15

117K 7.4K 71
                                    

"Ah nggak rela... Masa lo udah nikah aja si Jane.." mereka bertiga kembali berpelukan. Kalau dihitung, ini pelukan ke tujuh mereka pada pagi ini.

"Perasaan baru kemarin kita lihat Ara ngompol pas SD." Kayana menyeka air matanya.

"Huaaa iyaa..." Jane yang biasanya tidak lebay pun ikut menangis. Ternyata pernikahan ada sedihnya juga. Walaupun tidak kehilangan benda secara nyata, namun Jane merasa ia kehilangan sesuatu yang sudah ia miliki seumur hidup sampai sekarang. Kebebasan.

"Walaupun kalian suka bully gue, tapi gue sayang kok. Beneran nggak boong." Ara memeluk Jane dan di susul Kayana. Pelukan ke delapan.

"Bener sih, walaupun kalian akhlaknya minim, otaknya juga, yang penting duitnya banyak. Maksudnya gue sayang kalian juga huaa..." Pelukan ke sembilan.

"Eh Jane, nggak usah ikut nangis bego! Softlens lo, ya Tuhan." Ara menabok lengan Jane yang telanjang. Karena Jane memakai gaun tanpa lengan.

"Oiya. Tetep cantik kan gue?" Jane bergantian menatap Kayana dan Ara.

"Iya cantik, walaupun biasanya jelek, tapi kali ini lo cantik kok Jane." Mereka bertiga kembali berpelukan.

**

"Happy wedding man!" Davin memeluk Arthur ala lelaki. Ia menepuk punggung Arthur sebagai tanda selamat.

"Thanks."

"Gila lo, ngebet banget pengen belah duren."

"Davin!" Ara mencubit pinggang Davin.

"Lo juga ngebet belah duren, kan? Atau, udah?" Arthur terkikik melihat wajah Ara yang memerah.

"Thur, walaupun lo irit ngomong, muka lo ngeselin, tatapan mata lo kaya ngajak berantem terus, akhlak lo setipis debu, tapi lo tetep suami sahabat gue Thur!" Ara ikut menepuk pundak Arthur.

"Gila pacar lo, Dave!" Arthur menenggor Davin yang sedang bersalaman dengan Jane.

"Calon bini." Davin pun memeluk pinggang Ara.

"Aaa Jane! Happy wedding sayangku...." Ara kembali memeluk Jane. Mereka berdua berpelukan dengan badan yang terus bergerak tidak tinggal diam.

"Udah woi! Ambruk panggungnya nanti!" Malvin menyusul mereka.

"Happy wedding ma men!" Malvin memeluk Arthur layaknya Davin tadi.

"Thanks. Cepet nyusul!"

"Apa? Nyusu?"

"Dasar otak pasir!" Kayana menyerobot ke tengah-tengah mereka.

"Thur, HaWeDe ya. Jagain temen gue, awas kalo lo sakitin. Gue slebew pala lo!" Kayana menunjukkan kepalan tangannya.

"Jane, tahan-tahan ya sama si kutub. Biasanya orang yang kaya Arthur mainnya ganas." Malvin berbisik pada kalimat terakhir.

Jane hanya tertawa dengan pipi merona. "Haha thanks, cepet kawinin temen gue. Takut expired nya abis ntar."

"Omongan lo Jane, kawin mah gampang kali. Nanti malem bareng kalian juga bisa."

"MALVIN!" Kayana memukul kepala Malvin.

"Tamu gue bukan kalian doang anjing!" Arthur mendorong tubuh para teman-temannya agar menyingkir.

Davin, Ara, Malvin dan Kayana masih belum turun dari panggung. Mereka memilih duduk di kursi yang biasanya di pakai oleh orangtua kedua mempelai.

"Poto bareng dong ah! Ya kali brader kita merried nggak poto-poto." Malvin kembali berdiri mendekati pasutri baru itu saat tamu sudah selesai bersalaman.

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang