65.

13 6 0
                                    

Siang ini Sei tak di izikan keluar, ia hendak protes namun urung ketika seorang Beta yang meminta langsung, di tambah lagi raut serius dari wajah Minhyuk yang kebetulan lewat sudah cukup menjelaskan semuanya.

Sei hanya duduk di dalam kamar yang sudah di kunci dari dalam, Ia tak mengerti tapi Beta bilang. apa pun yang terjadi malam nanti, jangan pernah sekalipun mendekati jendela dan pintu.
Sei menurut, ia tak mau menyebabkan masalah apapun lagi.

Aaaauuuung....!!

Sei terbangun dari tidurnya, ia segera sadar ketika mendengar lolongan Wolf yang bersahut-sahutan, sangat dekat seolah gedung ini sedang di kepung.

Tubuhnya bergetar ketakutan, "baa.. bagaimana jika mereka menerobos masuk" gumamnya. Sei kembali terdiam berusaha mendengar, barangkali ada tanda-tanda seseorang di sekitar.

Nihil, tak ada siapa pun kecuali para Wolf yang kini langkah mereka terdengar mulai menyebar kepenjuru wilayah. Hendak berburu, membebaskan diri mereka dari segala aturan.

Traang...

Duk...

Trang..

Duk...

Lagi, Sei di buat tersentak saat mendengar suara logam berbenturan sekaligus sesuatu yang di pukul.

"dari latai bawah" Sei turun dari ranjang dan mendekatkan telinganya ke lantai.

"Gerrrr...."

Trang.....

Rasa penasaran membawa langkahnya mendekati pintu, memastikan di luar aman. Ia membuka kunci dan keluar perlahan, rasa takunya ia tekan kuat-kuat.

Sei terus melangkah hingga lantai bawah, berkeliling dan rumah memang benet-benar sepi. Entah kemana semua penghuninya pergi.

Traang...

"Suara itu lagi" Sei berjalan sesuai dengan pendengaranya. Meski hanya ada cahaya bulan yang membantu penglihatan, ia berhasil sampai di pintu menuju ruang bawah tanah.

Tak...

Tak...

Tak...

Suara langkahnya berhasil memperkuat sesuatu yang entah apa itu. Di balik pintu hitam besar ada seseorang yang dikurung dan di rantai. Setidaknya itu kesimpulan yang ia ambil ketika sampai.

Pintu itu sangat kakoh, tapi keinginan Sei lebih kuat. Ia berkeliling lagi mencari cara untuk masuk. Ventilasi menimbulkan senyum di wajahnya.

Sei melepas sapatu agar memudahkanya memanjat "aku dulu anggota panjat tebing" gumamnya yakin dan mulai menaiki dinding, berpegangan dan berpijak pada celah atau ukiran.

Ia berhasil sampai dan masuk kedalam. "aaa...pa itu??" Sei bergetar melihat Wolf yang di rantai di sudut ruangan.

Wolf hitam besar yang begerak dan menggeram, berusaha melepaskan diri, Sei semakin merinding ketika sepasang mata tajam itu menatap ke arahnya.

"kau tidak apa-apa?" entah apa yang membawa keberaninya muncul untuk mendekati Wolf berkalung perak itu.

Saat cukup dekat, Wolf itu mendekatkan kepalanya pada Sei hingga kening keduanya menyatu.

"gerrrr..."

"ngggeeenggg"

Geraman mengisi ruang gelab itu, seolah paham. Kedua tangan Sei menghampiri kalung yang menempel erat pada leher Wolf.

Tang...

Suara logam di lepas dan seketika tumbuhnya di terjang hingga menempel pada lantai dingin juga berebu. Sei balas menatap, meski lengannya terasa sakit karna di tahan sepasang kaki depan bercakar tajam, sedikit bergerak saja kulitnya pasti terkoyak.

ALPHA [Complete]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora