"Ayah ngapain disini?" Tanya Bagas menatap Ayahnya yang duduk anteng disofa.
"Terserah Ayah lah mau ngapain," jawab Ayah menaikan satu kakinya menatap sekeliling rumah. Bagas merotasikan matanya malas, dia berjalan mendekat kearah Ayahnya dan duduk disofa depan menghadap kearahnya.
"Riki, papah haus. Boleh ambilin minum?" Tanya Ayah yang langsung dianggukin Riki.
"Dih manja bener dia gaes," cibir Bagas yang dikasih geplakan oleh Riki.
"Bapak lu itu," sewot Riki kearah Bagas.
"Papah ga punya anak kek lutung," celetuk Ayah yang dipelototi Bagas. Riki menghela nafasnya jengah menatap dua manusia yang menurutnya 11 12 sinting, jadi dia memutuskan masuk kedapur buat ngambil minuman.
"Dih, berarti situ juga lutung."
"Kurang ajar ya kamu!"
"Situ duluan, kok sewot."
"Yang sewot dari tadi juga situ."
"Mau apa si aki-aki kesini?!" Tanya Bagas menatap Ayahnya malas. Udah ganggu mau ngeue juga sama Riki, awas aja kalo kesini ga kasih duit.
Ayah menghela nafasnya, cape dia, belum juga ngomong apa-apa. "Besok pagi-pagi jemput Mba Anis sama anaknya, dia mau nitip si Isan beberapa hari disini." Jelas Ayah yang membuat Bagas menatap Ayahnya terkejut.
Isan? Oh tidak, sontak Bagas menggelengkan kepalanya ribut. "Jan sampe Isan bocil dititipin ke gua, nooo!" Ucap Bagas yang membuat Ayahnya kesal.
"Ya mau dimana lagi?! Mba anis mau honeymoon sama suaminya lagi katanya. Ayah sama Bunda kan sibuk kerja, lu kan nganggur yaudah urus ajasi." Cerocos Ayah yang membuat Bagas mendengus, tidak lama Riki keluar dari arah dapur membawa nampan berisi minuman dan menaruhnya dimeja.
"Ngapain pake segala haneymoon lagi, udah tua juga punya anak 1, mau nambah 10?" Tanya Bagas yang emang kalo mbahas Mba Anis pengennya julid mulu.
Riki ikut duduk disebelah Bagas yang hanya menyimak pembicaraan Ayah sama Anak yang sama sekali dia ga paham.
"Mba Anis? Yang waktu itu dateng ke nikahan bawa anak kecil apa ya?" Tanya Riki kearah Bagas yang dianggukin olehnya.
"Yang bener, Pah? Mau dititipin kesini?" Tanya Riki lagi kearah Ayah mertuanya yang dianggukin olehnya.
"Bukannye gimane-gimane nih Pah, tapi masalahnya ntu bocil nakalnya ngalahin si Bagas. Dulu aja dia narik baju Riki ampe robek dan nendang burung Bagas," jelas Riki yang ditatap Bagas bingung.
"Yang, gua ga senakal itu kali. Gua nakalnya juga sama lu doang," ucap Bagas yang ditatap Ayahnya malas.
"Cuma beberapa hari doang, nanti kalian bakal dikasih duit sama Mba Anis."
"OKE DEAL!" Seru Bagas dan Riki bersamaan saat mendengar kata-kata duit. Ayah hanya menggelengkan kepalanya pusing, menantu sama anak sama aja, pantes jodoh.
*****
"Bangun, Gas. Ayok katanya jemput bocil." Riki menggerakan bahu Bagas yang masih tidur molor, untung dia libur sekolah karena kakel lagi ujian kelulusan.
"Bangun Bangsat!!" Teriak Riki membuat Bagas terganggu dari tidurnya.
"10 menit yang, marah akutuh ngga dikasih jatah." Gerutu Bagas sambil memeluk bantal gulingnya.
Riki menghela nafasnya kasar. "Serius Bagas, bangun anjing cepet! Udah jam 8 ini." Ucap Riki menarik selimut dan membuangnya kelantai.
"Bagas juga serius," balas Bagas yang membuat Riki memijat pelipis hidungnya, pusing dia.
"Tau lah, bodo amat gua tinggal." Ucap Riki siap-siap berjalan sebelum pergelangan tangannya ditahan oleh Bagas.
