Nara. Pria itu menatap Jieun dingin.

"Aku hanya ingin minta maaf pada Unnie, Oppa. Aku malu sekali."

    Jieun sekuat tenaga menahan air matanya. Ia menunduk, suaranya sudah mulai bergetar. Namjoon memang sering marah ataupun mengomelinya selama ini. Tapi pandangan dingin dari pria itu sekarang sangat terasa asing bagi Jieun, ia semakin diliputi perasaan bersalah.

"Jieun-a!!, " Jieun mendongak saat seseorang juga masuk ke ruangan Namjoon. Jungkook kini menarik lengannya, "kau akan buat masalah lagi?."

    Seperti yang sudah-sudah, kata-kata yang ditujukan pria itu pada Jieun selalu tajam dan menyakitkan.

"Jungkook-a, " Jimin kini maju menahan tangan Jungkook, ia khawatir dengan keadaan Jieun yang sudah benar-benar menangis sekarang.

"Jieun-a, " Nara mendekati mereka lalu melepaskan cengkraman Jungkook pada pergelangan tangan Jieun, "gwencana, Unnie baik-baik saja, kau tak perlu merasa bersalah."

   Nara memeluk Jieun yang kini telah benar-benar menangis, "Unnie, aku minta maaf, " Perkataan berulang yang diucapkan Jieun pada Nara membuat tangis gadis itu semakin keras.

Love Me, Oppa "JJK"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang