"Bang, lu mau kemana?" Tanya Rian kearah Abangnya—Rio yang berniat jalan keluar rumah.
"Alfajuni, napa? Mau nitip?" Tanya Rio menatap kearah Adiknya yang berada didepan TV.
"Boleh, beliin ice cream 2." Jawab Rian.
"Itumah bukan nitip njir," dumel Rio tapi tetap menurutinya.
Pemuda itu naik keatas motor var*io miliknya lalu mengstater dan mulai menarik gas menuju ke alfajuni.
Belum sampai di lokasi pandangannya menatap Iqbal yang berdiri dipinggir jalan yang jaraknya masih beberapa meter sedang bersama anak kecil, lalu Rio memutuskan mendekat dan berhenti didepan Iqbal.
"Lu ngapain?" Tanya Rio kearah Iqbal.
"Menurut lu?!" sewot Iqbal.
Buset baru ketemu juga, dumel Rio di hati.
Pandangan Rio teralihkan kearah anak kecil disebelah Iqbal yang masih sesenggukan habis nangis. "Lu nyulik anak?" Tanya Rio membuat Iqbal melotot kearahnya.
"Cocotmu nyulik!" Ujar Iqbal.
"Lah itu sapa?"
"Mana gua tau, gua liat dia dipinggir jalan tadi nyariin Emak sama Bapaknya!" Jelas Iqbal sambil ngegas.
"Yaudah gausah ngegas, udah lapor polisi kaga?" Tanya Rio menatap Iqbal jengah.
"Belum lah!"
"Napa belum?!"
"Ya gua takut dikira yang nyulik.." gumam Iqbal lirih yang masih didengar Rio.
"Mana ada anjir! Yakali ada penculik lapor anak ilang, yang ada udah diculik duluan anaknya!" Sewot Rio sambil menghela nafasnya.
"Yaudah gausah ngikut ngegas!"
Sedangkan Isan hanya diam menyimak pembicaraan yang sedang cekcok dua pemuda didepannya dengan tatapan polos, satu tangannya digenggam Iqbal takutnya ilang lagi ntar.
"Yaudah lapor aja yok!" Ajak Rio.
Iqbal sempat diam sambil menatap kearah anak kecil disebelahnya yang menatap kearahnya, lalu dia menghela nafasnya.
"Yaudah yok."
"Ada syaratnya," celetuk Rio sambil nyengir membuat Iqbal mengurungkan niatnya naik ke jok belakang motor Rio dan menghela nafasnya jengah.
"Kan, ga ikhlas lu!" Sewot Iqbal.
"Mencari kesempatan dalam kesempitan dong."
"Apaan anjir?"
"Terima perasaan gua lah, apa lagi." Ucap Rio sambil menaikkan kedua alisnya menggoda.
"Mending gua naik taksi kalo gitu," ucap Iqbal siap-siap membawa Isan mencari taksi.
"Eh! Iya iya iya! Udah ayok," ajak Rio mengalah.
"Udah ayok naik, tadi bercanda." Ucap Rio lagi membuat Iqbal merotasikan kedua matanya.
Bunyi dering telefon membuat Iqbal menatap kearah Rio yang sedang merogoh saku celana pendeknya, dia mengecek siapa yang menelfon lalu mengakat telefonnya yang ternyata dari Bagas.
Rio
Halo, napa, Gas?Bagas
Bantuin gua nyari anak kecil.Rio sontak melirik kearah Isan saat mendengar ucapan Bagas diseberang telefon, jangan-jangan ni bocah anak Bagas?
Rio
Mukanya kek gimana emang?

KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Novela Juvenilstatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...