32.Elfath

51 10 2
                                    

Hai Aku kembali lagi nih
Makasih yang sudah nungguin cerita ini Up.
Ayuk langsung dibaca
Semoga klian suka ya

Bintang dan comentnya jangan lupa ya guys🌻
Happy reading🌻

Elfath terkekeh pelan saat membaca notif whatsap dari Zia yang mempersalahkan nama si kucing orange.

"Nih anak, lucu banget." ucap Elfath yang terus melihat chat Zia tanpa niat membalasnya. jika sekarang gadis itu ada dihadapannya, Elfath akan mencubit pipinya sampai merah karena mengemaskan.

Notif dari Zia masuk begitu banyak. Elfath mulai mengetik untuk membalas chat gadis itu. Elfath tidak mau membuat Zia semakin kesal karena menunggu balasan dari nya. Walaupun ia sangat suka membuat wajah gadis itu saat kesal yang menurutnya sangat lucu. Tapi ia tidak tega selalu membuat Zia kesal.

Setelah membalas whattsap dari Zia. Elfath langsung mematikan ponselnya. Elfath terbaring dengan tangan diletakkan dikepala. Lelaki itu sedang membayangkan ekspresi Zia saat membaca whattsap dari nya.

"Astaghfirullah." Elfath langsung menepis bayangan Zia yang muncul dipikirannya. Sebuah senyuman terbit dibibir Elfath. Zia sudah mengubah sosok Elfath yang tidak pernah tersenyum, menjadi sosok Elfath yang sudah berani mengekpresikan semua hal yang muncul diperasaannya.

Senyuman Elfath seketika luntur saat melihat tumpukan buku dimeja belajarnya. Elfath bangun, menghampiri tumpukan buku yang menjadi salah satu jalan untuk meraih mimpinya. Sebenarnya Elfath itu pintar dalam hal akademik, Karena suatu alasan membuat Elfath untuk berpura-pura kelihatan seperti orang bodoh dimata semua orang. Hanya sahabatnya yang mengetahui kemampuan seorang Elfath dalam semua hal. Karena terlalu lama tidak peduli dengan hal akademik, membuat Elfath sedikit ketinggalan. Sekarang Elfath hanya perlu mengasah ulang sedikit tentang akademik.

"Capek juga terus belajar." Elfath membolak balikan buku biologi. Mata pelajaran yang menurutnya sedikit membosankan.  tapi sangat penting untuk dirinya yang berniat masuk fakultas kedokteran.

"Gua akan buktikan, kalau gue bisa banggain Papa. Walaupun Papa selalu sebut gue anak haram. tapi bagi Elfath, Papa satria tetaplah Papa kandung Elfath." ucap Elfath penuh keyakinan. Naluri hati Elfath selalu berkata kalau Satria adalah papa kandungnya. Tidak mungkin jika Dia anak haram. Satria akan merawatnya sampai sekarang, walaupun pakek cara kekerasan.

Elfath mulai memahami setiap baris yang terdapat didalam buku biologi yang sedang ia baca. Mengingat sekarang sudah semester akhir, beberapa bulan lagi mereka akan mengikuti ujian akhir. Dan Elfath akan mengikuti beberapa tes dipenguruan tinggi. Elfath harus ekstra belajar untuk bisa melewati semua itu.

Kepala Elfath tiba-tiba pusing, dadanya kembali sesak. Elfath berusaha menetralisir rasa sakit didadanya. Elfath baru ingat, Kalau ia belum meminum obat, Padahal dokter selalu mengingatkannya untuk minum obat tepat waktu. Elfath berjalan menuju nakas disamping tempat tidur untuk mengambil obat. Tangan Elfath mengambil dua butir obat, netra indah  Elfath menatap sendu kearah obat-obatan yang begitu banyak didalam laci.

"Sampai kapan gue harus minum obat sialan ini." lirih Elfath yang hendak meminum obat.

Pintu kamar Elfath dibuka paksa oleh satria membuat Elfath yang hendak meminum obatnya terkejut. Alhasil obat yang seharusnya sudah ditelan malah terjatuh ke lantai.

Satria melempar kertas putih tepat dimuka Elfath.  "Semakin hari, kamu makin ngelunjak." ucap Satria tegas dengan aura yang menahan emosi.

Elfath memejamkan matanya saat lemparan kertas mengenai wajahnya. Elfath berusaha bersikap biasa saja, menyembunyi rasa sakit yang semakin besar didadanya.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang