Bahagia bukan tentang hidup yang sempurna, tapi saat kita bisa menikmati dan mensyukuri sesuatu yang telah kita terima dengan ikhlas
...Selesai melakukan pratikum kimia, Elfath dan sahabatnya istirahat ditaman belakang sekolah. Arya yang sudah berbaring diatas rerumputan, Elfath yang sudah memejamkan matanya bersandar dipohon beringin, sedangkan yang lain duduk disamping mereka berdua. Suasana begitu sepi tidak seperti biasanya , tidak ada yang memulai perbincangan, semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Woi, kenapa kalian tiba tiba cosplay jadi patung? nggak ada kerjaan banget." ucap Yogi yang heran melihat semua sahabatnya yang terdiam tidak seperti biasanya.
Kesel karena nggak ada satupun yang mengrespon ucapannya. Yogi binggung, sebenernya apa yang sedang dipikirkan sahabatnya.
Yogi menyenggol bahu Arya yang kebetulan berbaring disampingnya dengan sedikit keras.
"Njir, sakit bego." Arya mengusap bahunya yang kesakitan akibat ulah sahabatnya.
Dengan tidak merasa bersalah sedikit pun, Yogi langsung memukul bahu Arya lagi beberapa kali.
"Ar, bahu lu berdarah!" ucap Mirza yang sadar
"Lu sih Yo." Arya mendudukan dirinya dan melihat ke arah bahu yang kembali mengeluarkan darah dibalik seragam
"Kenapa bisa berdarah gitu Ar?" Elfath yang tersadar dari lamunannya langsung bertanya kepada sahabatnya .
"Biasalah." Arya hanya tersenyum kearah sahabatnya.
"Maafin gua Ar." Yogi merasa bersalah karena telah membuat luka sahabatnya kembali terbuka
Arya hanya membalas ucapan yogi dengan senyuman. Mereka semua tau dengan kehidupan Arya , jadi tidak asing lagi ketika sahabatnya terluka begini. ingin menolong! tentu, tapi mereka tidak berhak sedikitpun. Mereka akan berusaha untuk selalu ada disaat sahabatnya butuh.
"Lagian main fisik tiap hari enak tau, mental gua jadi terlatih." ucap Arya yang diakhiri kekehan
"Selalu disalahain dan dibandingkan sama orang lain , juga enak banget njir." sambung Mirza sambil tersenyum
"Lah, dituntun untuk selalu jadi yang pertama juga enak banget,"ucap Alif
"Selalu dianggap kayak anak kecil juga enak banget njir."
"Kenapa malah jadi adu nasib gini sih?" ucap Arya sambil tertawa keras yang diikuti oleh sahabatnya yang lain.
Mereka tertawa miris mengingat nasib hidup yang diluar ekspektasi mereka sendiri. Seakan-akan mereka tidak berhak memilih jalan hidup mereka sendiri.
Elfath hanya tersenyum tipis melihat tawa sahabatnya yang terpaksa untuk menutup sebuah kenyataan pahit .
Gua nggak boleh lemah, Gua harus kuat untuk mereka.
"Woi udah, tawa kalian bikin gua merinding." ucap Elfath dengan nada bercanda
Mereka semua menghentikan aksi menertawakan diri sendiri.
"Bagaimana kalau kita healing?" ucap Yogi yang masih setengah ketawa. "Nggak perlu jauh-jauh deh yang penting kita santai." lanjut Yogi
"Rumah gua aja gimana?" ucap Mirza
"Boleh banget, sekalian kita jenguk tante sarah," seru Arya
"Healing dirumah? okelah, yang penting kita happy," ujar Alif
KAMU SEDANG MEMBACA
Elfath (Selesai✓)
Teen FictionElfath Bintang Adrian, sosok yang sangat di kagumi banyak orang, karena kebaikan hatinya yang suka menolong sesama. Cuek, tapi perhatian. Laki-laki yang selalu menebar senyuman manisnya, dalam keadaan apapun. Memiliki wajah tampan, membuat semua kau...