"Kalian abis ngapain?" Tanya Citra menatap Bagas dan Riki bertanya.
Riki berdehem menghilangkan rasa canggungnya, dia sedikit merapikan bajunya yang sedikit lecek. Bagas hanya melirik sebentar ke arah Citra lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Riki.
"Itu..abis minum." Balas Riki yang dianggukin Citra.
"Kalian berdua jadi deket ya." Ucap Citra yang membuat Riki sedikit gugup, beda dengan Bagas yang santai banget.
"Lu ngapain disini?" Tanya Bagas yang udah males liat muka Citra. Bukanya apa, tapi dia males aja liat mukanya yang kek ga pernah ada masalah aja.
"A-aku pengen ngomong sama kamu." Jawab Citra melirik ke arah Bagas lalu menundukan kepalanya.
Bagas menaikan satu alisnya menatap ke arah Citra bertanya begitu juga dengan Riki, dia menatap Bagas dengan wajah bertanya.
"Ngomong apa?"
"Boleh ga ngobrol berdua?" Tanya Citra sambil melirik ke arah Riki.
Riki menatap ke arah Bagas yang menatapnya juga diam, dia siap-siap berjalan sebelum Bagas menahan pergelangan tangan Riki membuatnya berhenti dan menatap Bagas bingung.
"Ngomong aja, gua ga mau kalo gada Riki." Ucap Bagas menatap Citra yang sedikit terkejut dengan ucapannya.
Citra sempet diam beberapa detik lalu dia berjalan menghampiri Bagas dan Riki. "G-gua pengen balikan, Gas." Ucap Citra sambil menatap Bagas dengan mata merah.
Riki terkejut saat Citra dengan beraninya bilang minta balikan ke suaminya, begitu pun dengan Bagas dia menatap Citra tidak kalah terkejut juga.
Apa-apaan setelah dia liat Citra dulu ciuman dengan laki-laki yang katanya tunangannya dan malah sekarang dia mohon buat minta balikan?
"Dulu aku dipaksa tunangan sama Ayah, Gas, maafin aku ga ngomong sama kamu. Aku pengen balikan." Citra menatap Bagas melas dengan airmata yang keluar.
Bagas menatap datar ke arah Citra, beda dengan Riki yang diam ngeblank mencoba mencerna ucapan Citra tadi.
"Gua ga bisa." Balas Bagas masih menatap Citra datar, lalu dia menarik tangan Riki berjalan keluar dari kantin meninggalkan Citra sendirian disana.
Bagas menggandeng tangan Riki berjalan dikoridor kelas yang sepi, soalnya siswa lain lagi dilapangan semua. Riki baru sadar setelah denger suara sorak-sorak di lapangan.
"Gas, mau kemana? Lombanya belum selesai." Tanya Riki ke arah Bagas yang masih menggandengnya keluar dari sekolah menuju ke arah Parkiran.
"Pulang, masuk." Balas Bagas yang sudah membuka pintu mobil untuk Riki.
"Lah bolos?"
"Gua pengen pulang, biar bisa berduaan sama lu." Ucap Bagas sambil tersenyum kearah Riki. Riki mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia baru tau ucapan Bagas sangat bahaya bagi jantungnya.
"Terus lomba masukin timunnya?" Tanya Riki menatap Bagas polos.
"Nanti masukin dirumah aja." Balas Bagas yang langsung ditonyor kepalanya oleh Riki. Riki masalah beginian konek kalo pelajaran masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Bagas terkekeh menatap ke arah Riki yang sudah duduk di bangkunya, dia menutup pintu mobilnya lalu dia berjalan cepat ke arah pintu pengemudi dan membuka pintunya.
Dia duduk disebelah Riki, lalu Bagas menghidupkan mobilnya dan mulai menjalankannya menuju ke rumah.
Mereka sempat saling diam sebelum Riki membuka suaranya. "Kenapa ga terima aja si Citra?" Tanya Riki yang membuat Bagas nengok kaget ke arah Riki lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah Jalan lagi.
"Ngomong apa lu barusan?" Tanya Bagas sedikit kesal dengan ucapan Riki tadi.
Riki menatap ke arah Bagas yang sedang fokus menyetir. "Gua bilang kenapa ga terima si Citra?"
"Kok lu nanya gitu? Ya jelas jawabannya karena gua udah punya lu, suami gua alias Istri gua, Riki Hermawan." Balas Bagas melirik ke arah Riki.
Riki sempat diam. "Padahal Citra bisa kasih keturunan." Ucap Riki yang membuat Bagas langsung meminggirkan mobilnya dan mengerem mendadak, sontak Riki menatap terkejut ke arah depan.
"Apa? Coba ngomong sekali lagi?" Tanya Bagas menatap Riki tajam yang membuat Riki menatap Bagas gugup.
Riki memalingkan wajahnya ke arah depan. "Citra bisa kasih keturunan, beda sama gu—
"Denger! Dengerin gua, mau Citra bisa kasih keturunan 100 pun gua cuma mau sama lu. Ga semua cewe bisa hamil begitu juga dengan cowo, ga semua cowo ga bisa hamil, kalo author maksudnya Tuhan ngasih keturunan ga ada yang tau."
"Kita cuma manusia yang dikasi titipan apa yang Tuhan kasih, mau itu harta atau anak. Gua nikah sama lu juga ga ngarepin keturunan sayang, tapi kalo dikasih gua juga bakal seneng."
"Ga ada yang tau. Sayang, dengerin gua." Bagas menangkup wajah Riki dengan dua tanganya lalu dia mendekatkan wajahnya ke wajah Riki.
"Kita udah nikah, gua cuma cinta sama lu sayang. Ga usah ngomongin masalah keturunan, kita aja masih sekolah."
"Lu bilang sekali lagi gua kenapa ga nerima Citra? Gua ewe lu disini sampe tekdung. Udah, kita pulang ga usah dipikirin." Ucap Bagas sambil menegakkan badannya dan menatap ke arah depan siap-siap menyalakan mobilnya.
"Bagas.." Panggil Riki yang membuat Bagas menatap kearahnya bertanya.
Riki mendekatkan wajahnya ke wajah Bagas lalu dia mencium bibir Bagas dan melumatnya. Riki melepaskan tautan ciumannya dan menatap wajah Bagas yang sedang menatapnya balik.
"I love you." Bisik Riki lirih ditelinga Bagas, lalu dia menatap wajah Bagas yang menatapnya intens.
"Rik.." Panggil Bagas masih menatap wajah Riki.
"Apa?"
"Dada gua kenapa?" Tanya Bagas dengan wajah polos.
"Maksudnya? Sakit?" Tanya Riki menatap Bagas khawatir.
"Iya, coba lu pegang." Suruh Bagas yang dituruti Riki. Riki menempelkan telapak tangannya kearah dada Bagas yang berdetak cepat.
"Tuh kan deg-degan, cepet lagi." Ucap Bagas sambil tersenyum ke arah Riki yang langsung Riki tonjok dada Bagas.
"Sialan!" Umpat Riki sambil duduk ke tempatnya semula. Bagas terkekeh menatap ke arah Riki yang menatap ke luar jendela.
"Love you too." Bisik Bagas di telinga Riki langsung Riki dorong wajah Bagas, agak geli aja gitu Bagas bilang gitu.
"Geli, mampir Alfajuni sekalian." Ucap Riki yang hanya dibalas ketawa Bagas. Riki tersenyum sambil menatap ke arah luar jendela.
"Emang bahan masakan abis dirumah?" Tanya Bagas sambil mendorong troli belanjaan yang masih kosong.
"Ya abis, emang yang sering minta makan siapa?" Ucap Riki melirik ke arah Bagas lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sayuran lagi.
"Gatau." Balas Bagas sambil menatap ke arah lain, dia mengambil sesuatu lalu menunjukannya ke arah Riki.
"Rik ini apaan?" Tanya Bagas sambil menunjukan barang ke arah depan Riki yang langsung dikasih pelototan Riki.
"Apasi anjing, masa gatau." Balas Riki merebut benda tersebut lalu menaruhnya ketempatnya.
"Apasi? Pempes?" Tanya Bagas menatap Riki bertanya.
"Goblok masa gatau soft*x." Gerutu Riki menatap Bagas kesal yang ditatap Bagas bingung, dia melirik ke arah yang bernama soft*x kata Riki.
"Lu make ga? Bisa buat ewe?" Tanya Bagas dengan wajah tololnya, yang membuat Riki pengen banget jotos mukanya.
"Ya kaga lah! Bangsat ayolah pindah." Riki mendorong punggung Bagas supaya pindah, lama-lama dia stres.
TBC.
Lanjut?

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Fiksi Remajastatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...