S2 6. LOMBA

8.2K 795 24
                                    

PRITTT...!

Suara peluit terdengar tanda perlombaan telah dimulai, semua siswa-siswi bersorak-sorak menyemangati teman-temannya yang mengikuti perlombaan.

"Ayo, Cup! Lebih cepet dong!! Bagas lu lama amat!" Teriak Rio yang melihat gereget ke arah Bagas dan Ucup yang sedang lomba karung pakai helm.

"BACOT LU ANJING!" Umpat Ucup yang kesusahan melompat. Udah susah karena helm agak kebesaran lagi, helm punya Pak Yanto keknya.

"Woy, Gas! Yang cepet lah!!" Teriak Riki dari arah pinggir lapangan yang melihat Bagas lompat kek siput, ngabad banget.

Bagas nengok ke arah pinggir lapangan menatap ke arah Riki, lalu dia membuat pose 'oke' dengan jarinya ke Riki.

"Buset ngebut si Bagas." Celetuk Iqbal yang melihat Bagas sampai duluan, padahal tadi dia ditengah-tengah.

"WOY CUP! LU MENANG GUA KASI DUIT!" Teriak Bagas yang melihat Ucup masih ditengah-tengah dengan yang lain.

"HAH? BENERAN LU YA ANJENK!" Teriak Ucup balik, setelah itu dia melompat cepat menyusul Bagas yang sudah duduk santai di perbatasan finish.

"Denger duit aja langsung semangat, dasar perjaka matre." Ucap Riki sambil berjalan mendekat ke arah Bagas dan Ucup yang sedang istirahat setelah ikut lomba karung, dan herannya si Bagas sama Ucup juara 1.

"Lah dari pada elu udah kaga perjaka," balas Ucup tidak mau kalah yang langsung dipelototi Riki.

"Ya kan dia udah punya gua," celetuk Bagas sambil minum minuman yang dikasih Riki.

"Iyain." Jawab Ucup malas, debat sama bini Bangsat udah langsung disemprot sama lakiknya langsung.

"Rik, minuman buat gua mana?" Tanya Ucup sambil ngipasin badannya dengan baju sekolah, jahat banget gada yang peka temen-temennya emang eek.

"Nih." Celetuk seseorang dari arah belakang Ucup, sontak Ucup mendongak menatap wajah Rico yang berdiri di belakangnya.

"Minum," ucap Rico menyodorkan minumanya ke arah Ucup sambil duduk disebelahnya. Ucup menerima minuman dari Rico yang langsung dia minum sampai setengah.

"Makasih," balas Ucup yang dianggukin Rico.

"Pacarannya nanti, ini tinggal lomba makan cabe." Celetuk Bagas sambil menatap ke arah Riki, sontak Riki menghela nafasnya kasar.

"Gua mencret tanggung jawab lu pada." Ucap Riki sambil berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju ke arah lapangan siap-siap ikut lomba selanjutnya.

"Pak, hadiahnya apaan? Kalo muridnya mencret Bapak tanggung jawab ya." Tanya Riki menatap ke arah Pak Yanto yang menjadi pembina perlombaan.

"Iya, Bapak udah bawa daun jambu batu dari rumah, noh sekarung." Tunjuk Pak Yanto yang ditatap Riki datar, dikira wedus kali.

"Serah Bapak."

"ABISIN RIK! NANTI GUA BELIIN MOTOR BARU!" Teriak Bagas yang membuat beberapa siswa menatapnya melongo termasuk Riki.

"Bapak ngga sekalian?" Tanya Pak Yanto ke arah Bagas.

"Maaf pak, Bapak siapa ya?" Balas Bagas dengan wajah santai, emang kurang ajar.

"Rik, ko gua ke bawa-bawa si anjing?" Tanya Iqbal menatap Riki jengah, dia males banget ikut lomba beginian. Yang bikin males ya gada yang mau ikut, emang Iqbal tu dapet kelas mblangsak mulu, kaga kelasnya kaga orangnya sama aja.

"Ya gapapa, jadi gua ada temen mencret juga." Balas Riki yang digeplak oleh Iqbal.

"Oke anak-anak, kalian sudah siap?" Tanya Pak Yanto lewat Toa.

"BELUM!"

"Bagus, siapa yang bisa abisin cabe segelas jadi pemenangnya! Selamat kepedasan."

PRITTT..!

