22.Elfath

78 13 2
                                    

Hari ini, hari yang sangat ditunggu oleh gadis yang sangat suka dengan bulu tangkis. Setelah mempersiapkan semuanya dengan sangat ekstra, hari ini Zia siap untuk ikut seleksi bulu tangkis.

Zia sudah siap dengan seragam untuk seleksi. Kondisi kesehatan Zia sedang kurang baik, terlihat dari bibir yang sedikit pucat dan wajah yang tidak mempunyai gairah.

"Loh,loh mukanya kenapa nggak semangat gini?" Bagas menghampiri putrinya yang sudah siap untuk berangkat.

"Semangat kok Pa."ucap Zia, Entah kenapa sejak kemarin perasaan Zia terus saja gelisah, Seperti akan terjadi sesuatu dihidupnya.

"Obatnya sudah diminum, Nak." Anisa mengecek semua peralatan yang akan dibawa oleh anaknya, memastikan tidak ada yang tertinggal."

"Sudah."

"Nanti kalau kamu nggak sanggup, jangan dipaksain ya nak."

Hari ini Bagas libur kerja untuk mengantar Putrinya ikut seleksi, Selama dilakukan putrinya baik, Pria itu akan selalu mendukungnya.

"Kenapa Nak? tumben diam sama Papa biasanya nyerocos terus." ucap Bagas yang fokus menyetir.

"Aku juga nggak tau Pa, perasaan aku ga enak."

"Shalawat atau istighfar Nak, biar hatinya tenang. Kamu begini pasti karena takut seleksi ya." ucap Bagas sambil melihat kearah putrinya.

"Bisa jadi." Zia kembali diam

"Mau mie ayam?" tawar Bagas ketika melewati gerobak mie ayam langganannya

"Mau Pa, udah lama Zia nggak makan mie ayam."

Bagas melirik jam tangan, tersisa waktu satu jam lagi sebelum seleksi dimulai."Masih ada waktu, Papa beli dulu, kamu tunggu disini aja." Bagas menghentikan mobilnya tidak jauh dari gerobak mie ayam.

Bagas harus mengantri panjang untuk membeli mie ayam.

Zia sedikit membuka jendela, melihat Papanya dari sana. Rasanya matanya enggan untuk berpaling dari Papanya.

Bagas melambaikan tangannya saat melihat Zia yang sedang menatap kearahnya disana. Zia pun membalas lambaian dari Papanya sambil tersenyum.

Setelah antrian panjang, akhirnya Bagas mendapat satu bungkus mie ayam untuk putrinya. "Ini mie ayam langganan Papa, coba deh kamu makan, pasti ketagihan," ucap Bagas

Zia mengambil mie ayamnya yang sudah dibuka oleh Papanya."Kelihatannya Enak." Zia langsung memakan mie ayam tersebut." Enak Pa." Zia melanjutkan makannya dengan sangat lahap.

Bagas kembali fokus menyetir, sesekali melihat putrinya yang sangat lahap memakan mie ayam.

"Papa, mau!." Zia menyodorkan satu suap mie ayam kearah Papanya.

Bagas dengan senang hati menerima suapan dari putrinya sambil memelankan laju mobil.

"Kalau punya waktu, kita harus makan mie ayam disana bersama Pa," ucap Zia

"Pasti tuan putri, nanti Papa luangin waktu Papa untuk makan mie ayam bareng kamu." ucap Bagas sambil tersenyum.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya mereka sudah sampai di gor koni, tempat dilaksankan seleksi bulu tangkis untuk wilayah bandung. Zia ragu untuk turun dari mobil, rasa percaya diri gadis itu mendadak lenyap begitu saja saat melihat banyaknya peserta yang ikut seleksi tersebut.

Melihat Jari putrinya yang tidak bisa diam, membuat Bagas tersenyum saat mengetahui putrinya sedang dilanda kegugupam

"Tidak perlu takut, kamu pasti bisa." Bagas membawa tangan Zia dalam genggamannya."Putri, Papa Hebat, Papa yakin kamu pasti bisa mengalahkan mereka semua." Bagas tersenyum lalu mengusap rambut putrinya.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang