Setelah dari rumah sahabatnya, Elfath langsung pulang kerumah. Sebelumnya dia hendak mampir kerumah sakit untuk menyenguk gadis yang sudah berhasil mengambil hati nya, tapi dia urungkan ketika mengingat Adeknya dirumah. Sekarang Elfath memang tidak lagi mengantar atau menjemput Adeknya kesekolah karena sudah ada supir pribadi yang khusus untuk Ara.
"Non Ara, demam tinggi sejak pulang dari sekolah tadi." Bi Sri langsung berlari menuju kearah tuan mudanya yang baru saja memasuki rumah.
"Kenapa Bibi nggak telpon aku." Elfath mempercepat langkahnya menuju ke kamar adeknya dengan raut khawatir.
"Bibi udah telpon kamu beberapa kali, tapi hp kamu nggak aktif." ucap Bi sri mengikuti langkah Elfath
Selama dirumah sahabatnya, mereka semua memang mematikan hp termasuk dengan Elfath. karena tidak ingin ada yang menganggu waktu mereka. Tapi dengan bodohnya Elfath lupa menelpon Bibi untuk memberitahunya. Biasanya sebelum dia berkumpul bersama sahabatnya. Dia akan menyempatkan waktu untuk menanyakan kabar adiknya ke pada bibi Sri yang sudah lama berkerja dirumah nya.
Elfath mengerutuk dirinya sendiri karena telah melupakan Adeknya.
lelaki itu langsung mengecek keadaan adiknya. Elfath bisa melihat tubuh adeknya yang mengigil dibalik selimut yang menutupi tubuhnya. Elfath meletakkan telapak tangannya didahi Ara untuk mengecek badan adeknya. Suhu tubuh Ara sangat panas, bibir gadis kecil itu telah pucat dengan wajah yang sudah memerah.
"Tadi Non Ara udah minum obat, tapi keadaannya tidak juga membaik." seru Bi Sri yang juga khawatir dengan gadis yang sedang terbaring itu.
"Kita bawa Ara kerumah sakit aja Bi." Seru Elfath yang sedang mengusap rambut adeknya
"Bibi, tolong panggil pak Nasir untuk siapkan mobil."
"Pak Nasir sudah pergi bersama nyonya, tadi bibi juga rencana mau bawa Non Ara kerumah sakit bersama pak Nasir, tapi nyonya malah memaksa pak Nasir untuk tetap mengantarnya dan membiarkan Non Ara yang sudah kesakitan," jelas Bi Sri dengan kepala menunduk.
Lelaki itu menghela nafas mendengar perkataan dari Bibi. Ibu tirinya memang tidak pernah memikirkan keadaan mereka, tapi setidaknya dia punya sedikit rasa kasihan kepada Adeknya. Kalau sampai terjadi sesuatu ke Adeknya ,dia tidak akan pernah mengampuni ibu tirinya yang sudah melarang Adeknya untuk kerumah sakit.
Elfath langsung mengendong tubuh kecil adeknya yang tidak berhenti mengigil dari tadi. "Bibi, ikut aku kerumah sakit."
Selama menuju perjalanan kerumah sakit yang berjarak sekitar 30 menit dari rumahnya. Gadis kecil itu terus saja meracau tidak jelas diatas pangkuan Bibi Sri dikursi belakang. Elfath tidak bisa fokus menyetir mobil , matanya terus memerhatikan adeknya dari balik kaca mobil.
"Bunda, Jangan tinggalin Ara." racau Ara tidak tenang dengan mata yang masih terpenjam.
"Ara Mohon, Jangan pergi Bunda. Ara mau ikut bunda, disini semua orang jahat sama Ara." tubuh Ara semakin mengigil dengan mulut yang terus meracau tidak jelas.
Tanpa sadar pelupuk mata Elfath mengeluarkan satu bulir Air. Hatinya terasa diremas kuat melihat adek kesayangannya sakit seperti ini. lagi-lagi dia merasa gagal menjadi seorang Abang untuk Ara.
"Ara hanya demam tinggi biasa tidak ada penyakit serius. Saya lihat, Ara memikirkan sesuatu yang berat, sehingga itu bisa membuat anak sekecil itu stres sampai demam seperti ini. Saran saya, tolong Adeknya dijaga ya El, Jangan sampai Ara stres, bahaya untuk anak seusianya." ucap dokter Susan yang notabene sahabat akrab dari bundanya. Dokter susan merupakan salah satu orang yang selalu ngedukung semua hal yang dilakukan Elfath dan selalu mengawasi perkembangan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfath (Selesai✓)
Teen FictionElfath Bintang Adrian, sosok yang sangat di kagumi banyak orang, karena kebaikan hatinya yang suka menolong sesama. Cuek, tapi perhatian. Laki-laki yang selalu menebar senyuman manisnya, dalam keadaan apapun. Memiliki wajah tampan, membuat semua kau...