"Kok jadi lu yang marah si, iyaiya ini gua bangun." Seru Bagas pasrah, dia beranjak dari ranjangnya tanpa melepaskan tautan tangan mereka.
Bagas mengecup bibir Riki singkat lalu melepaskan genggamannya dan berjalan kearah kamar mandi setelah mengambil handuk. Riki berjalan kearah lemari lalu mengambil baju untuk Bagas kenakan.
Beberapa menit kemudian Bagas keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit dipinggangnya, dia menatap kearah Riki yang duduk dipinggir ranjang yang sedang bermain dengan handphone-nya.
Suara dering telefon terdengar membuat Riki menatap handphone milik Bagas disampingnya yang berdering. "Gas, dari Mba Anis." Ucap Riki menatap kearah Bagas yang sedang memakai bajunya.
Bagas buru-buru mengangkat panggilan dari Bibinya yaitu Mba Anis.
Mba Anis
Gas, Mba udah distasiun nih.Bagas
Mba disitu aja, Bagas sama Riki kesana.Mba Anis
Iye, jan lama-lama lu.Bagas menutup telefonnya, lalu dia mengajak Riki berangkat ke stasiun yang jaraknya ngga terlalu jauh. Sesampainya disana Bagas bersama Riki turun dari mobil, mereka clingak-clinguk mencari keberadaan Mba Anis dan Anaknya.
Pandangan Riki menyipit saat menatap perempuan yang sedang menggendong anak laki-laki yang berusia 2 tahun. "Gas, itu Mba Anis." Tunjuk Riki kearah Mba Anis yang membuat perempuan itu ikut menatap ke arah mereka berdua.
Bagas dan Riki berjalan menghampiri Mba Anis yang melambaikan tangannya. Setelah dekat Bagas menghela nafasnya menatap kearah Isan yang sedang bermain dengan mainan ditangannya.
"Nih, Mba titip 5 hari ya, nanti Mba jemput lagi." Ucap Mba Anis langsung membopongkan Isan kearah Bagas yang ditatap Bagas melongo.
"Isan jangan nakal sama Om Bagas ya," perintah Mba Anis kearah Anaknya yang menatap kearah Bagas.
"Pa-pa.." Gumam Isan sambil menyentuh wajah Bagas. Riki yang melihat hanya menahan tawanya.
"Gua bukan bapak lu," ucap Bagas menatap sinis kearah Isan yang membuat Mba Anis hanya bisa menggelangkan kepalanya.
"Awas aja kalo ada apa-apa, Mba pergi dulu babay~" Mba Anis melambaikan tangannya yang dibalas oleh Isan.
Setelah Mba Anis tidak terlihat lagi, Riki dan Bagas menatap satu sama lain lalu mereka mengalihkan pandangannya kearah Isan.
"Kita pulang?" Tanya Bagas yang diangguki oleh Riki.
Mereka berdua pulang dengan bocil yang terus menerus mengoceh disetiap jalan saat melihat mobil besar. Setelah sampai Riki turun dari mobil dengan Isan yang berada digendongannya, Bagas ikut turun dari mobil dan menatap malas kearah Isan yang asik dengan Riki.
"Bocil ayok sama Om Bagas," ucap Bagas sambil mengulurkan kedua tangannya kearah Riki dan Isan.
Isan menggelengkan kepalanya tanda tidak mau membuat Riki terkekeh menatap Bagas yang memasang wajah keselnya.
"Malu Gas sama badan gede, masa ngambek sama bocil." Ledek Riki yang membuat Bagas tersenyum kearahnya dengan penuh makna.
"Awas aja nanti kalo bocil udah tidur," ancam Bagas yang tidak digubris oleh Riki. Riki masuk kedalam rumah bersama Isan, meninggalkan Bagas didepan rumah dengan sumpah serapah kepada Bibinya semoga pulang-pulang haneymoon bawa anak 10 sekalian.
Dia menghela nafasnya lalu masuk kedalam rumah sambil menenteng tas berisi baju dan perlengkapan Isan, doain semoga bocil ngga bikin dia darah tinggi.
TBC.
Wah wlc buat Isan wkwkwk, gangguin aja mereka.
Lanjut?

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Teen Fictionstatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...