"Kemarin kamu ngapain aja seharian, Arabella??"
"Kemarin kan cuma jalan-jalan doang, Dave. Nanti malem mau bridal shower."
"Apaan sih pake acara gitu-gituan?? Orang nikahannya tinggal besok juga. Harusnya kamu biarin si Jane istirahat, biar besok dia fresh. Bukannya buat acara-acara nggak jelas kaya gini." bantah Davin panjang lebar. Ia menatap tajam pada Ara yang tengah duduk di ranjangnya. Dengan kepala menunduk.
"Kamu mah nggak seru." Ara berseru kecil. Ia menendang pelan tulang kering Davin di depannya. Pandangannya setia menatap lantai.
"Emang aku peduli? Lagian ngapain pake mau nginep sih? Udah tau ini malem Minggu, jadwal kamu temenin aku. Malah pake buat acara-acara gituan lagi."
"Ya kan ini sekali seumur hidup, Dave. Kamu kalo mau kerumah Arthur juga nggak apa-apa-"
"Dih, kamu pikir aku alay kaya kamu? Lagian kalo aku kerumah Arthur juga palingan di usir sama dia. Udah lah, Ra. Disini aja ya?" Davin masih kekeh membujuk Ara agar tetap stay dirumahnya.
Pasalnya, Ara sore-sore tadi datang kerumahnya untuk meminta izin kalau tidak bisa menginap malam ini. Perihal mengadakan pesta pelepasan masa lajang untuk Jane yang akan menjadi istri di esok hari.
"Dave, please." Ara memohon dengan wajah memelas nya.
Davin menatap tajam mata Ara yang berair. Sial, Ara paling tahu kelemahannya. Namun kali ini Davin tidak akan tergoda. Ia tetap tidak akan mengizinkan Ara menginap dirumah Jane.
"Hm?" Ara berdiri dan memeluk Davin. Wajahnya ia dongak-kan agar matanya bersitatap dengan Davin.
"I said no!" Davin melepas pelukan Ara. Secepatnya ia menghindari Ara yang terus memasang wajah melas kelemahan Davin.
"Aahhh... Ijinin, ya? Baju aku ada dirumah Jane." Ara mengikuti kemanapun Davin pergi.
"Tinggal ambil, susah banget kayanya." Davin ke dapur untuk mengambil minuman kaleng yang berada dalam kulkas.
Ara maju dan memeluk Davin dari samping. Ia menaruh wajahnya pada pundak Davin yang sedang minum. "Sekaliiii aja, ya? Yaa????"
Ara terus mengerjapkan matanya agar air mata bualannya turun. Namun sialnya air mata itu tidak juga membasahi pipinya.
"Aku bilang enggak ya enggak! Paham nggak sih kamu?" Davin lagi-lagi meninggalkan Ara.
Ara merasa kesal sendiri. Sudah hampir satu jam ia habiskan untuk membujuk Davin saja. Padahal setengah jam lagi acara yang sudah ia dan Kayana siapkan akan dimulai.
Ara pun terduduk di lantai dapur. Ia merengek seperti anak kecil. "Davin jahat hiks... Huaa..." Ara menendang-nendang udara dengan tangan yang tak tinggal diam.
"SHUT UP BABE!" Teriak Davin dari ruang tamu.
Tangis Ara yang tak kunjung diam membuat Davin menghampirinya. Davin melotot begitu melihat Ara yang persis seperti anak kecil yang tidak dibelikan apa yang ia mau.
"Bangun!" Davin mengulurkan tangannya.
Ara menepis, ia menatap Davin dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya melengkung kebawah, "mau kerumah Jane hiks... Ijinin, ya?"
Davin mengusap wajahnya. Sungguh, ia benar-benar tidak mau tidur sendirian malam ini. Harusnya malam nanti ia akan menghabiskan malam yang panjang bersama Ara. Entah siapa yang memutuskan pernikahan Arthur jatuh pada hari minggu, Davin mem-blacklist seseorang itu.
"Bangun dulu." Davin dengan tidak sabar mengangkat badan Ara agar berdiri. Begitu berdiri, badan Ara hendak jatuh. Ara sudah seperti jeli yang lembek.
Davin dengan sigap memeluk pinggang perempuan mungil itu. Wajah Ara mendongak dengan pandangan yang masih sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...