Lagi-lagi suara peluit terdengar menandakan perlombaan dimulai. Riki menatap ke arah cabe yang masih utuh digelas, lalu dia menatap ke arah Iqbal yang sedang makan cabenya dengan santai kek makan makanan enak.

Riki melotot ke arah Iqbal, sontak dia mengambil cabe digelas dan memakannya.

Bangsatt, pedes banget!! Riki menatap ke arah Pak Yanto yang tersenyum menatap ke arah murid-muridnya. Pak Yanto tersenyum menatap ke arah Riki lalu menunjuk ke arah karung yang berisi daun jambu.

Sontak Riki memakan cabenya, bodo amat kalo mencret. Pokoknya Riki harus menang biar Pak Yanto kaga senyum-senyum ngeselin, pasti dia seneng nih murid bandelnya kepedasan.

Riki udah abis setengah, dia udah nunduk sambil nopang tangannya dipinggir meja. Keringat juga udah keluar dipelipis dahinya, dia melirik ke arah teman-temanya yang banyak ga sanggup. Iqbal juga udah hampir abis.

Nyiksa murid berkedok Lomba inimah namanya, Riki menatap ke arah Bagas yang sedang berjalan mendekat kearahnya dengan membawa air.

"Kalo ga sanggup gausah dipaksa," ucap Bagas sambil meletakkan airnya dimeja. Untung ni lomba gada batas waktu yang penting siapa yang abis duluan menang, jadi Riki bisa lebih santai.

"Berisik...hah..emang boleh minum?" Tanya Riki menatap Bagas sambil menutup mulutnya yang kepedasan.

"Boleh, abisin dulu cabenya." Balas Bagas dengan seringainya, dia membuka tutup botol air yang pegang lalu dia meminumnya didepan Riki.

Sontak Riki melotot ke arah Bagas dengan sumpah serapah di dalam hatinya. "Ah..seger banget yang." Ucap Bagas lirih dengan seringainya.

Bagas meminum kembali minumanya berniat usil lagi, buru-buru Riki mendorong bawah botol sampai membentur mulut Bagas dan tersedak air.

"Mampus!" Umpat Riki yang melihat Bagas batuk-batuk, lalu dia memakan cabenya lagi sampai habis.

"Abis pak!! Hadiahnya harus...hah..bagus!" Ucap Riki langsung buru-buru lari ke arah kantin, bodo amat si Iqbal udah kelar apa belum, dia udah pedes banget mana agak mules.

Bagas menyusul ke kantin dan melihat Riki yang berada didepan kulkas sambil meminum air dingin dengan kulkas yang masih terbuka.

"Kalo minum air dingin malah tambah pedes, Rik." Celetuk Bagas yang membuat Riki menatap ke arahnya.

"Berisik." Balas Riki yang melanjutkan minum air dinginnya yang udah abis 2 botol.

Bagas merebut botol yang dipegang Riki yang membuat Riki menatap Bagas kesal.

"Gas, sini airnya...hah..pedes anjing!"

"Pedes banget?" Tanya Bagas, goblok banget ga liat Riki udah kek mandi keringat gini malah nanya.

"Goblok malah nanya..hah..SINI!" Balas Riki menatap Bagas kesal.

"Sini." Bagas meminum air dinginnya lalu dia menarik belakang leher Riki dan mencium bibirnya.

Dia menekan belakang leher Riki memperdalam ciumannya. Riki membuka mulutnya yang membuat Bagas langsung memasukkan air yang berada didalam mulutnya ke mulut Riki.

Erangan lirih Riki keluar saat Bagas memainkan lidahnya dimulut Riki membuat air didalam mulutnya menetes sampai ke lehernya. Riki mendorong bahu Bagas sampai tautan ciuman mereka terlepas.

"Hah...Bangsat gatau tempat." Umpat Riki sambil menghirup nafasnya cepat.

"Ilang kan pedesnya?" Tanya Bagas sambil mengambil tisu dimeja lalu mengelap air disudut bibir Riki sampai ke lehernya.

Lumayan si...batin Riki menghela nafasnya jengah. Riki tidak sengaja melirik ke arah pintu masuk kantin yang membuatnya menatap kaget kearah pintu.

Bagas menatap Riki bingung, lalu dia ikut menatap ke arah pintu dan menatap sedikit terkejut ke arah seseorang yang berada di pintu kantin.

"Ci-Citra." Ucap Riki sedikit gugup yang melihat Citra berdiri dipintu kantin dengan wajah melongo.



TBC.

Lanjut?

BAGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang