"Den, makan ma-m-maaf den." Bibi buru-buru masuk ke dapur lagi saat melihat Riki sedang ada digendongan Bagas ala koala membuat Riki menatap bibinya melongo diam.
"Eh, Bi tunggu! Bukan seperti yang Bibi pikirin!" Teriak Riki menatap ke arah dapur dengan wajah kesal, dia menatap ke arah Bagas yang meringis kesakitan karena jambakannya.
"Turunin gua asu!" Seru Riki masih menjambak rambut Bagas.
"Lepasin dulu rambut gua njing!" Suruh Bagas. Riki nurut melepaskan jambakannya lalu Bagas nurunin Riki dari gendongannya.
"Sialan rambut gua berasa copot dari kulit," gerutu Bagas mengusap rambutnya lalu menatap ke arah Riki yang menatapnya kesal.
"Mendingan lu pulang." Usir Riki, bodo amat.
"Gua mau nginep," ucap Bagas menatap Riki sambil memasukan tanganya kedalam saku celananya.
"Gua nolak, sono balik." Usir Riki lagi berjalan ke arah pintu rumahnya dan membuka pintunya mempersilahkan Bagas keluar dari rumahnya.
"Oke, gua nginep." Seru Bagas sambil tersenyum lalu dia duduk di sofa ruang tamu dengan santai. Riki menggertakan giginya kesal, dia menghela nafas cape. Bagas minta banget di jotos sama rukiyah, eek emang.
"Terserah." Ucap Riki telak, dia berjalan ke arah ruang makan. Riki bodo amat Bagas mau nginep kek mau mati juga gapapa, dia duduk di bangku meja makan disusul sama Bagas yang duduk juga di sebelah Riki.
Ni bangsat kek rumah sendiri aja, seenaknya, batin Riki yang udah nahan emosi buat ga bunuh Bagas. Riki makan makanannya begitu juga dengan Bagas. Mereka diem-dieman gada yang bicara, Bagas kan jadi bingung sama ga enak.
Suruh siapa maksa nginep, aneh emang.
Riki udah gatel banget mulutnya pengen nanya ke Bagas. "Woy bangsat, lu mau apasi?" Tanya Riki to the point, ga mungkin Bagas mau nginep gitu aja gada apa-apanya.
Mereka berdua baru selesai makan dan Riki yang udah nahan mulutnya buat ga nanya saat makan, dia tambah kesel liat Bagas yang kek berasa di rumah sendiri.
Bagas menatap ke arah Riki bingung. "Gua ga mau apa-apa," balas Bagas setelah meminum minumanya sampai habis.
"Boong kan lu, pasti lu ada sesuatu." Ucap Riki menatap ke arab Bagas curiga.
"Dibilang ga ada," jawab Bagas serius.
Masa ga ada si anjing? Aneh banget si bangsat, batin Riki natep Bagas ga percaya.
Riki ga nanya lagi, ga mau urusan si sebenernya, Bagas nginep aja dia udah ga ikhlas-ikhlasan.
"Gua numpang mandi di kamar mandi lu." Ucap Bagas sambil berjalan ke lantai 2 menuju ke kamar Riki, enak banget ngomongnya.
Riki menarik nafasnya pelan lalu dia buang dengan kasar. Sumpah dia pengen banget gorok leher Bagas, kalo ngebunuh ga dosa mah.
Bibi yang liat garpu besi yang di pegang tangan Riki bengkok, dia cuma berdiri natep tuannya merinding. Bibi baru tau aden kalo marah serem.
Riki berdiri dari duduknya. Dia berjalan meninggalkan ruang makan naik ke lantai dua menuju kamarnya. Bi Umi berjalan ke arah tempat duduk Adennya tadi, dia mengambil garpu yang dibengkok sama Riki.
"Waw ni besi loh, tipe-tipe kuat ampe pagi ni pasti." Ucap Bibi cekikikan kek orang gila.
Riki buka pintu kamarnya nampilin Bagas yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya memperlihatkan badan atasnya.
Bagas liat ke arah Riki yang berjalan ke arah kasurnya dan baringin badannya dengan posisi tengkurap. Bagas menatap Riki bingung, dia berjalan ke arah baju yang dia sempat beli sebelum ke rumah Riki tadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Ficção Adolescentestatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...