34.B

30 12 0
                                    

⬇⭐ Cuma butuh waktu kurang dari 5 detik^^








"mau kemana Kak?" tanya Rocky saat ia masuk ke kamar Jinjin untuk melihat-lihat buku.

"ketemu temen, kamu mau apa?"

"mau liat buku, jangan pulang malem-malem Bunda sama Ayah balik besok" jawab Rocky.

"hemm, jaga rumah" pesan Jinjin meraih jasnya lalu berjalan keluar.

Sambil mengendari mobil Jinjin sesekali bersenandung mengikuti alunan musik. Sebenarnya Jinjin tak berniat keluar malam ini, cuma temanya SMA nya mengajak berkumpul, reuni kecil-kecilan katanya.

"aiiih tiba-tiba pengen ke daerah pusat" gumam Jinjin ketika melihat jalanan yang ramai.

"Rina" panggil Jinjin pada si peri kecil yang selalu menemaninya kemana pun.

"Tuan, ada apa?" Rina segera muncul dari belakang telinga Jinjin dan duduk di bahu lebarnya.

"aku butuh teman bicara" ucap Jinjin di balas anggukan paham oleh Rina.

"oh iya, menurut mu cara yang paling pas untuk membuat Rocky percaya ia WereWolf bagaimana?"

"berubah saja menjadi WereWolf di depannya" usul Rina.

"kalau setelah itu dia malah takut pada ku?" tanya Jinjin lagi.

"eeem Tuan benar, oh atau aku sisipkan saja ingatan WereWolf padanya" tawar Rina.

"tidak bisa, itu akan jadi bahanya untuk mu" Jinjin dengan segera menolak tawaran Rina.

"kenapa?" Rina melihat Jinjin bingung terutama pada ekspresi khawatirnya.
Pelan-pelan rasa hangat menjalar di hati Rina, rasa yang berusaha ia hilangkan.

"karena bagian Alphanya akan secara alami menjadi pelindung sekaligus senjata, jika cakarnya sudah mencengkram mu maka akan sulit untuk lepas Rina" Jinjin menjelaskan dengan wajah seriusnya.

Rina mengangguk paham lalu terbang kehadapan Jinjin "sudah hampir sampai Tuan, saya pamait undur diri" Rian meminta Izin.

"iya, terimakasi Rina" jawab Jinjin di balas anggukan dan Rina segera pergi bersama cahayanya.

Jinjin melihat temanya melambai begitu ia melewati pintu caffe, "udah lama?" tanya Jinjin menarik kursi untuk duduk.

Mereka duduk di kursi kayu tepat di samping kolam hias, "belum lama kok. Pakabar Pak CEO?" tanya temanya.

"baik, kalo Pak Nahkoda?" tanya Jinjin balik.

mereka sama-sama tertawa pada kekonyolan diri mereka, seakan teringat percakapan mereka ditelfon Jinjin kemudian bertanya.

"btw, mau ngomongin hal ringan apa?"

"ah cuma masalah jual beli saham" jawab Hanbin.

"ringan matamu! kalo itu ringan, yang berat apa?! Rencana jual beli senjata nuklir" Jinjin melotot jengkel.

Hanbin tertawa keras "ini nih yang di tunggu-tunggu, omelan Jinjin"

Jinjin mendengus, tapi tak lama kemudian ia ikut tertawa hingga obrolan mereka mangalir riangan nostalgia masa SMA dulu.

Draak.....

Jinjin tiba-tiba berdiri membuat Hanbin kebingungan, sampai matanya terbalak.

"Jin lengan mu ke gores" ucapnya, menyadarkan Jinjin.

'bagus aku ada alasan' batin Jinjin, ia menatap lenganya pura-pura kaget "gue ke mobil dulu ngobatain ini" ucapnya segera meninggalkan caffe.

Keluar Caffe Jinjin berhenti untuk memfokuskan dirinya lalu berlari lagi ke arah barat 'kenapa disini? Siapa dia? manusia? Half Quarter? setengah makhluk dunia bawah?'

"Siapa??"

TBC.















Hai...

Kira-kira siapa yaa, yang mancing pak Ceo kota ini?

Tunggu di chap minggu depan wkwkwk

Jan lupa buat melaksanakan kewajiban setiap membaca Alpha manteman semua hehehehe

Btw setelah sekian chap, kita ketemu lagi sama...

Btw setelah sekian chap, kita ketemu lagi sama

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Peri Rina

Ok see you....

Salam hangat Aroha Gina💜

ALPHA [Complete]✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora