56. Elfath

64 7 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit. Elfath sudah sampai di depan sebuah gedung tua di dalam hutan. Lelaki itu memastikan kembali kalau lokasi yang di kirim oleh nomor tak kenal tersebut benar di sini.

Elfath harus berhati-hati memasuki gedung tua tersebut. Di depan gedung tersebut ada empat penjaga dengan badan yang besar. Elfath tidak bisa membayangkan pasti di dalam sana masih banyak penjaga lainnya.

Hal tersebut tidak membuat Elfath takut. Elfath akan melawan mereka semua sendiri.

Alif memarkirkan mobilnya di samping motor Elfath. Setelah itu Alif segera mengirim lokasi penculikan Zia dan Ara ke pada sahabatnya agar mereka semua bisa segera menyusul.

"Al, ngapain lu di sini." ucap Elfath binggung saat melihat sahabatnya itu mengikutinya.

"Lu pikir, gue akan biarin lu sendirian." ujar Alif dingin

"Kita lawan mereka sama-sama." ujar Alif menepuk bahu Elfath senyum

Elfath menatap Alif sendu. Dibalik semua ujian yang ada di hidupnya. Allah kirimkan sosok sahabat yang sangat baik untuk Elfath. Alif yang tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan apapun. Alif yang selalu jadi garda terdepan saat dia dalam masalah.

Mereka langsung memulai aksi untuk membantai empat penjaga di depan gedung tersebut.

Alif melemparkan kayu ke arah samping gedung, mencoba mengalihkan empat orang penjaga tersebut.

"Coba cek, ada Apa." ucap salah satu penjaga dengan tangan yang dipenuhi oleh tato.

Saat semua penjaga sudah pergi mengecek kayu yang di lempar oleh Alif. kedua remaja tersebut langsung mendekati mereka. Dengan senyuman smrik Alif dan Elfath langsung memukul ke empat penjaga tersebut yang sedang membelakangi mereka dengan balok kayu besar yang didapatkan di hutan

Bughh

"Mati lu." pekik Elfath dengan raut marah

"Ah, lemah banget sih." ujar Alif menendang tubuh penjaga yang sudah tumbang tersebut.

Empat penjaga telah di bantai habis oleh Alif dan Elfath hanya dengan menggunakan balok kayu.

Langkah selanjutnya, Alif dan Elfath memgendap-endap memasuki gedung tua tersebut. Suasana yang pertama Elfath dan Alif lihat hanya lah kegelapan, tidak ada lampu satupun yang menerangi pintu masuk gedung tersebut. Sarang laba-laba yang memenuhi gedung tersebut membuat suasana di sana sedikit menyeramkan.

Teriakan seorang gadis kecil yang sedang menangis, terdengar di telinga Elfath dan Alif. Mereka berdua mengikuti arah sumber suara tersebut.

"Lepasin Ara. Ara mau ketemu abang." lirih gadis kecil itu dengan suara serak karena menangis.

"Hei, anak kecil, lu bisa diam ga sih." bentak preman dengan rambut ikal membuat Ara semakin menangis

Hikss hikss

Ara menangis sampai sengukan,"Ara mau pulang."Ara terus memberontak berusaha melepas tali yang mengikat tubuhnya.

"Akhh,Lu bikin gue emosi." sentak preman tersebut hendak menampar pipi mungil Ara.

Tangan preman tersebut malah mengantung sia di udara.

Elfath mencengkram kuat tangan preman tersebut dengan tatapan marah. "Beraninya lu, nampar adek gue." ucap Elfath yang langsung menghadiahkan pukulan ke arah preman tersebut

Bugh bugh bugh

Elfath t memukul preman tersebut dengan membabi buta. tidak membiarkan celah sedikitpun untuk preman tersebut melawan.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang