Alhamdulillah akhirnya kita semua sampai kepenghujung cerita😭
Suatu kebanggaan sendiri bagi saya bisa menyelesaikan cerita pertama saya ini🌻
Makasih banyak untuk kalian semua yang masih betah bertahan dengan cerita ini.🌻
Maaf karena cerita masih jauh dari kata sempurna.🌻
Tulisan tanggapan kalian mengenai cerita ini ya.🤗
Aku sayang kalian semua🌻Happy ready All🌻
Setelah lama menunggu, Akhirnya hari yang di nanti-nanti oleh murid sman mutiara telah tiba. Hari ini seluruh wali murid sman mutiara datang ke halaman sekolah untuk menemani anaknya di acara kelulusan.
Zia, Cici Alif, Arya, Yogi, Mirza sudah sampai didepan halaman sman mutiara. Kali ini mereka kembali memasuki sman mutiara dengan keadaan yang berbeda. Biasanya ada satu sosok lelaki yang senyumannya mampu membuat ke enam remaja tersebut ikut senyum. Tapi sayangnya sekarang lelaki tersebut sudah tidak ada diantara mereka lagi.
Dengan raut wajah yang tidak memancarkan kebahagian sedikitpun. Ke enam remaja tersebut langsung menuju lapangan sekolah yang sudah disulap menjadi megah.
Arya berdiri dengan tatapan fokus kearah satu spaduk yang bertukisan KELULUSAN MURID SMAN MUTIARA yang tertempel jelas di depan lapangan sana. "Tanpa Elfath rasanya sangat hampa." lirih Arya begitu saja dengan tatapan sendu.
"Gue masih ga nyangka Elfath sudah pergi." ujar Mirza dengan nada sedih.
"Walaupun Elfath udah tidak ada disekitar kita. Tapi nama Elfath Bintang Adrian akan selalu terukir indah dihati kita. Selamanya." ucap Cici sembari tersenyum.
Ke enam remaja tersebut langsung menduduki kursi yang sudah disiapkan di lapangan sekolah. Mereka memilih duduk dideretan ketiga dengan jumlah 7 kursi. Mereka semua menyisakan satu kursi untuk sahbatnya Elfath. Seolah-olah lelaki itu akan hadir diantara mereka melihat kelulusan yang sudah dinanti-nanti.
Satria juga datang bersama dengan putrinya kecilnya untuk menghadiri kelulusan putra kandungnya. Satria mendorong kursi roda Ara melewati puluhan orang yang sudah berada di sana.
"Pa, abang bakal datang ga." ujar Ara yang sepertinya masih tidak bisa mengikhlaskan kepergian abangnya.
Satria hanya tersenyum kecut mengingat putra kandungnya sudah pergi dan tidak akan pernah kembali lagi. Untuk Erin dan kedua anak kandungnya, Satria sudah memberikan mereka hukuman yang setimpal dengan perbuatan jahat mereka.
Saat melewati barisan kursi para sahabat Elfath. Satria berhenti sejenak hanya sekedar menyapa mereka semua. Tapi satu dari mereka bahkan tidak mau melihat kearahnya. Satria memaklumi itu, yang ia ketahui Alif lah yang paling tau tentang kehidupan putranya. jadi wajar saja kalau lelaki itu membencinya.
"Al. Elfath ga akan suka lu benci sama bokapnya." ujar Arya yang duduk disampingnya.
"Emm." lirih Alif dingin. Sebenarnya Alif juga tidak niat untuk membenci pria paruh baya itu. Tapi entah kenapa saat melihat wajah Satria, kilasan Elfath yang mengadu kesakitan terulang kembali dipikirannya.
"Abang Al. Coba tebak Ara datang sama siapa." ucap Gadis kecil dengan sangat girang
Alif mengeryitkan alisnya binggung, sudah sangat jelas gadis kecil itu datang bersama Papanya." Ara datang sama Papa. Benar kan." sahut sambil tersenyum kearah gadis kecil itu
Sikap Alif sangat berbeda jika sudah bersama Ara. Alif menjadi ceria dan penyayang jika didekat Ara. Selama Elfath pergi. Alif berusaha untuk menjadi abang yang baik untuk sosok Ara. menepati janji trrakhir dari sahabatnya Elfath.
Ara menggelengkan kepalanya beberapa kali."Salah, ayuk tebak lagi." ujarnya
"Kasian om Satria ga dianggap." bisik Arya terkekeh pada Alif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfath (Selesai✓)
Teen FictionElfath Bintang Adrian, sosok yang sangat di kagumi banyak orang, karena kebaikan hatinya yang suka menolong sesama. Cuek, tapi perhatian. Laki-laki yang selalu menebar senyuman manisnya, dalam keadaan apapun. Memiliki wajah tampan, membuat semua kau...