19.

59 14 0
                                    

⬇⭐ Cuma butuh waktu kurang dari 5 detik^^












"Jinwoo!"

Mendengar namanya di panggil. Jinjin berbalik dengan santai, berbeda dengan Rina yang sudah ketar ketir takut ia dan Jinjin di hukum.

"iya kakek?" tanya Jinjin sambil tersenyum miring.

Byung Hun menggeram berusaha mengendalikan emosinya "berani sekali kau meninggalkan tugas dan melanggar aturan yang aku tetapkan!"

"anda tidak berhak mengekang saya Tuan Byung Hun, anda bukan keluarga kandung saya" jawab Jinjin dengan lantang.


Setelah apa yang di ucap kan Jinjin, Kini ia sudah di ikat di tiang di bawah panas matahari.

"biarkan dia disini sampai besok pagi, jangan ada yang memberikan dia makan atau minum. Dan selanjutnya ia akan di kirim ke perbatasan hutan" Byung Hun memberi printah yang tidak terbantahkan.

"anda harus belajar patuh dan tanggung jawab Tuan Muda" desis Byung Hun di depan wajah Jinjin.





"Rina"

Sepeninggal Byung Hun dan para playan, Jinjin memanggil Rina namun tak ada respon dari Rina.

"Rinaa"

"hei Rinaa"

"Ck, di mengunci mu ya?" Jinjin bertanya pada Rina meski tak ada jawaban apa pun.

Jinjin menengadahkan kepalanya ke atas "hei dewi bulan, kau yang telah membuat kami semua kesulitan. Memangnya kenapa dengan adik ku yang terlahir sebagai Black Alpha?. Kenapa harus kau persulit ha? Lihat saja suatu saat nanti aku akan menemui mu dan saat itu sisi hitam yang akan berkuasa"

"Ck Sialan!!"
























"kenapa?" tanya Sang il sambil mengelus kepala Juhwa. Mereka sedang berkendara pulang dan Rocky sudah tertidur sejak masuk mobil tadi.

"aku.... Ngerasain bau Jinjin di restoran tadi" cicit Juhwa lalu menyanderkan kepalanya melihat jalan yang masih ramai.

"yaah aku juga, daan Jinjin memang sempat datang tadi" ucap Sang il membuat Juhwa terperanjat.

Ia melebarkan matanya tak percaya "berarti Jinjin udah bangun kan" Juhwa memegang tangan Sang il dengan erat "kita kesana yaa, basok. Atau sekarang juga gak papa. Yakan kita bisa liat Jinjin kan"

"nggak bisa sayang, kamu masih ingat Jinjin di persiapkan untuk apa kan?" Sang il mencoba memberikan pengertian pada Juhwa.

Juhwa mengepalkan tangannya untuk meredam amarah yang hampir meledak "kenapa harus kita sih?. Aku cuma mau anak-anak ku tumbuh dengan normal, sebagai manusia atau clan Werewolf"

"Jinjin butuh orang tuanya, Jinjin juga ingin melihat adiknya. Rocky butuh seseorang kakak, Rocky selalu nanyak kakaknya dimana?. Dan kamu selalu bersikap tenang seolah ini semua wajar"

"Kedua Putra ku bukan alat untuk balas dendam!"

Mobil yang di kendari Sang il berhenti mendadak, juhwa sampai harus menahan tubuhnya agar tidak terbentur. Ia mengecek Rocky yang masih pulas di pangkuannya dan kini netranya beralih pada Sang il yang mencengkram erat stir dengan nafas memburu.

Tatapan Sang il dan Juhwa beradu lama, hingga kemudian Sang il menghela nafas lagi dan kembali menjalankan mobil tanpa sepatah kata pun.





Paginya Sang il bangun lebih awal dari biasa, sempat terlintas kejadian dimobil semalam namun langsung di tepis Sang il. "ayolah sekarang bukan waktu yang tepat untuk menggunakan hati" gumamnya dengan tangan yang terus memijat pelipis.

Ia kemudian bangkit menuju kamar Rocky, menatap putranya yang sedang serius menyusun lego.

"Hee!" Sang il menepuk pundak Rocky membuat bocah 4thn itu kaget hingga refleks memukul Ayahnya.

"Ayah jangan suka ngagetin gitu" Rocky menatap Ayahnya jengkel, Sang il justru tertawa keras dan kembali menggendong Rocky tiba-tiba membuat bocah itu berteriak diselingi tawa.

"udah, yok kita sarapan dulu" ajak Sang il masih menggendong Rocky menuju meja makan.

"pagi Bundaaa!" teriak Rocky di dekat telinga Sang il membuat ia refleks menguasap telinganya dan balik menatap jengkel pada Rocky.

"kamu balik ngerjain Ayah yaa?" tanya Sang il menatap curiga kearah Rocky.

"heeem gak tuh" jawab Rocky lalu segera melompat dari gendongan Sang il.

"eeet tapi boong weeel" lanjutnya segera berlindung di balik Juhwa.

Juhwa menggeleng melihat kelakuan Ayah Anak di depanya. "makan dulu abis tu lanjut baku hantamnya, nanti biar Bunda jadi wasit" ucap Juhwa lalu duduk di ikuti Sang il dan Rocky.

Ketika Rocky hendak makan ia merasa ada yang aneh, hingga kemudian matanya melebar "jangan di makan!" cegah Rocky.

"kenapa nak?" tanya Sang il dengan senyum tipis.

"baunya sama kaya pelmen aneh yang di kasi kakak pelempuan sama ky waktu di taman" jawab Rocky membuat Juhwa mengernyit bingung.

"Siapa nak?" kali ini Juhwa yang bertanya.

"gak tau, tapi ada kakak laki-laki lain yang bilang sama ky kalo makan nanti bisa sakit" Rocky berfikir siapa nama anak laki-laki kemarin.

"Buun ganti aja makannya adek udah lapel" rengek Rocky setelah pusing karna berusaha mengingat kejadian di taman.

Juhwa beranjak walau masih memikirkan siapa yang di temui Rocky. Tak jauh berbeda dengan Juhwa Sang il juga berfikir siapa yang memberi Rocky tanaman racun.



























"jangan membuat masalah, di perbatasan tidak ada belas kasihan bahkan untuk seorang Tuan Muda" Hyunseo memberi Jinjin peringatan sebelum menyerahkanya pada seorang penjaga di sana.

Hyunseo langsung pergi begitu Jinjin mengangguk, Jinjin manatap orang di sampingnya yang mengehela nafas ketika melihat Jinjin seolah ia tidak berguna.

"dengar! Di sini tidak ada gelar Tuan Muda. Kau hanya seorang Schouts, paham?" tanya orang itu.

Bukan menjawab, Jinjin hanya mendengus lalu melawati orang itu memasuki gerbang pertama.

TBC.














Hai....
Love nya Ginaaa
Eaaaaak....

Cuma mau bilang, mulai chapter ini yok yook hatinya di siapin ekhe
Soalnya aku rada" kalo bikin yang sadis hehehehe

Dan VOMEN juga jan lupa yaaa

Dan VOMEN juga jan lupa yaaa

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Bonusss.....

See you...

Salam hangat Aroha Gina💜

ALPHA [Complete]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora