S2 3. SAKIT

30.1K 1.9K 59
                                    

"Tumben lu telat?" Tanya Bagas menatap Cici bertanya.

"Berisik! Tinggal jalanin hukuman lu," jawab Cici ketus.

Mereka berlima lagi ditengah-tengah lapangan yang panasnya Na'uzubillah, mana telat semua kek janjian aja.

"Rik, panas ya?" Tanya Bagas menatap Riki yang sedang hormat seperti dirinyanya menatap tiang bendera didepannya.

"Buta lu? Ga liat panas gini, makanya kalo dibangunin tu bangun! Mau latihan mati?" Sewot Riki menatap Bagas kesal yang membuat Iqbal dan Rio menahan ketawanya.

Emang patut jadi bini, kerjaannya ngomel mulu.

Bagas mengangkat tangan satunya yang ga buat hormat nutupin wajah Riki yang terkena sinar matahari.

"Sabar ya, ga lama ko bentar lagi istirahat."

"Ekhem! Ekhem! Bagas kalo mau romanpicisan pending dulu," celetuk Pak Yanto selaku guru BK.

Masih stay si Pak Yanto disekolah, sanggup juga ternyata dia ngadepin Anak-anak madesu kek mereka berlima.

"Bilang aja iri pak," ucap Bagas berniat usil.

"Buat apa bapak iri sama kamu?"

"Bapak kan belum dapet istri-istri juga."

"Kaya kamu udah beristri aja."

"Bukan beristri pak, tapi bersu—aduh!" Bagas mengeluh sakit saat kakinya diinjak Riki yang melotot ke arahnya.

"Ber—apa kamu? Kerjakan hukuman kamu sampai bel istirahat ga usah banyak cramah," ucap pak Yanto lalu beliau berjalan menuju ke kantor.

"Crewet banget kek cewe," desis Cici yang membuat Bagas berniat menggeplak kepala Cici sebelum dia melihat Riki yang berjongkok memegang perutnya.

"Kenapa, Rik?" Tanya Bagas khawatir ikut berjongkok menghadap Riki.

"Sakit..Gas.." Ucap Riki meringis sambil meremas perutnya yang sakit.

"Apa yang sakit? Kita ke rumah sakit?"

Riki menggelengkan kepalanya ribut, dia menatap wajah Bagas yang khawatir dengannya.

"Ke UKS aja, Gas." Celetuk Iqbal yang ikut khawatir.

Tanpa banyak waktu Bagas mengangkat badan Riki ala bridal style berjalan cepat menuju ke UKS, siswa lain yang berlalu lalang melihat mereka berdua tak percaya termasuk guru.

"BAGAS MAU KEMANA KAMU?!" Teriak pak Yanto menatap Bagas yang buru-buru membawa Riki ke UKS.

"NANTI PAK INI LEBIH PENTING!" Teriak Bagas masih berjalan cepat ke UKS yang dibuntuti 3 curut.

"Heh! Kalian kenapa ikut?"

"Anak saya sakit pak, saya mau tau keadaannya!" Ucap Cici berlari menyusul Bagas dan Riki.

"Saya...temen saya sekarat saya sebagai teman dekat harus siap siaga pak!" Jelas Iqbal tegas.

"Apa alasan kamu Rio?!" Tanya pak Yanto menatap Rio yang diam memikirkan alasan yang bagus.

"Anu pak...saya sebagai teman temannya teman saya, jadi harus liat juga."

"Bapak juga sebagai guru dia ga liat, kerjakan hukuman kamu cepat!"

"Bu Lilis pak!" Tunjuk Rio ke arah belakang Pak Yanto yang otomatis nengok ke belakang.

"Mana?...HEI RIO KURANG AJAR KAMU BOHONGIN BAPAK!"

"MAAP PAK!" Rio berlari menyusul ke UKS.

"PMR! PMR!" Teriak Bagas sambil menurunkan badan Riki di ranjang UKS pelan-pelan, dia masih meringis memegang perutnya.

BAGAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang