31

99K 6.4K 69
                                    

Pagi hari disaat Ara tengah menata meja makan, Davin datang menghampirinya. Lelaki dengan mata sayu itu duduk di kursi dekat Ara yang sedang mengaduk susu coklat.

"Ayo ngobrol dulu." Lirih Davin memeluk pinggang Ara dari samping.

Ara masih diam, perempuan itu tak menyangka Davin akan bangun sepagi ini hanya untuk menyelesaikan masalah semalam. Sejujurnya ia juga ingin cepat-cepat menyelesaikan masalah nya, namun tidak sepagi ini juga.

Ara menaruh gelas berisi susu coklat itu di dekat piringnya, ia kemudian mengelus rambut lebat Davin. Lelaki yang belum sepenuhnya sadar itu pun menikmati elusan di rambutnya dengan menyembunyikan wajahnya pada perut Ara.

"Sarapan dulu ya-"

Cepat-cepat Davin mendongakkan kepalanya menatap Ara dengan tatapan memelas. "Masih mau nunda Yang? Hm? Kamu seneng banget kayanya berantem sama aku."

"Bukan gitu Dave-"

"Terus apa Ra? Semalem kamu bilang besok pagi, ini udah pagi Ra. Kamu mau bilang nanti siang? Apa nggak sekalian nanti malem aja? Hah??"

"Kok jadi emosi?" Ara memainkan rambut bagian depan Davin dengan jemarinya.

"Ya gimana aku nggak emosi?! Kamu nunda terus dari semalem. Kamu pikir aku nggak marah kamu tuduh tuduh selingkuh gitu? Hah?! Aku nggak selingkuh Ra, nggak selingkuh! Semalem aku mau ajak kamu ngobrol, ngelurusin semuanya biar kamu nggak salah paham. Tapi kamu nggak mau, kamu selalu nunda tanpa sadar kamu bikin hati kamu nggak tenang sendiri. Nggak capek apa kamu overthinking gitu?" Mata Davin yang semula sayu karena masih mengantuk, kini kedua mata itu sudah berkaca-kaca. Entah kenapa sekarang ia jadi cengeng seperti ini, suka bawa perasaan.

Ara tak menghentikan tangannya yang memainkan rambut Davin. "Iya kita ngobrol, tapi setelah-"

"Kalo mau ngobrol ya ayo! Sekarang! Nggak ada kata tapi. Kamu niat nggak sih?!"

Ara gemas dengan Davin yang marah-marah sendiri, ia pun mencubit pipi kanan Davin. "Abis sarapan! Kamu nggak kasian aku yang capek-capek masak terus di anggurin? Dingin nanti sop nya." Ara berusaha melepas lilitan tangan Davin di pinggangnya.

Bukannya tenang, Davin malah semakin emosi dengan Ara yang menurutnya terus menunda. "Aku bilang sekarang ya sekarang!!"

"Abis makan, aku janji." Ara mengecup singkat dahi Davin agar lelaki itu tenang.
**

Jadilah mereka sekarang duduk di sofa depan tv. Hari masih pagi, tapi tetap saja waktu ngobrol mereka membutuhkan durasi yang lumayan lama.

"Jadi?"

"Demi Tuhan aku nggak selingkuh." Davin menatap dalam-dalam mata Ara. Ia benar-benar serius saat mengatakannya.

Ara mengangguk. "Tell me."

Davin menarik nafas dalam, kemudian ia keluarkan melalui mulut. "Dengerin, aku nggak ada niat buat boongin kamu-"

"Tapi kamu boong."

"Dengerin dulu!" Davin menatap Ara marah. Ia tidak suka jika omongannya di potong begitu saja.

Ara lagi-lagi mengangguk. Menelan kekesalannya.

"Aku serius waktu bilang ada meeting di luar sekalian makan siang. Itu rapatnya juga sama orang dalem perusahaan sendiri. Otomatis Stella ikut karena termasuk orang penting." Davin memberi jeda penjelasannya untuk mengamati wajah Ara. Benar tebakannya, Ara cemburu dengan Stella.

"Aku nggak tau gimana kamu bisa tau, tapi aku yakin kamu liat aku di saat yang nggak tepat. Boleh aku nanya gimana kamu tau?" Davin dengan hati-hati bertanya.

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang