"percayalah, akan ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani, membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedih nya rasa sakit"
~~~~"Kalau sakit bilang ya,dek,"
Elfath membersihkan luka ditangan Ara. Memberikan salap pada luka dengan sangat pelan dan membalut lukanya dengan kain agar tidak terkena air.
"Ara mau ikut bunda aja," satu bulir air jatuh dipipi Ara
Mendengar perkataan adeknya ,membuat mata Elfath memanas.
"Kalau Adek ikut Bunda, nanti Abang tinggal sendirian. Gimana dong?,"Elfath berusaha tersenyum sambil mengusap kedua pipi adeknya
"Ara cuma bisa nyusahin Abang doang," ucap Ara menunduk
"Malahan Abang senang kalau Ara nyusahin," Elfath mencubit hidung mancung adiknya
"Tapi disini nggak ada yang sayang sama Ara. Gak ada yang mau berteman dengan Ara. Karena Ara nggak bisa jalan. Ara pengen ikut bunda aja pasti disana Ara bisa bahagia sama bunda,"
"Ara harus tetap disini temanin Abang, kalau Ara pengen ikut bunda. kita nyusul bunda bersama. Tapi bukan sekarang,"
"kapan kita bisa nyusul bunda?," tanya Ara dengan nada sendu
" Nanti kalau sudah waktunya," Elfath mengusap lembut rambut hitam milik gadis kecil kesayangannya
Elfath merasa gagal menjadi seorang Abang, saat melihat keadaan adeknya yang begitu rapuh. Elfath mendekap erat tubuh kecil Ara, satu butiran air mata pun lulus dari matanya.
Elfath mengecup puncuk kepala Ara lama, tetesan air mata terus mengalir deras membasahi pipinya. Tak ingin melihat Ara makin sedih karenanya, Elfath langsung menghapus kasar airmatanya tanpa diketahui Ara.
Elfath melepas dekapan pada Ara dan memegang kedua bahu adiknya, Elfath menatap teduh mata Adiknya yang masih basah. Dengan telaten dia menghapus air yang ada dipipi Ara.
"Satu hal yang harus Ara ingat. Abang sangat menyayangi Ara. Abang akan berusaha untuk selalu ada di sisi Ara. sekarang kamu istirahat dulu,nggak perlu pikiran hal yanh telah terjadi tadi ya." ujar Elftath dengan tatapan tulus
Elfath membaringkan tubuh mungil Ara dengan lembut, tak lupa menarik selimut berwarna pink menutupi tubuh Ara agar tidak kedinginan.
"Mimpi indah tuan putri kecil." ucap Elfath sambil mengusap surai hitam Ara dan mengecup puncuk kepala Adeknya itu.Setelah memastikan adeknya terlelap. Elfath melangkah keluar dengan wajah kusut. melihat papa dan mama tirinya yang sedang ketawa lepas diruang tamu membuat Elfath makin kesal.
Setelah kejadian tadi, Satria sama sekali tidak berniat untuk menemui atau hanya sekedar bertanya. Bagaimana keadaan putrinya yang sedang terluka itu?. Terlihat wajah Satria sangat bahagia saat bersama istrinya tanpa mengingat kesalahan yang dia lakukan kepada anaknya sendiri. Sepertinya satria sudah melupakan kedua anaknya akibat terlalu asik bersama istri nya.
Terlalu muak melihat suasana didepannya itu, Elfath memasuki kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motor yang berada diatas meja belajarnya. Setelah itu dia langsung bergegas untuk keluar tanpa mengobati lukanya. Saat melewati papanya, dia terus berjalan tanpa melirik dan meminta izin kepada papanya. sekarang Elfath hanya butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.
......Suasana taman kota malam ini terlihat sepi, hanya ada beberapa pohon besar dikelilingnya. Air terjun ditengah tama, yang ditumbuhin beberapa tumbuhan cantik disampingnya membuat taman kota itu kelihatan indah. Angin sepoi sepoi yang membuat suasana malam ini menjadi sejuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfath (Selesai✓)
JugendliteraturElfath Bintang Adrian, sosok yang sangat di kagumi banyak orang, karena kebaikan hatinya yang suka menolong sesama. Cuek, tapi perhatian. Laki-laki yang selalu menebar senyuman manisnya, dalam keadaan apapun. Memiliki wajah tampan, membuat semua kau...