25. WEE

28.3K 3.2K 49
                                    

"Lu berdua ngapain disini?" Tanya Bagas menekan kata-katanya menatap Ucup dan Rio kesal.

Ucup sama Rio mendongak menatap Bagas yang sedang diambang pintu kamarnya, mereka berdua lagi jongkok sambil merokok depan pintu kamar villa Bagas.

"Ganguin lu," balas Ucup membuang rokoknya yang belum mati di tong sampah.

"Goblok kalo kebakaran gimana?" Sewot Rio menggeplak kepala Ucup.

"Lupa, lu mau mungutin?" Tanya Ucup menatap Rio dengan cengirannya.

"Ogah." Jawab Rio dengan sinis.

"Yaudah."

Bagas menatap mereka berdua datar, dasar ganggu banget anjing, ga bisa apa Bagas berduaan sama Riki. Dia nengok ke belakang menatap Riki yang sedang melihat pantai dari balkon kamar.

Bagas berjalan menghampiri Riki, dia memeluk pinggang Riki dari belakang dan menopangkan wajahnya ke pundak kiri Riki.

"Kaget!" Sewot Riki menatap Bagas kesal. Bagas terkekeh menatap wajah Riki yang kesal, dia mengeratkan pelukanya.

"Udah malem, masuk. Nanti masuk angin," ucap Bagas menatap wajah Riki dari samping.

"Ngga bakal," balas Riki sambil menghela nafasnya malas.

"Atau mau gua bopong?" Bisik Bagas di telinga kiri Riki.

"Gua masi punya kaki!" Gerutu Riki menyenggol wajah Bagas dengan pundaknya supaya menjauh.

"Rik ayo nge-"

"Gua tidur disini ya Gas!" Celetuk Rio masuk ke dalam kamar Bagas.

"Nah bener udah malem juga. Ki, kita main pe'es sekalian yuk." Ajak Ucup ikut-ikutan.

Bagas tersenyum kesal menatap ke arah Ucup dan Rio yang sudah duduk selonjoran di depan TV megang stik pe'es.

"Nah ayok!" Riki melepaskan pelukannya dengan Bagas, dia menghampiri Ucup dan Rio yang sudah stay didepan TV. Bagas menatap mereka bertiga datar, dia mengehela nafasnya kasar lalu ikut menghampiri mereka.

"Hoamm...gua ngantuk. Kalah mulu gua anjing! Bagas lu ngapain ikut main!" Sewot Ucup ke Bagas, sekarang udah jam 1 pagi.

Soalnya Bagas kalo main pe'es berasa main sendiri yang lain ga selera main sama dia, ga mau ngalah si Bagas menang mulu.

"Ngajak si Riki malah molor," celetuk Rio yang masih fokus layar TV. Bagas mengalihkan pandangannya dari arah TV ke arah Riki yang sudah tidur senderan di pinggir kasur.

Dia meletakkan stik pe'esnya lalu menghampiri Riki. Bagas mengangkat badan Riki ala bridal style. Rio melirik Bagas sebentar lalu fokus ke layar TV lagi, si Ucup udah molor juga di karpet lantai depan TV, bodo amat si Rio mah.

Bagas baringin badan Riki di kasur lalu selimutin badannya, dia ngecup jidat Riki lalu pipi kanan kiri terus pindah idung turun ke bibir. Dia negakin badannya lagi, Bagas berjalan menghampiri Rio sama Ucup yang udah molor.

"Tidur dikamar sebelah." Bagas melempar kunci kamar sebelah ke arah Rio yang di tangkap sama dia.

"Kebo bangun!" Rio menggoyangkan badan Ucup supaya bangun dari molornya.

"Apasi mau mimpi enak juga," sewot Ucup menatap Rio dengan wajah bantalnya.

"Bangun ayok pindah kamar." Rio melotot ke arah Ucup.

"Iyaiya..." Ucup berdiri dari tidurannya dengan mata yang masih ngantuk, mereka berdua keluar dari kamar Bagas dengan Ucup yang nabrak sana sini.

Bagas mengehela nafasnya jengah akhirnya hama kutu keluar, dia menutup pintu kamarnya dan menghampiri Riki yang sudah tidur. Dia ikut baringin badannya disebelah Riki lalu menyelimuti badannya sendiri dan memeluk badan Riki dari belakang.

Riki membuka matanya perlahan, dia mengedipkan matanya beberapa kali. Riki nengok ke belakang menatap wajah Bagas yang tenang lagi tidur, pandangannya menatap jam dinding yang menunjukan jam 3 pagi. Riki membalikkan badannya menghadap ke arah Bagas.

Dia kebangun jadi ga ngantuk lagi. Riki mandangin wajah Bagas lumayan lama lalu dia mengecup bibir Bagas pelan, tiba-tiba tangan seseorang melingkar di pinggang Riki dan menariknya membuat badan Riki dan Bagas berdempetan.

Riki membuka matanya dan melepaskan ciumannya menatap Bagas yang sudah membuka matanya sambil tersenyum ke arah Riki.

"Masi pagi." Bagas mencium bibir Riki dan melumatnya, tangan dia menarik pinggang Riki mempersempit jarak badan mereka.

Riki membalas lumatan Bagas, dia meremat bahu Bagas sesekali terdengar lenguhan kecilnya. Tangan Bagas mulai masuk ke dalam baju Riki dan mengelus punggung Riki lembut. Bagas menggigit bibir bawah Riki, sontak Riki mengerang pelan dan membuka mulutnya dan tanpa banyak waktu Bagas memasukan lidahnya ke dalam mulut Riki.

Dia mengubah posisi menjadi di atas Riki, tangan Bagas mulai naik ke dada Riki dan memainkan nipple-nya.

"Nghh..." Bagas melepaskan ciumannya dan menatap wajah Riki yang merah, dia mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Riki lalu mencium dan menyedot leher Riki sampai membekas tanda merah.

Dia membuat beberapa tanda merah dan gigitan di leher Riki dan tulang selangkanya.

"Gas..." Panggil Riki ke Bagas yang mulai ga nyaman dibawahnya.

Riki kaget saat Bagas menarik celana Riki sampai telanjang memperlihatkan aset milik Riki yang udah menegang, dia menaikan baju Riki sampai depan dada Riki lalu Bagas mengulum dan menjilati seksual nipple Riki.

"Ahh..ngh.." Erangan Riki keluar saat Bagas mulai naik turunin tanganya cepat ke aset milik Riki.

"Kelamaan." Ucap Bagas setelah melepas kulumannya di nipple Riki, dia berhenti menggerakan tanganya.

Bagas menurunkan celananya memperlihatkan aset miliknya yang kedua kalinya Riki melihatnya, dia melebarkan kaki Riki dan mempersempit jarak badan mereka berdua.

"G-gas..?" Panggil Riki lagi menatap Bagas gugup.

"Apa?" Tanya Bagas menatap wajah Riki yang merah, dia terlihat gugup saat melihat aset milik Bagas.

Belum sempat Riki menjawab pertanyaan, Bagas mulai memasukkan miliknya ke lubang Riki membuat Riki menggigit bibir bawahnya keras dan meremat bantal erat.

"Ngh!..P-perih..keluarin.." Riki menahan perut Bagas supaya berenti. Bagas menghentakan miliknya keras sampai masuk semua ke dalam lubang Riki.

"AH!! Brengsek..!" Umpat Riki ke arah Bagas.

Bagas tersenyum ke arah Riki, dia menundukkan kepalanya lalu mencium bibir Riki dan mulai menggerakan pinggangnya.

"Ngh!..Ahh!..Gas..a little..fast..ah!"

"I'll do sayang." Bisik Bagas lirih di telinga Riki dan mulai menggerakan pinggangnya cepat.

"Ah!...akh..k-kec..ah!..pe-"

KECEPATAN GOBLOK BANGSAT! Umpat Riki dalam hati ke Bagas yang menggerakkan pinggangnya cepat.

Bagas berhenti dari gerakannya, sontak Riki menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan, dia menatap ke arah Bagas bingung. Bagas mengangkat badan Riki sampai duduk di pangkuannya.

"Nghh!" Erangan Riki keluar saat milik Bagas masuk lebih dalam. Riki memeluk leher Bagas dan menopangkan wajahnya ke pundaknya.

Bagas menyenderkan punggung Riki di senderan kasur, dia menahan kaki Riki supaya ga jatoh dan mulai menggerakan pinggangnya dengan cepat lagi.

"Sampai pagi ya?" Bisik rendah Bagas ditelinga Riki yang sama sekali ga digubris Riki karena mulutnya mengeluarkan erangan dan desahan terus.

Riki membuka matanya perlahan, dia mengedipkan matanya beberapa kali karena silau.

Setelah matanya mulai jelas dia menatap jam dinding yang menunjukan jam 9 pagi, dia menatap Bagas yang berada di depannya masih tidur dengan memeluk pinggangnya.

Riki menggerakan badannya sedikit mencoba melepaskan tangan Bagas, dia meringis kesakitan saat merasakan lubangnya perih.

BAGAS BANGSAT!



TBC.
>>>>

BAGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang