23.Elfath

90 15 3
                                    

"Papa Meninggal."

Deg

Nafas Zia berhenti, seakan-akan stok udara dilapangan Gor menepis membuat gadis itu kesulitan menafas, Dadanya diremas kuat, nyesek. Matanya yang ikut memanas memancar tatapan tak percaya.

"Mama pasti bohong kan." ucap Zia sambil tertawa

"Papa udah nggak ada." lirih Anisa kembali lewat telpon dengan suara yang sedang menahan tangis.

Ponsel yang terapik antara telinga dan pipinya seketika terjatuh kala mendengar kalimat dari Anisa . Napas seakan tercekat dengan tubuh yang begitu lemah. Kaki yang tadinya terasa 'kram' tak terasa lagi hingga perempuan itu sudah berlari dengan cepaat. Zia berlari meninggalkan gor dengan perasaan hancur. Air mata yang mengalir deras dari kedua sudut matanya. Dengan semua kenangan dengan Papanya kembali muncul dipikirannya.

Langit yang semulanya cerah telah berganti mendung, menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Zia berdiri ditengah-tengah jalan raya yang padat akan kendaraan. klakson dari pengendara lain tidak juga menyadarkan gadis yang berdiri ditengah jalan raya. Gadis itu kehilangan arah, tatapan kosongnya terus mencari keberadaan taksi ditengah kepadatan jalan raya.

Seorang pria berlari menghampiri Zia yang kelihatan kehilangan arah ditengah ramainya jalan raya. Elfath langsung menarik tangan Zia kepinggir jalan. Cici, Elfath, Mirza,Alif,Arya dan Yogi, menatap ke arah Zia yang masih saja menangis."Entah apa yang terjadi kepada gadis itu?" Pertanyaan terse but tersimpan dipikiran mereka masing-masing.

"Hei, Lu kenapa.?" tanya Elfath sambil memegang bahu Zia

"Tolong antar aku ketemu Papa." ucap Zia masih dengan tatapan kosong

"Aku mau ketemu Papa untuk terakhir kali. Tolong antar aku Kak," mohon Zia

"Zia, Apa yang terjadi?" ucap Cici khawatir

"Papa meninggal." lirih Zia yang berusaha menahan tangisannya agar tidak pecah dihadapan mereka semua.

Enam remaja tersebut terkejut mendengar ucapan Zia. Mereka tidak bisa melakukan apapun. Melihat keadaan gadis didepan mereka yang berdiri rapuh, cukup membuat mereka ikut merasa kesedihan yang sedang tertimpa cewek itu.

Elfath menatap wajah Zia dengan sorot mata teduh. Elfath tau rasanya ditinggal pergi orang yang sangat berharga dihidup kita. Melihat gadis yang dicintainya dalam keadaan rapuh, membuat Elfath ikut sedih. Elfath langsung mencari taksi untuk Zia. Kenapa disaat penting, tidak ada taksi yang lewat? Elfath merasa kesal tidak ada satupun taksi yang lewat.

Alif langsung bertindak mencari kendaraan lain untuk bisa digunakan mereka. Mata nya tertuju ke arah pick up yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. Tanpa pikir panjang Alif langsung menghampiri pemilik pick up tersebut. Setelah bernegoisasi panjang lebar dengan bapak tua pemilik pick up. Akhirnya, Alif yang dikenal dengan sifat dinginnya berhasil mendapat pinjaman pickup.

Tin tin

Klakson pick up menyadarkan Zia dan yang lain. Mereka semua hanya menatap mobil pick up diam, tidak ada siapapun yang berniat menaikinya.

Alif mendecak kesal." Cepatan naik, sebelum lu terlambat."

Zia langsung tersadar dari lamunannya yang sedang membayangkan Papanya.

Elfath langsung membantu Zia menaiki pickup. Cici, Mirza dan Arya juga ikut menaiki belakang pickup. Sedangkan Yogi menemani Alif didepan. Alif langsung melajukan pickup dengan sangat cepat. Membuat penumpang dibelakang harus berpegangan kuat, jika tidak ingin terjatuh.

Udara sejuk disore ini tidak bisa membuat gadis berseragam olahraga itu tenang. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah cantik Zia. Zia menatap kosong dengan mata yang masih berair, terduduk diam dipelukan sahabatnya Cici.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang