Suasana sepi menyelimuti ruangan serba putih, hanya terdapat gadis dengan pakaian pasien terbaring lemas diatas brankar dengan selang infus ditangan. Sedangkan Anisa sudah dipaksa pulang untuk istirahat. Sejak kemarin Mamanya tidak istirahat. Setelah acara permakaman Bagas selesai. putri semata wayang lelaki yang sudah tiada itu jatuh pingsan saat perjalanan menuju rumah. Kondisi tubuh yang sangat lemas karena penyakit lupus yang derita gadis itu kembali kambuh.
Zia berbaring miring, kedua tangan diletakkan disisi kepala. Masih dengan tatapan kosong, Netra indah yang memancarkan kesedihan. Bayangan Bagas terus muncul dihadapan Zia. Senyuman, pelukan hangat. Zia rindu akan itu semua. Andai Zia tau,Kemarin adalah hari terakhir Papanya ada disisinya. Zia tidak akan pernah melepas pelukan dari Papa.
"Putri Papa nggak boleh sakit. Putri Papa harus cepat sembuh," ucap Bagas menangis melihat putrinya yang terbaring lemah di kamar.
Netra indahnya kembali mengeluarkan air bening. Saat ucapan Papanya kembali terlintas dipikirannya. Biasanya saat Zia sakit, Bagas orang pertama yang sangat khawatir dengan keadaan putrinya. Pria itu selalu setia merawat putri nya dengan sangat telaten. Dari Menyuapi makanan, menyisir rambut, Bahkan rela tidak tidur agar bisa mengawasi putrinya dua puluh empat jam.
Zia mengambil ponselnya yang terletak dinakas. Gadis itu membuka room chat dengan Papanya diwhattsap. Jari nya bergerak lincah mengetik sesuatu untuk Papanya. Matanya kembali basah saat chatnya tak akan pernah bisa dibaca lagi oleh Papa.
Lelaki yang sudah siap dengan seragam sma mutiara,meluangkan waktunya untuk menjenguk Zia sebelum berangkat kesekolah. Tangan Elfath membuka knop pintu ruang inap. Matanya fokus melihat gadis yang sedang terbaring melamun, Air mata yang terus saja mengalir deras membasahi pipi Zia. Elfath sangat mengerti dengan keadaan Zia. Tidak mudah untuk seorang anak perempuan kehilangan seorang Papa dihidupnya. Papa adalah cinta pertama sekaligus pahlawan bagi anak perempuan."Gua akan berusaha untuk buat lu kembali bahagia." ucap Elfath dengan pandangan lurus ke arah Zia yang masih terlarut dalam lamunannya.
Elfath berjalan mendekat. Dia membawa sebuah boneka seekor alpaka yang ia beli khusus untuk Zia dan sebuah buket bunga daisy yang terlihat sangat indah
"Zia," panggil Elfath dengan suara lembut
Zia hanya melirik sekilas ke arah lelaki yang berdiri dihadapannya dengan wajah yang sudah tersenyum kearahnya
Tidak ada respon dari gadis yang sedang terbaring dihadapannya. Elfath menghela nafas pasrah. Elfath menyodorkan boneka dan buket bunga daisy ke arah Zia.
Lagi-lagi tidak ada respon dari Zia. Gadis itu hanya menatap boneka dan buket dari Elfath tanpa menerima nya.
Elfath menghela nafas, lalu meletakan barang yang dibawa diatas nakas."Kamu nggak boleh putus asa gini," ucap Elfath. Tanpa sadar Elfath mengubah panggilan pake kamu ke Zia
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfath (Selesai✓)
Teen FictionElfath Bintang Adrian, sosok yang sangat di kagumi banyak orang, karena kebaikan hatinya yang suka menolong sesama. Cuek, tapi perhatian. Laki-laki yang selalu menebar senyuman manisnya, dalam keadaan apapun. Memiliki wajah tampan, membuat semua kau...