"Iya Dave."
"..."
"Iya."
"..."
"Ya udah. Love you too."
"Davin lagi?"
Ara mengangguk setelah memasukkan ponsel genggamnya ke dalam tas. "Biasa lah."
Kedua temannya mendesah pasrah melihat senyum Ara. Padahal mereka jelas tau bagaimana perilaku pacar Ara itu.
"Yuk pulang."
Ketiganya berjalan menuju basement fakultas mereka. Memasuki mobil berwarna merah mengkilap milik Jane. Ketiganya berangkat dan pulang bersama.
"Kapan sih pacar lo wisuda?" Jane bertanya kepada Ara yang duduk di belakang.
"Minggu depan." Jawab Ara yang masih fokus dengan ponsel. Berbalas pesan dengan sang kekasih.
Kedua sudut bibir Kayana tertarik. Ia menolehkan kepalanya melihat Ara di belakang. "Bentar lagi pulang dong? Jadi kangen gue sama si ganteng, Davin."
Kemudian cewek berambut cokelat terang itu tertawa saat Ara mengangkat sneaker yang entah sejak kapan ia lepas.
"Gue aduin Malvin ya!" Ancam Ara menurunkan sneaker-nya.
Kayana tidak merasa terancam sama sekali. Ia menyugar rambutnya dengan santai. "Gue mah nggak takut kali sama dia. Pacar gue nggak kaya pacar lo yang baperan." Di sambung dengan tawa nyaringnya yang memenuhi mobil.
Tak lama Jane dan Ara turut tertawa menyadari keadaan mereka berbeda. Ara yang patuh terhadap Davin dan Malvin yang patuh terhadap Kayana. Berbanding terbalik.
"So, next week lo bakal ke New York?"
"Hm." Lagi-lagi Ara menjawab pertanyaan Jane dengan mata yang fokus terhadap ponsel.
"Yang LDR nya mau selesai mah beda. Senyum mulu dari tadi."
"LDR apaan, gue sering tuh lihat si Dave nangkring di rumah Ara." Kayana yang rumahnya berdekatan dengan Ara memang pernah melihat Davin beberapa kali di sana. Namun tidak sering seperti yang ia ucapkan tadi.
"Lah, doi pulang gitu?" tanya Jane yang memang tidak tahu jika kekasih sahabatnya --yang kini sedang menempuh S2 di belahan bumi lain-- sering pulang seperti yang Kayana katakan.
"Enggak sering, ish! Kalo nggak sibuk aja dia pulang."
"Itu pun cuma sehari abis itu langsung balik." Ara menyambung ucapannya.
"New York-Jakarta ibarat Jakarta-Bandung doang buat Dave."
"Itu berarti Davin-nya yang ngebet banget ketemu Ara."
Kehebohan Ara di belakang menghentikan obrolan Jane dan Kayana yang membahas Davin. "Udah jangan ngomongin Davin! Dia marah kalian bawa-bawa nama dia."
Jane dan Kayana terkejut. Darimana cowok itu tau jika sedang di omongkan?
"Lo kasih tau dia?" tuduh Kayana yang paling logis.
"Enggak! Gue nggak bilang apa-apa. Tiba-tiba aja dia bilang kalo jangan bawa-bawa nama dia kalo lagi gosip." Ara menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan bekas chatingan dia dengan Davin.
Kayana mengambil ponsel Ara dan membacanya. Awalnya Ara dan Davin sedang membahas dresscode wisuda Davin Minggu depan. Namun tiba-tiba di tengah obrolan Davin memotong dengan kalimat 'jangan bawa-bawa nama aku kalo lagi gosip sama temen kamu.'
"Cenayang pacar lo Ra. Fiks itu mah!"
**
Dua hari sebelum Davin resmi menyandang gelar magister, Ara sudah bersiap dengan barang bawaannya. Awalnya Ara akan berangkat sehari sebelum hari H, namun kekasihnya itu memaksanya untuk berangkat hari ini. Ara menurut, karena itu memang sifatnya.
"Langsung ke bandara nih? Nggak mau makan dulu sama gue?" Daren mengedipkan sebelah matanya menggoda calon adik iparnya.
Ara tersenyum menanggapi. Tak berselang lama terdengar suara Davin yang membuat Daren terkejut.
"Gue nyuruh lo jemput dia, bukan jemput ajal lo!" Ucapan pedas Davin sarat akan ancaman.
Daren terdiam beberapa saat, hingga tawanya terdengar di detik ke sepuluh. Ia melirik Ara yang memegang ponsel. Rupanya adik kesayangannya itu sangat tidak percaya padanya hingga meminta Ara untuk menyambung telepon saat bersamanya.
"Dave yang nyuruh." Ucap Ara melirih, merasa tak enak.
It's okay. Balas Daren tanpa suara.
Kemudian lelaki yang lebih tua lima tahun dari Ara itu melajukan mobilnya menuju bandara.
Tepat pukul 23.00 waktu setempat Ara dan Daren sampai gedung apartemen Davin. Daren tidak mengantar Ara hingga depan unit karena sang pemilik unit sendiri sudah berdiri menyambut di depan gedung.
Setelah beres dengan urusannya, Daren pulang kerumahnya. Daren sudah menikah dengan Jennifer dan memiliki seorang bayi mungil berjenis kelamin laki-laki bernama Leo.
Keluarga Davin, lebih tepatnya Jackson, Ayah Davin dan Daren memang tidak berwargakenegaraan Indonesia. Namun beliau menikah dengan perempuan cantik bernama Lily yang asli Indonesia. Bisa dibilang, Davin dan Daren itu blasteran.
Davin menyambut sang kekasih dengan pelukan hangatnya. Kemudian ia menggeret koper Ara dan menuju ke unit apartemen nya.
Ara langsung berbaring di kasur empuk yang berada di kamar Davin tanpa membersihkan diri. Badannya lelah setelah penerbangan yang memakan waktu hampir satu hari.
Dari tempatnya berbaring, Ara dapat melihat Davin yang datang sambil segelas air putih. Kemudian ia duduk untuk menerima uluran segelas air itu.
"Mandi dulu sana!" Davin menaruh gelas kosong ke meja kecil samping ranjangnya.
"Besok aja Dave, lemes banget." Ara kembali merebahkan dirinya.
"Jetlag?" Ara membas dengan mengangguk.
Davin menghembuskan nafasnya pasrah. Niatnya ingin mengomeli Ara pun terurung karena melihat wajah lelah sang kekasih.
Tanpa sepatah kata, Davin ikut berbaring di sebelah Ara. Kemudian ia menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya. Davin membawa Ara kedalam pelukannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/294591074-288-k935476.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...