S2 18. KANGEN

9.2K 693 1
                                    

"Mba Anis kemana?" Tanya Riki setelah dia menaruh dua teh hangat di meja ruang tamu yang terdapat Bagas dan Tama.

"Di kamar Isan," jawab Bagas yang dianggukan Riki.

"Di minum, nanti dingin." Ujar Riki kearah Tama.

"Makasih."

Riki ikut duduk disebelah Bagas yang sedang mengutak-atik ponselnya entah melihat apa. Ruang tamu itu sempat sunyi dengan ketiga orang yang sibuk dengan pikirannya sendiri-sendiri, ga lama Anis turun dari lantai 2 dan duduk disebelah Tama.

"Makasih ya udah jagain Isan," celetuk Anis kearah Bagas dan Riki dengan senyumannya.

"Ga masalah, Mba. Kita juga lagi libur jadi ga sepi dirumah," jawab Riki.

"Isan mau Mba bawa pulang nanti pagi, sekali lagi makasih ya." Ucap Anis membuat Riki mengangguk tersenyum, ada sedikit rasa sedih dibenaknya saat Isan akan pulang, jadi sepi lagi.

Bagas yang menyadari mimik wajah Riki yang seperti murung hanya diam, satu tangannya mengusap punggung pemuda itu lembut yang membuat sang empu menatap kearahnya.

Bagas hanya tersenyum kearah Riki yang dibalas oleh sang empu, dia mendekatkan bibirnya ditelinga Riki lalu membisikkan sesuatu yang membuat Riki langsung menyikut perut Bagas sambil memalingkan wajahnya.

"Bisik-bisik apa kalian, masih ada kita loh." Celetukkan dari Anis membuat Riki seperti kepergok.

"Enggak!" Jawab Riki gelagapan sedangkan Bagas hanya memasang seringainya.

Satu tangan yang sedang mengusap punggung Riki tiba-tiba mulai turun dan berhenti dibongkahan pantat pemuda itu, membuat sang empu menatap tajam kearah Bagas.

Gausah macem-macem! Ucap Riki kearah Bagas tanpa suara, dia menatap tajam kearah Bagas lalu melirik kearah Anis dan Tama yang sibuk ngobrol didepannya, mengkode Bagas supaya berhenti karena ada orang.

Bagas malah pura-pura ngga tau, dia menaikkan satu alisnya bertanya dengan wajah menjengkelkan lalu tangan Bagas yang berada di pipi pantatnya itu tiba-tiba meremas membuat Riki sedikit terjingkrak dan menahan tangan Bagas.

"Riki, kamu kenapa?" Tanya Anis yang melihat Riki seperti memegang pinggangnya.

"Eh anu, Mba, sakit pinggang." Jelas Riki dengan senyuman canggungnya, dia menyubit tangan Bagas sampai sang empu meringis dan melepaskan genggaman di pantatnya.

Riki berdiri dari duduknya membuat Anis dan Tama menatap kearah pemuda itu. "Udah malem, Mba Anis sama Mas Tama bisa pake kamar tamu, udah Riki beresin tadi." Ucap Riki.

"Makasih ya," jawab Anis yang dibalas anggukan Riki.

"Riki pamit tidur duluan ya." Pamit Riki mulai berjalan menuju ke lantai 2 dimana kamarnya dan Bagas berada.

Bagas ikut beranjak dari duduknya berniat menyusul Riki.

"Jan keras-keras kalo mau ngeue," celetuk Tama membuat Bagas menatap kearah pria itu.

"RRG, Rumah Rumah Gue." Jawab Bagas dengan seringainya yang hanya dibalas gelengan Tama, sedangkan Anis hanya menatap malas kedua pria didepannya.

Bagas masuk ke dalam kamarnya yang memperlihatkan Riki sudah tidur memunggunginya dengan tubuhnya yang diselimuti, dia berjalan mendekat kearah ranjang lalu mulai naik dan masuk kedalam selimut.

Pemuda itu sempat melirik kearah punggung Riki lalu Bagas merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar, beberapa detik kemudian dia mendekat kearah Riki dan satu tangannya masuk ke dalam selimut memeluk pinggang pemuda didepannya dari belakang.

BAGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang