48. Elfath

35 6 0
                                    

Bintang dan komentar kalian semangat ku🌻
Happy Reading All🌻

Disebuah ruangan bernuansa biru, terlihat Alif, Ana dan Angga sedang berbincang sesuatu hal yang serius. Sedangkan diatas kasur terdapat sosok remaja yang terduduk dengan wajah diletakkan diantara lututnya. Tatapan kosong yang dipancarkan oleh sosok remaja tersebut. Mampu membuat orang mengerti, jika dirinya sedang tidak baik-baik saja.

"Aku ga bisa lihat Elfath terpuruk seperti itu, Tan." ucap Alif sendu menatap kearah Elfath yang tidak seperti memilik gairah hidup lagi.

Ana dan Angga juga ikut menatap kearah Elfath. Sosok asli Elfath yang hanya diketahui oleh mereka. Elfath yang biasanya selalu membuat Angga kesal. Sekarang hanya duduk dengan tatapan kosong.

Anna melangkah mendekati Elfath, menempatkan posisinya duduk disamping Elfath. Anna mengelus rambut Elfath lembut. Membuat Elfath menatap sendu kearahnya.

"Kalau El mau nangis. Nangis aja. Jangan ditahan." ucap Anna lembut, membuat cairan bening langsung lolos dari netra hitam Elfath.

Elfath kembali menatap kosong kedepan, dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya. Tanpa berbicara sepatah katapun.

Alif yang melihat keadaan Elfath yang seperti ini, membuat hatinya ikut sakit. Dengan mata berkaca-kaca, Alif menatap kearah Elfath yang sedang menangis dalam diam. Alif lebih suka lihat Elfath yang manja dan cerewet kepadanya. Daripada melihat Elfath terpuruk seperti ini. Yang membuattnya merasakan tidak berguna sebagai sahabat Elfath.

"Al, anterin gue pulang." ucap Elfath mash dengan tatapan kosong. Tanpa mengatakan apapun lain, Elfath berjalan melewati semuanya tanpa meminta izin. Anna, Angga dan Alif menatap sendu kearah punggung yang mulai menjauh itu.

"Kami pulang dulu," pamit Alif menyalami Anna dan Angga.

"Jagain sahabat Kamu ya, Al." ucap Anna yang langsung dianggukin oleh Alif.

"Jangan pernah ninggalin El, sendiri. Dia butuh kamu." ujar Angga menepuk bahu Alif sambil tersenyum

"Pasti dok." ucap Alif memberikan senyuman kearah mereka berdua. Tanpa mereka minta pun ,Alif akan selalu menjaga Elfath. Karena Elfath penyemangat dalam hidupnya. Tanpa Elfath, dirinya tidak tau apa yang akan terjadi. Mungkin sekarang dia tidak bisa melihat dunia lagi.

Sepanjang perjalanan Elfath hanya diam dengan pandangan menatap kearah luar. Alif yang sedang menyetir mobil, menghela nafas berat. "El, udah sampe." ucap Alif nenyadarkan Elfath dari lamunannya.

Elfath menatap Alif dengan mata berkaca-kaca tanpa mengatakan apapun. Alif yang tidak bisa melihat Elfath seperti itu, langsung memeluk erat tubuh Elfath.

Hikss

Satu isakan lolos dari bibir Elfath saat dipeluk erat oleh sahabatnya. "Gua cape, Al." lirih Elfath dengan suara menangis.

Alif hanya diam sambil mengusap punggung Elfath diam. Alif binggung harus melakukan apa untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Kalau gua pergi sekarang bisa kan, Al." ucap Elfath dengan nada menyerah.

Alif langsung melepas pelukan dengan Elfath. Menatap kearah Elfath dengan air mata yang sudah membasahi pipinya. " E-enggak, Lu ga boleh pergi. Sebelum gue pergi." ucap Alif sambil menggeleng kuat. Alif tau maksud pergi yang dimaksud oleh sahabatnya itu.

"Gue harus pergi duluan daripada Lu, Al. Karena Gue ga bisa hidup tanpa sosok sahabat seperti Lu." ujar Elfath serius.

"Kalau seperti itu Kita pergi bareng aja. ucap Alif terdengar egois langsung melepaskan pelukan terhadap Elfath. Bagaimana Elfath bisa pergi meninggalkannya. Sedangkan Elfath yang menolong dirinya dari maut dua tahun yang lalu.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang