Minggu pagi telah tiba. Sudah tiga hari sejak acara party yang berakhir menginap dirumah Davin karena hujan yang tak kunjung reda kala itu.
Pagi-pagi Ara sudah bangun. Gadis cantik itu lekas mandi tanpa membangunkan lelaki di sebelahnya. Ara melihat ke cermin, ia menemukan tanda kemerah-merahan pada bagian dadanya. Sudah biasa.
Malam tadi, Ara menginap di kediaman Davin atas perintah Davin sendiri. Sudah kebiasaan dari dulu jika malam Minggu tiba, maka Ara akan menginap dirumah Davin. Dan akan Davin pulangkan jika Senin sore selepas kuliah Ara tuntas.
Selesai dengan urusan kebersihan badan, Ara berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan. Rumah minimalis milik Davin memang hanya memiliki satu lantai saja. Namun sangat lengkap.
Saat tiba di dapur, ia mengintip keluar sebentar. Rupanya matahari belum muncul sempurna. Jam masih menunjukkan pukul lima. Entah jam berapa tadi Ara bangun.
Ara pun mengurungkan niatnya untuk memasak. Ia kembali ke kamar dan melihat Davin masih terlelap. Ah, hampir saja lupa. Semalam Davin menyuruhnya untuk membangunkan jika pukul setengah enam. Lelaki itu hendak joging katanya.
"Dave, wake up." Bisik Ara sambil membelai wajah tampan Davin.
"Wake up, babe!" Ara memainkan rambut lebat Davin yang berwarna hitam kemerahan.
Tak mempan, Ara pun mengecup pipi Davin sekilas. Masih tidak ada pergerakan dari Davin. Ara semakin berani dengan mengecup bibir Davin.
Sekali, Davin hanya menggerakkan tangannya untuk menyentuh tangan Ara yang berada di perutnya.
Ara mengecup bibir Davin lagi, cowok itu melenguh. Kemudian kembali tertidur.
Tiga kali, berhasil. Davin membuka matanya.
Ara mengecupnya lagi, kali ini lebih lama. "Morning." Sapanya dengan senyuman yang terbit di bibir.
Senyum itu menular kepada Davin yang masih setengah sadar.
"Wake up! Kamu mau joging kan?"
"What time is it?"
"Lima lebih tujuh."
"Lima? Jam lima kamu bangunin aku?" Davin bertanya sembari menutup matanya dengan lengan. Ia hendak tidur lagi. Tiga puluh menit menurutnya sangat mubadzir jika tidak di gunakan untuk tidur lagi.
Melihat Davin yang mulai memejamkan mata lagi, dengan cepat Ara menarik kedua tangan Davin agar terbangun.
"Dave, nggak boleh tidur lagi! Bangun!" Ara masih menarik kedua tangan Davin. Sedangkan sang empu masih di posisi yang sama. Tenaga Ara tidak ada artinya bagi Davin.
"Mau tidur Ra, sana ih!" Davin menghempas tangan Ara begitu saja.
"No! Kita joging sekarang." Ara berkacak pinggang.
"Dave!"
"Shut the fucking up!" Davin melempar salah satu bantal tepat ke wajah Ara. Niatnya ingin menggertak saja, tidak sengaja Ara berdiri tepat dimana ia melempar bantal itu.
Merasa tidak ada jawaban dari sang kekasih, Davin membalikkan badannya menghadap ke arah Ara yang masih diam di posisinya.
"Apa huh? Apa?"
"Nggak apa-apa." Kemudian Ara berjalan pergi keluar kamar.
"Whatever." Davin tidak mempedulikan itu, waktu tidurnya terbuang tiga menit untuk meladeni Ara.
Tepat pukul tujuh pagi, Davin membuka matanya. Ia mengernyit kala sinar matahari sudah sangat terang. Melirik jam di meja sebelah ranjangnya, Davin mengumpat. Ia kesiangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...