69.

9 4 1
                                    

Sei bersembunyi saat mendengar suara dentuman di pintu gua, tubuhnya bergetar hebat dan entah kenapa ia merasa kali ini tak ada yang bisa melindunginya. Ingatannya berputar pada satu tahun lalu, saat ia di kejar segerombolan serigala sampai jatuh dan bersembunyi dalam ceruk.

"ada pintu lain" Sei berlari ke balik kristal paling besar, lalu mesuk ke dalam lubang. Ia terus merangkak hingga menemukan satu pintu keluar kecil.

Duaaam...

Sei tau pelindungnya sudah hancur, ia segera berlari menjauh dari gua, tanganya memegang kalung yang di beri Minhyuk.

Hingga terasa air matanya jatuh, "jangan buang tenaga untuk menangis Sei, lari saja" ucapnya pada diri sendiri.

Sei melihat bayangan hitam mengejarnya di belakang. Air matanya turun sama cepatnya dengan langkah kakinya. "to hah... tolong" bisik Sei ketakutan.

Bruuk...

Sei terposok ke lubang, ia segera bangkit dan berusaha naik. Kakinya membeku saat bayangan itu berdiri di hadapanya.

"hiksss..." Sei terisak, tapi kakinya tetap melangkah menghindari bayangan itu, ia kembali berlari menuruni bukit. Perpegangan pada pohon di dekatanya untuk menjaga keseimbangan.

Lagi, kakinya tersendung akar pohon hingga terguling kebawah. "tidak bisa, sakit" ucap Sei berusaha bangkit lagi.

Bayangan sudah menuruni bukit, sayap hitamnya menggores setiap batang pohon yang di lewati. Tak ada wajah yang bisa Sei kenali, hanya siluet tubuh bersayap yang terlihat.

Ia berlari meski kakinya telah penuh darah dan seluruh tubuhnya terasa hancur. Pandangannya tertuju pada pelindung yang di buat untuk para Wolf kecil. "tidak emmm... mereka bisa dalam bahaya jika aku kesana"

"kemari jika kau tak ingin mereka mati" bayangan itu tiba-tiba berbicara.

Sei berbalik dan seketika ia menangis kencang melihat ada api besar di atas pelindung.

"jaangan, ia aku akan menurut" Ucap Sei berjalan cepat menuju bayangan itu.

"jangan kesini, pergi Nona. Aku Wolf air" teriak Juhwa.

Juhwa memunculkan ombak untuk menyapu api itu, lalu menaikkan gelombang besar. Berusaha menusuk bayangan itu dengan air yang ia bekukan untuk jadi senjata tajam.

Bayangan itu membuat api biru mengelilingi Juhwa, hingga dingin tubuhnya terganti jadi panas.

Tubuhnya perlahan melemah, tapi Juhwa bukanlah Wolf sembarangan. Ia membaca mantra dan suhu di sekita mereka turun drastis "mati kau, mati!" teriaknya melempar sihir ke arah bayangan itu.

Bayangan itu terpecah menjadi asap dan sihir hitamnya segera menyerang pintu pelindung. Sei berlari menutup pintu namun terlambat.

Tubuhnya di hantam oleh sihir tadi hingga terpental jauh ke belakang. "uhukk... Aaakhh" Sei memekik merasakan tubuhnya hancur.

"Sei!!" teriak Minhyuk keluar dari portal, ia segera menyerang bayangan itu hingga hancur.

Lalu tubuhnya menyerap semua sihir yang ada, hingga seluruh dunia bawah kembali melemah.

"DIMANA!"

"DIMANAA!"

Teriak Minhyuk terus-menerus sambil memeluk Sei yang terbaring sekarat. "jaa.. an" ucap Sei saat melihat kemarahan prianya.

"Minhyuk, kau akan membunuh kami semua!" teriakan Juhwa mengalihkan fokus putranya itu.

"Nak jangan jadikan dirimu monster" Juhwa menunjuk wolf kecil yang mulai memucat di dalam pelindung.

Minhyuk melepas sihir yang sudah di serap bersamaan dengan tangisnya yang juga pecah. "Bagaimana menyembuhkannya hiksss... hikiss... tolong sssh, tolong bagaimana ini" Ia terus menangis dan memeluk Sei erat.

Moonbin Elly dan Dongmin yang memapah Jinwoo telah sampai, mereka di buat terkejut oleh keadaan Sei terutama Jinwoo yang paling merasa bersalah.

"maafkan aku Minhyuk, aku--" Jinwoo tak sanggup melanjutkan ucapnya ketika mendengar tangis pilu Adiknya.

"apa yang terjadi Nak?" Juhwa menggantikan Dongmin untuk menahan tubuh Jinwoo.

"Dua bayangan yang mengincar Sei, satunya adalah ular putih" jawab Jinwoo.

Elly yang sejak tadi diam kini mendekat pada Sei. "Alpha, ini lubang hitam. Kita tak bisa apa-apa" ucapnya.
"tidaak... tidak, Siren Clan penyembuh kan. Tolong hikss" pinta Minhyuk.

Elly mencoba mengingat-iangat lagi, hingga jantungnya berdegup saat sebuah cerita berputar di kepalanya.

"hal yang sama pernah menimpa salah satu dari putri kembar, tapi ia tak bisa di selamatkan" gumam Elly.

"ah ada sebuah cara, menurut cerita yang tersembunyi. Nona bisa di selamatkan dengan melawan takdir, kita butuh penyihir dengan tingkat tertinggi dan yang punya keberanian paling kuat. Penyihir itu harus siap bertahan meski berharapan dengan kematian" ujar Elly.

"cari Doyeon dan Yoojung" ucap Jinwoo.

Moonbin dan Dongmin segera membuka portal dan tak lama penyihir bersaudara keluar dari dalam.

Doyeon tercengang melihat kacaunya Wolf utara, ia bisa saja balas dendam sekarang tapi Yoojung menggeleng tak setuju "kita juga punya hutang budi pada mereka" ucapnya.

"kami bisa mengalirkan energi Alpha untuk menutup lubang di tubuh Luna" ucap Yoojung.

"tapi, Sei belum bergelar Luna" ucap Juhwa.

"be-hah, bagaimana bisa?" ucap Doyeon kesal.

Doyeon menghela nafas "baiklah, kita akan buat jalur penghubung sendiri, ini akan terasa sangat menyakitkan dan tampaknya kami akan benar-benar bertemu dengan kematian"

TBC.




Hai...
Aku belum ahli bikin adegan perang tapi semoga ini gk ngecewain deeh...

Oh iya, ketemu ritual lagi...
Di tunggu yaaa

Ok tu aja dari aku

Ok tu aja dari aku

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bonus...

See you...

Salam hangat Aroha Gina💜

ALPHA [Complete]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora