"MAK RIKI BERANGKAT SEKOLAH DULU!" Teriak Riki dari arah teras rumah sambil mengenakan sepatunya.
Emak keluar dari arah dalam rumah, menghampiri Riki di luar. "Ga usah teriak-teriak kek bocah SD!"
"Aye berangkat dulu," ucap Riki sambil mencium pipi emak lalu menyodorkan tangannya lagi. Emak menatap Riki sama tangannya bergantian dengan wajah bingung.
"Apa?" Tanya Emak menatap Anaknya bingung.
"Ya Tuhan, Emak. Sangunya," ucap Riki menatap Emak dengan cengirannya.
"Sangu-sangu, niat sekolah apa jajan si?!" Dumel Emak yang tetep merogoh sakunya dan ngasih uang 20rebu ke Riki.
"Uang bensin mak?" Tanya Riki menatap Emaknya bertanya.
"Lah itu," jawab Emak sambil nunjuk uang 20rebu yang di tangan Riki.
"Masa Riki jajan 5rebu, Mak?" Tanya Riki sambil menatap uang 20rebu melas.
"Ga mau yaudah," ucap emak sambil berniat mengambil balik uangnya. Buru-buru Riki masukan duitnya ke kantong celana sekolahnya sebelum emak ambil balik.
"Yaudah, Riki berangkat." Pamit Riki.
"Iyee.." balas Emak.
"Jan lupa balik sekolah," celetuk Emak menatap Riki yang sedang memakai helmnya.
"Iyaiyaa," jawab Riki. Dia naik ke atas motornya dan menyalakannya.
"Apaan?"
"Jemput si Jihan," ucap Riki menatap Emaknya malas. Riki mulai menjalankan motornya menuju ke sekolahan. Riki sampai di parkiran sekolahan, dia memarkirkan motornya di tempat biasa.
"Gua mau jemput, tapi lu bilang gausah." Celetuk Bagas menghampiri Riki dari arah motornya yang sengaja nunggu Riki di parkiran.
"Iya gausah," jawab Riki sambil turun dari motornya dan melepaskan helmnya.
"Pulang sekolah nonton yuk?" Ajak Bagas ke arah Riki.
"Gua ga bisa," jawab Riki sambil berjalan menuju ke kelas. Bagas berjalan menyusul dan beriringan dengan Riki.
"Why?" Tanya Bagas menatap ke arah Riki bertanya.
"Gua ada urusan." Bagas mengerutkan alisnya menatap ke arah Riki bingung.
Riki kenapa si? Gua buat salah ya? Apa dia masih kesel soal kepergok Bunda? tapi ngga keknya. Terus apa? Cuek amat.
Bagas ga tanya-tanya lagi, sebenernya dia kepo. Mereka berdua sampai didepan kelas dan masuk ke dalam.
"Buset udah official mah apa-apa berdua mulu," celetuk Ucup yang pagi-pagi biasa pengen dijulidin. Riki sama Bagas ga gubris perkataan Ucup, mereka berdua duduk di bangku meja sendiri-sendiri.
"Woy Bangsat, tu si Riki kek cuek amat ama lu." Bisik Cici nengok ke belakang menatap Bagas bertanya.
"Gua juga gatau, atau jangan-jangan lu yang minta Riki buat cuek ama gua ya?" Jawab Bagas sambil menatap Cici tajam.
"Gada kerjaan banget gua anjing nyuruh Riki cuek ama lu, orang dia cuek terus ke lu." Cibir Cici menatap Bagas malas. Bagas menggeplak kepala Cici keras yang dibalas umpatan Cici.
"Oi Gas 4 hari lagi ultah lu kan?" Tanya Rio menatap ke arah Bagas lalu ke arah Riki. Riki masih diam cuek bebek sambil melihat ke arah HP-nya yang ditatap mereka berlima bingung termasuk Bagas.
Belum sempat Bagas membalas ucapan Rio, tiba-tiba Bel masuk bunyi. Guru langsung masuk ke kelas mulai pelajarannya.
Ga kerasa Bel pulang sekolah berbunyi, dari pagi Bagas natep Riki bingung sama heran. Dia heran gitu si Riki kek cuek banget sama dia. Riki juga gada niatan mau bilang ada urusan apa gitu, Bagas mau nanya tapi ga enak takutnya dia risih.
"Gua anterin ya?" Tanya Bagas ke arah Riki yang sedang naik ke atas motornya dan memakai helmnya.
"Gausah, gua duluan ya." Pamit Riki tanpa melihat wajah Bagas. Riki mengstater motornya lalu mulai menjalankannya. Bagas naik ke atas motor lalu memakai helm, dia mengstater motornya dan menarik gasnya berniat mengikuti Riki.
Bagas mengikuti Riki dari belakang dengan jarak yang cukup jauh, supaya si Riki ga liat dari spionnya. Mungkin.
Riki tersenyum di balik helmnya menatap ke arah spion dan melihat Bagas yang mengikutinya di belakang.
"Sabar, Gas." Ucap Riki dengan senyumannya yang ga luntur dari bibirnya.
Riki menambahkan kecepatan motornya. Bagas yang melihat Riki menambah kecepatan dia juga ikut menarik gasnya menambah kecepatan.
Ini bukanya arah ke bandara ya? Ngapain si Riki ke bandara? Batin Bagas menatap Riki supaya ga ilang.
Riki sampai di bandara. Setelah turun dari motornya dan melepas helm, dia jalan ke dalam bandara clingak-clinguk nyari keberadaan si Jihan a.k.a sepupu dia.
Bagas masih buntutin si Riki dari belakang sambil ngintip di balik tembok, orang-orang yang liat Bagas heran takutnya maling.
Ga lama Bagas denger suara cempreng dari perempuan yang jaraknya lumayan jauh dari Riki, dia lambayin tanganya ke arah Riki sambil tersenyum.
Siapa tu cewe? Keknya kalo si Riki selingkuh ga mungkin bnget, ga bakal, Batin Bagas menatap perempuan itu tajam.
Perempuan itu yang bernama Jihan, berjalan mendekat ke arah Riki dan memeluknya setelah dekat dengannya. Riki yang belum siap hampir aja jatoh ke belakang kalau dia ga buru-buru menyeimbangin badannya dan mengumpat pelan ke Jihan.
"Sialan, santuy dong."
"Hahaha gua kangen banget sama lu, Ki." Jawab Jihan ga gubris umpatan Riki. Bagas dari kejauhan udah panas banget pengen jotos si Perempuan itu yang main peluk-peluk sama pacar dia.
"Siapa si anjing? kalo gua kesana yang ada bikin kacau. Tapi dia siapa? Pasti kerabatnya. Iya pasti kerabatnya positif aja." Ucap Bagas sambil menenangkan pikirannya yang meleber ke mana-mana.
Riki merotasikan matanya jengah, dia tiba-tiba keinget sesuatu lalu dia mengintip dari sudut matanya yang memperlihatkan Bagas sedang melihatnya dari kejauhan.
Sialan pengen ketawa gua, batin Riki yang nahan ketawa liat Bagas kek mergok bini selingkuh.
"Jihan gimana kalo kita makan dulu?" Usul Riki ke Jihan yang dianggukin Jihan semangat. Riki sama Jihan berjalan keluar dari Bandara dengan Jihan yang masih gelayutan di pergelangan tangan Riki.
"Sumpah si Riki dia ga pernah ngajak gua makan dan apaan tu cewe kek lonte." Dumel Bagas menatap mereka berdua gerah, dia berjalan menyusul Riki dan si lonte.
Bagas masih mengikuti Riki dari belakang yang katanya Riki mau makan sama si lonte, dia udah pengen banget bawa si Riki balik terus tinggalin si lonte biarin jadi gembel.
Tapi takutnya dia kerabat si Riki, nanti camer ga ngerestuin gara-gara Bagas ga sayang keluarga kan tai. Mana si lonte pake acara peluk si Riki, Bangsat kalo mau pelukan gua bisa suruh si Ucup pasti mau ama modelan begitu.
Setiap perjalanan Bagas ga henti-hentinya ngumpat sama nyantet pake doa jampi-jampi ke si lonte biar tiba-tiba dia jatoh atau apalahhh biar pulang.
Di lain tempat, si Riki udah ga bisa nahan senyumannya di balik helmnya yang bikin pipi dia pegel. Riki terus melirik ke arah belakang yang masih dibuntutin sama Bagas.
Sabar Bagas Ramadhan, Hermawan maksudnya.
Riki sampai di salah satu lestoran yang ga terlalu mahal. Tapi ya bagus lestorannya, banyak pasangan yang datang kesitu, dia sengaja dateng kesini biar si Bagas tambah magah nanti ga seru ultahnya kalo Bagas ga magah.
"Buset si Riki minta di jebol sekarang ya?" Ucap Bagas menatap tajam ke arah Riki yang sedang membantu lonte turun dari motornya dan masuk ke restoran.
TBC.
>>>>
KAMU SEDANG MEMBACA
BAGAS
Teen Fictionstatus : END WARNING : contains stories about sex, harshwords, boyslove, 18+ etc. ___________________________________ Riki dan Bagas. Mereka berdua musuh bebuyutan dari kelas 10, entah apa alasan mereka musuhan. Setiap mereka bertemu tidak ada hari...