39.Elfath

27 8 6
                                    

Hallo semua
Ga sadar sudah bulan july aja nih!
Update pertama dibulan yang baru heh
semoga kalian suka ya
ohhyaa bintang dan kolom komentarnya jangan sampai lupa
Biar aku makin semangat

Happy reading🌻

Jam dinding sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Hujan masih setia menguyur seluruh kota Bandung. Terlihat seorang cowok sedang melilit tubuhnya dengan selimut tebal. Tubuh Elfath mengigil hebat dibalik selimut. Nafas yang ikut sesak, kepala yang pusing disertai dengan batuk berdarah membuat Elfath tidak berdaya ditempat tidur.

"Ukukhukhuk." Elfath memejam matanya saat batuk kembali menyerang dadanya yang sangat terasa nyeri. Tangan Elfath sudah penuh dengan bercak darah yang keluar dari mulutnya.

Hujan diluar sangat deras, terlihat sebuah mobil bmw berwarna putih memasuki perkarangan rumah Elfath.
Pemuda yang menggunakan jaket kulit berwarna hitam langsung berlari memasuki rumah Elfath tanpa permisi. Bodoh, yang penting sekarang pemuda itu bisa melihat keadaaan sahabatnya.

"El, Lu dengar gue." ucap Alif yang langsung mendekati tubuh Elfath yang dilapisi selimut sampai leher dan mata terpenjam.

"Gue belum mati," sahut Elfath lemas dengan mata yang masih terpenjam.

Saat Elfath menelpon sahabatnya Alif untuk mengabari bahwa ia baru saja selesai main hujan. Guratan amarah hadir diwajah Alif saat mendengar Elfath terkena hujan. Siapa yang membuat Elfath sampai rela menyakiti dirinya sendiri?.

Alif langsung bergegas mengambil kunci motor, bahkan hujan deras diluar tidak menjadi alasan untuk Alif berdiam diri dirumah dan membiarkan Elfath sendiri menahan rasa sakit. Alif menerobos hujan dengan kecepatan laju. Membuat seluruh tubuhnya basah. Mengingat sesuatu, tidak mungkin ia bisa membawa Elfath kerumah sakit menggunakan motor dalam keadaan hujan deras.

Tanpa pikir panjang, Alif langsung memutar balik motornya kearah rumah. Setelah sampai kerumah, Alif berlari memasuki rumahnya dengan keadaan basah dan mengambil kunci mobil yang sangat jarang ia pakai. Kemudian Alif menancap gas dengan kecepatan tinggi tanpa memikirkan keadaan jalan yang sedang hujan deras. Sekarang yang ada dipikirannya hanya sahabatnya Elfath yang selalu memahami dirinya.

"Kenapa sih lu senang banget nyusahain gue." ucap Alif dingin. Membantu Elfath untuk bangun.

Alif bisa melihat bercak darah di tangan Elfath dan selimut yang baru saja dipakai sahabatnya itu.

"Karena nyusahain lu itu seru. Kelihatan gengsi tapi sayang, hehhe."

Elfath masih bisa bercanda disaat keadaannya sedang dalam keadaan kurang baik.

Alif mengambil tisu untuk membersihkan darah ditangan Elfath. "Masih bisa ketawa, padahal udah sekarat," ucap Alif kesal terhadap sikap Elfath.

Elfath selalu berusaha tersenyum dalam keadaan apapun.

"Emangnya lu ga cape selalu kelihatan kuat didepan semua orang. Gua aja cape lihat lu."

"Kalau gue cape, nanti siapa yang hibur mereka saat lagi sedih."

"Kenapa sih, lu selalu peduli sama orang lain. Lu selalu berusaha jadi penyemangat buat orang lain, padahal diri lu sendiri juga butuh penyemangat."

"Gua ga mau mereka ngerasain hal yang sama seperti gue. Hidup tanpa ada celah cahaya sedikit pun. Gua cuma mau lihat senyuman selalu terbit diwajah orang terdekat gue." ucap Elfath yang kembali batuk berdarah.

"Cape gue ngomong sama orang yang ga pernah mikirin diri sendiri. Sekarang Lu harus kerumah sakit." ucap Alif yang hendak membantu Elfath berdiri.

"Gue bisa berdiri sendiri." Elfath berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya. Tubuh yang sangat lemas tanpa tenaga sedikitpun, membuat Elfath tidak sanggup menopang tubuhnya sendiri.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang