34. Elfath

43 9 0
                                    

Hallo semua
Aku comeback lagi nih wkww
siapa yang kangen sama aku.
Semoga kalian suka sama prat kali ini ya.
Tunggu dulu!!
Bintang dan komentarnya jangan lupa ya sayang,🌻Sayang kalia banyak-banyak

Happy reading🌻

Elfath mengerjapkan matanya beberapa kali, Ruangan bernuansaa abu-abu dan beberapa desain yang terpasang rapi didinding menganggu netra lelaki itu. Bibirnya tersenyum setelah mengenali tempat ini. Keadaannya sudah sedikit membaik, Dadanya pun sudah tidak terlalu sesak.

"Bangun juga Lu. Gua pikir udah mati."ucap seseorang yang datang dengan napan berisi makanan.

"Kalau gua mati, nangis!"ucap Elfath

"Ogah, gua nangisin lu," ujar Alif dingin

"Makan, dari semalam lu belum makan." Alif memberikan sepiring nasi yang ia bawa dari dapur tadi.

"Ga mau, gua ga nafsu makan." tolak Elfath sambil menutup rapat mulutnya tidak ingin makan seperti anak kecil.

"Cepatan makan."ucap Alif tanpa menerima penolakan.

"Ga mau. Kecuali kalau lu mau suapin gue." Yang namanya Elfath tidak pernah bisa jika tidak membuat Alif mendecak kesal dan berakhir menuruti permintaannya.

"Punya tangan kan."

"Punya."

Dengan polosnya Elfath mengangkat kedua tangannya dihadapan Alif.

"Makan sendiri. Ga usah manja."

"Ya udah gua ga mau makan." ucap Elftah yang sudah memalingkan wajahnya.

Alif menghela nafas panjang melihat tingkah sahabatnya satunya."Buka mulut lu."

"Nah gini dong. Kan enak disuapin sama abang Alip." ucap Elfath dengan nada seperti anak kecil.

"Makan, abang Elfath." Alif menyuapi Elfath dengan paksa membuat mulut Elfath penuh dengan makanan

"Pelan-pelan. Kalau gue keselek gimana." Elfath mulai mengunyah makanan yang disuapin oleh Alif.

"Ga usah protes." Alif menatap tajam kearah Elfath Yang hanya mengganguk sambil tersenyum.

Suapan demi suapan telah habis ditelan oleh Elfath yang disuapin oleh Alif. Sikap dingin Alif dan tidak peduli akan sesama tidak berlaku untuk Elfath. Sedingin apapun Alif bersikap dihadapan, Akan luluh jika Elfath sudah merengek seperti tadi.

Asyik mengunyah makanan,mata Elfath tidak sengaja melihat sebuah kertas putih terletak diatas nakas samping kasur Alif.

Elfath tersenyum melihat gambar dikertas putih tersebut yang ia tau bahwa gambar itu dibuat oleh Alif.

"Gue pikir udah nyerah. Ga mau lagi jadi artisitek." sindir Elfath sambil memerhatikan rancangan desain yang digambar oleh sahabatnya Alif. Elfath akui, Alif emang sangat cocok untuk jadi Arsitek. Desain yang Alif buat tidak pernah gagal. Desaian nya selalu bikin Elfath kagum.

"Gue dengerin Lu. Untuk tetap ngejar impian gue jadi arsitek kan." ucap Alif

"Keputusan yang bagus abang Alip."

"Gua mau kritik desain lu yang ini. Garisnya masih miring, bentuk pintunya kenapa gini. Nah ini lagi atapnya kayak bambu runcing." ujar Elfath yang sok-sokan mengkritik desain museum yang Alif buat.

Elfath tidak pernah memuji desain yang Alif buat secara langsung. Tapi Elfath tidak bisa pungkiri kalau desaian Alif beneran sangat bagus dan rapi. Elfath cuma mau Alif terus belajar walaupun desainnnya sudah bagus.

Elfath (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang