Bagas membuka pintu rumahnya dengan tangan yang menenteng plastik belanja disusul Riki dari belakang lalu menutup pintu rumahnya dan berjalan meletakkan belanjaan dimeja dapur disusul sama Bagas.
"Mandi dulu, Gas. Gua mau beresin ini dulu," suruh Riki sambil mengeluarkan sayuran dari kantong plastik.
"Gua bantuin, mandinya nanti aja." Balas Bagas menaruh tas miliknya dan milik Riki di sofa ruang TV.
"Mandi dulu sana, lu bau." Ucap Riki sambil menggeser badannya menjauh dari Bagas, sontak Bagas mencium badannya.
"Ngga bau kok, masi wangi gini."
"Bau lu." Ucap Riki menggeser badannya lagi menjauh dari Bagas membuatnya menatap Riki dengan mimik wajah datar. Bagas mengangkat badan Riki tanpa aba-aba, membuat bahan masakan yang dipegang Riki jatuh berhamburan dilantai.
"Bangsat, turunin gua!" Suruh Riki menatap Bagas kesal.
"Katanya gua bau, yaudah kita Mandi bareng aja, soalnya lu juga bau." Ucap Bagas sambil berjalan membawa Riki digendonganya ala bridal style ke arah kamar mereka.
"Gua mau masak dulu, lu ga laper apa?" Tanya Riki sambil memegang pundak Bagas.
"Kita mandi dulu, soalnya lu bau." Ucap Bagas yang dijambak Riki menatap wajah Bagas kesal sampai mengaduh kesakitan.
Setelah beberapa menit Riki keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya disusul sama Bagas.
"Rik, kok ga bikin Bagas Junior." Ucap Bagas menatap Riki cemberut yang ditatap Riki malas, dia heran otak Bagas isinya cuma itu-itu mulu perasaan.
"Emang modelan kek lu bisa digandain?" Tanya Riki menatap Bagas sebentar, lalu dia berjalan ke arah lemari mengambil baju santainya.
"Ya bisa, lebih bagus lagi kalo gandainnya sama lu." Balas Bagas sambil duduk di pinggir kasur masih dengan telanjang dada dan handuk yang melilit di pinggangnya.
Riki ga gubris perkataan Bagas, dia memakai bajunya dan mengambil baju buat Bagas lalu dia kasih ke arah pemuda itu. Bagas menerima baju yang Riki kasih dan menaruhnya disamping, lalu Bagas menarik pergelangan tangan Riki sampai duduk di pangkuannya dan memeluk pinggang Riki dari belakang.
"Maaf, gua ga bermaksud maksa lu buat hamil. Gua cuma bercanda sayang." Ucap Bagas meletakkan wajahnya dipundak kanan Riki.
"Gua tau, minggir gua laper." Balas Riki menatap ke arah wajah Bagas yang berada disampingnya. Bagas menatap wajah Riki balik, pandangan Bagas tertuju ke arah bibir pink Riki lalu dia menatap mata Riki yang masih menatapnya.
Bagas mengecup singkat bibir Riki lalu melepaskannya, dia menatap wajah Riki. "Tapi gimana kalo kita bikin Bagas Junior?" Tanya Bagas dengan cengirannya yang ditatap Riki datar.
"Bagas Junior minta dikeluarin." Bisik Bagas lirih di telinga Riki, tangannya mulai masuk ke dalam baju Riki dan mengelus lembut perutnya.
"Gas, baru mandi.." Ucap Riki menahan pergelangan tangan Bagas yang mulai nakal didalam bajunya. Bagas ga gubris perkataan Riki dia menatap belakang leher Riki lalu dia menggigit dan menyedotnya keras sampai meninggal tanda merah.
Tin tong tin tong!
Bagas mengerutkan alisnya kesal, dia menatap ke arah pintu kamarnya yang tertutup.
Siapa si yang bunyiin bel berisik!
Riki berniat beranjak dari pangkuan Bagas sebelum Bagas menahan pinggangnya dan menatap ke arah Riki bertanya. "Mau kemana?"
"Buka pintunya lah, takutnya Bunda."
"Ngga bakal, udah lah lanjutin yang—
Tin tong!

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Teen Fictionstatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...