23. KENCAN

29.5K 3.1K 84
                                    

"Jadi mau ke restoran Bunda Bagas?" Tanya Riki yang melihat Jihan keluar dari kamarnya udah rapi. Jihan menganggukan kepalanya tanda mengiyakan ucapan Riki.

"Ada gunanya juga buat gua lu pacaran sama Bagas," ucap Jihan yang dibalas tatapan kesal Riki.

"Mau gua anterin?" Tawar Riki, dari pada dia gabud di rumah.

"Ikhlas ga nih?" Tanya Jihan menatap Riki dengan wajah meledeknya.

"Ck! Gamau yaudah," celetuk Riki sambil merebahkan badannya ke sofa depan TV.

"Ayok cepet!" Ucap Jihan sambil menarik tangan Riki.

"Iyaiya sabar gua ambil jaket dulu." Riki berdiri dari tidurannya, dia berjalan ke kamarnya dan keluar udah pake jaketnya.

"Pake mobil?" Tanya Riki ke arah Jihan.

"Yaiya, kalo motor rambut gua berantakan nanti." Jawab Jihan yang dibalas tatapan jengah Riki, ribet. Mereka berdua keluar dari rumah ga lupa ngunci rumahnya soalnya emak lagi pergi arisan, ga jauh si cuma ya jaga-jaga aja.

Riki masuk mobilnya dan duduk di kursi pengemudi disusul Jihan duduk di kursi sampingnya. Riki menyalakan mobilnya dan mulai menjalankannya menuju ke restoran milik Bunda Bagas.

Sekitar 30 mnt Riki dan Jihan sampai di depan restoran milik Bunda Bagas, mereka berdua keluar dari mobil setelah Riki memarkirkan mobilnya.

Restoran Bunda Bagas namanya Rest Hermawan (RH) sesuai marga keluarga mereka, restorannya juga luas banyak pengunjungnya juga.

Jihan masuk ke dalam restoran disusul sama Riki di belakang. "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Sapa pelayan di dekat pintu masuk.

"Ah iya..Saya mau melamar kerja disini, katanya ada lowongan kerja." Ucap Jihan ramah ke pelayan itu.

"Loh Riki ada disini?" Tanya seseorang dari arah pintu masuk restoran. Riki nengok ke arah belakang siapa yang memanggil namanya, ternyata Bundanya Bagas.

"Iya, Tante. Nemenin Jihan sepupu Riki." Jawab Riki ke Bunda sambil tersenyum.

"Oh ini Jihan?" Tanya Bunda menatap ke arah Jihan yang dianggukin Jihan.

"RIKI!!" Teriak Cici dari arah belakang Bunda Bagas dan berlari melompat ke arah Riki. Riki yang ga siap sampai kedorong mengenai meja cafe.

Sialan si lampir, untung ga jatoh.

Riki menatap terkejut ke arah Cici yang sedang memeluknya dengan posisi digendonganya. Jihan dan Bunda Bagas juga melotot ke arah Cici.

"Heh gausah malu-maluin!" Ucap Bunda Bagas sambil menarik belakang baju Cici, sontak Cici turun dari pelukan Riki. Cici menggerutu sedangkan Jihan hanya tersenyum melihat ke arah Cici.

"Jadi kamu beneran mau lamar kerja disini?" Tanya Bunda Bagas memastikan ke arah Jihan.

"Iya, tante." Jawab Jihan sambil tersenyum ke arah Bunda.

"Coba liat data kamu, oh ya duduk dulu lupa Bunda." Ucap Bunda tertawa pelan.

Mereka berempat duduk di meja bangku yang deket. Jihan menyodorkan berkas data dirinya ke arah Bunda Bagas. Bunda Bagas menerimanya dan mulai membacanya, dia membolak balik kertas membaca semua data diri Jihan dan lulusan apa.

"Prestasi kamu bagus, kenapa kerja disini? Padahal kalo lamar kerja diluar negeri juga pasti ketrima." Tanya Bunda melirik ke arah Jihan sebentar lalu mengalihkan pandangannya ke arah kertas lagi.

"Pengen yang lebih deket sama keluarga aja tante." Jawab Jihan canggung, Bunda mengangguk mengiyakan.

"Kamu boleh kerja disini mulai besok jadi Chef, info yang lain nanti tante email kamu." Ucap Bunda Bagas yang ditatap terbinar sama Jihan.

BAGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang