29. Elfath

67 8 0
                                    

Hai apa kabar semua?
sudah bulan junia aja nih
Tapi hidup masih gini-gini aja
ga ada perkembangan sedikit. hehhe
Bagaimana dengan awal juni kalian guys?

Oh ya jangan lupa spam vote dan coment ya!!!

Happy reading🌻


Zia sudah siap dengan seragam sekolahnya. Semalam Zia menangis memikirkan ucapan dari Mamanya. Bisa dilihat keadaan gadis itu dengan Mata yang sembab, kondisi tubuh yang lemas. Semangat! No, Zia binggung harus meraih mimpinya atau harus mundur. Satu sisi, Zia masih ingin meraih semua mimpinya. Disisi lain, Zia tidak pernah menbantah perintah orang tuanya. Apa kali ini Zia harus menuruti permintaan Mamanya? dan menguburkan semua impian yang sudah dia raih dari kecil.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu kamar, menyadarkan Zia dari lamunannya yang sedang terduduk didepan cermin.

"Zia, Mama masuk ya!" Anisa membuka knop pintu putrinya. Terlihat putrinya sedang melamun didepan cermin.

Biasanya Zia selalu menyapa Anisa dipagi hari. "Selamat pagi mama sayang. Selamat pagi mama kuh yang cantik". Anisa menatap sendu kearah putrinya. Pagi ini tidak ada ucapan dari putrinya yang selalu bisa mengukir senyumnya dipagi. Bahkan Zia tidak mau menatap wajahnya.

Anisa melangkah mendekati punggung putrinya yang masih enggan menatap kearah nya. Anisa mengambil sisir ditangan Zia yang tak kunjung menyisir rambutnya sendiri.

"Biar Mama yang sisir rambut kamu." ucap Anisa yang mulai menyisir rambutt Zia. Tidak ada jawaban dari Zia. Putri semata wayangnya hanya duduk diam dengan mata berkaca fokus kearah cermin.

Zia tidak bisa mengabaikan Anisa yang selalu perhatiann kepadanya. Tapi ucapan Anisa semalam membuat Zia kecewa kepada wanita itu. Andai Papa masih ada disini, Pasti Papa akan selalu dukung Zia untuk raih mimpi Zia. Andai Papa masih ada, Pasti Papa akan menghibur dirinya agar tidak sedih lagi.

Netra Zia menatap wajah Mamanya dari pantulan kaca. Wajah Mamanya terlihat sangat serius menyisir rambutnya dan mengucir kudanya. Melihat Mama nya menyisir rambutnya, Membuat Zia kembali mengingat kenangan dengan Bagas. Saat rambutnya disisir dan dikepang dua oleh Papanya. berakhir rambut yang dikepang miring sebelah. Zia sangat rindu dengan semua kenangan itu.

"Kalungnya indah ya, Nak!" ucap Anisa lagi tapi tidak ada sahutan dari putrinya. Apakah Putrinya sangat kecewa terhadap dirinya?.

Kalung bulan sabit pemberian dari Papanya terpasang indah dileher Zia. Zia memegang kalung tersebut, lalu menciumnya, satu tetes air mata turun begitu saja. Zia segera menghapusnya agar tidak diketahui oleh Mama.

"Mama minta maaf atas ucapan Mama semalam, Nak!" Anisa mengusap punggung Zia.

"Mama mohon kali ini aja, Kamu turutin Kata Mama." ucap Anisa lagi yang membuat Zia tersenyum kecut. Zia pikir Mamanya sudah minta maaf dan kembali mendukung dirinya untuk meraih mimpinya menjadi atlet bulu tangkis.

"Kalau Mama mau minta Zia untuk berhenti. Maaf Ma, sampai kapan pun Zia tidak akan pernah Mau. Papa selalu mengajarkan Zia untuk tetap meraih mimpi Zia. Zia ga boleh berhenti sebelum mimpi Zia terwujud." Ucap Zia yang sudah berdiri berhadapan dengan Mamanya.

"Sekarang Papa udah ga ada. Kamu harus turutin kata Mama. Mama pengen terbaik untuk kamu." seru Anisa dengan ucapan yang tegas.

Zia berjalan mengambil tas ransel diatas meja belajarnya. Lalu kembali mendekat ke arah Anisa. " Kalau Mama mau yang terbaik untuk Zia. Ga mungkin Mama menghancurkan semua mimpi Zia." ucap Zia dengan tatapan sendu ke arah Mamanya.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang