"Pake kemejanya," suruh Bagas yang ditatap Riki bingung.
"Buat apaan?" Tanya Riki menatap Bagas bertanya.
"Gua pakein?" Bagas mendekat ke arah Riki, sontak Riki berdiri dari duduknya berjalan berniat menuju ke toilet.
"Ganti sini aja," ucap Bagas yang membuat Riki berhenti dari berjalannya, dia nengok ke belakang menatap Bagas.
"Ogah gua," seru Riki menatap Bagas sedikit malu.
"Ganti depan gua," Bagas menatap Riki dengan senyumannya. Riki merotasikan matanya jengah, dia berjalan mendekat ke arah Bagas sampai didepannya lalu dia membuka bajunya memperlihatkan badan atasnya.
Bagas menatap wajah Riki lalu badannya. Riki memakai kemeja yang diberikan Cici, kebesaran ternyata.
"Udah kan?" Tanya Riki yang ditatap Bagas puas.
"Buka celananya," suruh Bagas sambil menopang badannya dengan dua tangannya di belakang.
"Anjing males gua, ngapain si lu tadi minta pake doang." Ucap Riki menatap Bagas kesal.
"Gua bukain?" Bagas menarik paksa celana Riki sampai lutut otomatis Riki menahan celananya.
"Bangsat gua gamau!" Riki menahan pergelangan tangan Bagas yang berusaha melepaskan celananya.
"Nurut dong kan hari ultah gua," ucap Bagas menatap Riki sedikit memelas.
"Ya ga gini juga!" Sewot Riki ke arah Bagas.
"Yaudah." Bagas menarik pinggang Riki sampai duduk di pangkuannya, dia mencium langsung bibir Riki dan melumatnya. Riki sedikit terkejut saat Bagas menciumnya, dia ikut menutup matanya dan mulai membalas lumatan Bagas.
Tangan Bagas melepas celana Riki yang sudah terlepas selutut lalu dia memeluk pinggang Riki mempersempit jarak badan mereka.
"Nghh.." Riki memukul bahu Bagas mengkode supaya melepaskan ciumannya yang langsung Bagas melepaskan ciumannya, dia menatap wajah Riki yang sedang menarik nafasnya.
"Bangsat celana...gua" Bagas ga gubris perkataan Riki, dia mulai mencium dan menyedot ceruk leher Riki sampai membekas beberapa tanda merah.
"Ayo abisin kado Ucup," bisik Bagas sambil menjilat telinga Riki. Tangan satu Bagas mulai masuk ke dalam baju kemeja yang Riki pakai lalu mengusap pelan punggung Riki dan satu tangannya mengusap paha Riki yang ga dilapisi celana.
"Nghh.." Riki menggigit bibir bawahnya saat Bagas menjilat dan mengulum nipple-nya yang masih dibaluti kemeja. Bagas melepaskan kulumannya, dia mengangkat badan Riki ala koala.
Sontak Riki melingkarkan tanganya ke leher Bagas. Bagas menatap wajah Riki lalu mencium bibirnya, sontak Riki meremas rambut Bagas sambil membalas ciuman Bagas.
Bagas baringin badan Riki masih dengan tautan ciumannya, dia mengurung badan Riki di bawahnya. Bagas melepaskan ciumannya dan menatap ke arah Riki yang berada dibawahnya, dia melebarkan kaki Riki.
Riki menatap Bagas sedikit kesal saat Bagas menatap badan Riki, dia menutup asetnya dengan ujung kemejanya. "Ga usah diliatin goblok," sewot Riki menutup asetnya sambil menghimpit kakinya.
Bagas terkekeh menatap wajah Riki yang merah, dia melebarkan kaki Riki lagi. Bagas mendekatkan wajahnya ke arah aset milik Riki dan memasukannya ke mulutnya.
"Ah..Gas..k-kelurin.." Riki menutup mulutnya dengan tangannya saat merasakan mulut Bagas yang sedang mengulum asetnya.
Bagas ga gubris perkataan Riki, dia menarik turunin gerakan mulutnya membuat Riki mengerang dan meremas rambut Bagas.
"Ahh..ngh!.." kaki Riki sedikit gemetar saat Bagas mengulum dua buah zakarnya, ga lupa Bagas membuat beberapa tanda merah di selangkangan Riki.
Bagas berhenti dari aktivitasnya mambuat Riki menetralkan nafasnya yang sempat tersenggal, dia menatap Bagas yang sedang melonggarkan sabuk celananya sambil membuka satu kondom dengan mulutnya.
"Ga pernah pake kondom kan? Gua kasih tau ya." Ucap Bagas dengan seringainya lalu Bagas memasang kondom di aset miliknya, dia mengangkat kaki Riki dibahunya sambil mengarahkan miliknya ke lubang Riki.
"Tung..ngh...Ahh!" Riki menggigit bibir bawahnya saat Bagas mulai memasukan miliknya sedikit kasar. Belum sempat Riki menetralkan nafasnya, Bagas mulai menggerakan pinggangnya dan mulai mencium bibir Riki.
Riki memeluk leher Bagas sambil meremas rambutnya. Bagas melepaskan ciumannya dan menatap wajah Riki masih dengan gerakan pinggangnya yang cepat.
"Akh!..ngh..P-pelan-pelan.." Riki mempererat memeluk leher Bagas saat Bagas mulai menggerakan pinggangnya lebih cepat.
"Gimana?..Enak?.." bisik Bagas dengan suara rendahnya dan nafasnya yang berat. Riki masih ga gubris pertanyaan Bagas, dia masih mengeluarkan erangannya dan desahannya.
"Riki..gua nanya," bisik Bagas lagi di telinga Riki sambil menggigit cuping telinganya.
"Ahh!..ngh..iya..akh!" jawab Riki susah payah, dia menatap wajah Bagas yang sedang menatapnya. Riki mencium bibir Bagas yang dibalas lumatan Bagas.
"Gas..mau..k-keluar," ucap Riki setelah melepaskan ciumannya.
"Sebentar..bareng." Bagas menegakkan tubuhnya, tangan satu dia menahan kaki Riki dan mulai menggerakan pinggangnya cepat. Riki menggelengkan kepalanya dengan mulutnya yang ditutup dengan tangannya.
"Akh..Gas..ahh!" kaki Riki sedikit mengejang saat dia mengeluarkan spermanya. Bagas berhenti dari gerakannya.
Bagas melepaskan baju atasnya, dia menatap wajah Riki yang sedang menghirup nafasnya cepat. "Gimana? Masih 2 pack." Tanya Bagas menatap wajah Riki yang berkeringat dipelipis dahinya.
Riki melirik ke arah Bagas masih dengan nafasnya yang ngos-ngosan, sontak Bagas tersenyum menatap ke arah Riki lalu dia mengangkat Badan Riki yang otomatis dipangkuannya.
"Ahh.." erangan Riki keluar saat milik Bagas masuk lebih dalam ke lubangnya lalu Bagas senderan di pinggir kasur dengan tangannya yang memegang pinggang Riki.
"Gerak," suruh Bagas yang ditatap Riki. Bagas menatap Riki dengan senyumannya membuat Riki menggigit bibir bawahnya dan mulai menggerakan pinggangnya pelan.
Bagas membuka satu persatu kancing kemeja Riki dengan satu tanganya lalu masuk ke dalam kemeja memainkan satu nipple Riki.
"Lebih cepat dong," ucap Bagas sambil meremas pantat Riki dengan satu tanganya. Riki menggelengkan kepalanya menatap Bagas melas sambil menahan erangannya dan desahannya keluar.
Bagas menindih badan Riki lagi dan mencium bibir Riki sebentar. "Sampai pagi," ucap Bagas mencium bibir Riki lagi dan mulai menggerakan pinggangnya cepat.
Riki mulai membuka matanya perlahan, dia menatap atap kamar Bagas lalu nengok ke samping memperlihatkan wajah Bagas yang masih tertidur sambil memeluk pinggangnya.
Dia duduk dari tidurannya dengan susah payah, sial pinggang gua berasa patah.
Riki menatap lantai yang terdapat beberapa kondom dan bungkusnya berserakan, dia mengehela nafasnya malas.
Tiba-tiba Bagas duduk dari tidurannya, dia menatap ke arah Riki dengan rambut berantakan karena habis tidur. "Mau minum?" Tanya Bagas yang dianggukin Riki.
Bagas turun dari kasurnya dengan sedikit terhuyung karena efek ngantuk, dia keluar dari kamar hanya memakai celana jensnya dan telanjang dada.
"Udah bangun, Gas?" Tanya Bunda dari arah ruang tamu yang melihat Bagas sedang mengambil minum sambil menguap.
"Belum, Bun." Jawab Bagas menatap Bundanya datar berniat usil.
"Kamu sakit?" Tanya Bunda menatap Bagas bertanya.
"Ngga." Bagas menatap Bundanya bingung.
"Itu punggung kamu kenapa merah kek abis dikerokin," ucap Bunda menunjuk pundak Bagas yang merah.
"Iya kerok alami," jawab Bagas sambil berjalan ke arah kamarnya.
Bunda hanya menatap anaknya bingung.
TBC.
>>>>
![](https://img.wattpad.com/cover/291203944-288-k749542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Fiksi Remajastatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...