"ARA??"
"KAMU DIMANA SAYANG???"
Davin berlari menuju rumahnya yang pintunya sudah terbuka. Ia mencari keberadaan istrinya yang tiba-tiba mematikan ponsel setelah berteriak kepanikan.
"ARA??" Davin mengedarkan pandangannya. Kemudian ia terdiam melihat pisau bersimbah darah yang ia injak. Ia meneliti ruang keluarga itu.
Di dekat sofa ada vas bunga yang sudah pecah. Karpet putih berbulu itu juga terdapat bercak darah. Terlihat jika sebelumnya Ara sedang santai dengan adanya salad buah dan lemon ice.
Davin mengetatkan rahangnya saat pikiran buruk mulai menjalar di otaknya.
Buru-buru ia mengangkat panggilan saat ponselnya berdering dan hendak mengumpat setelah mengetahui si penelpon.
"Istri lo ada sama gue."
Davin menelan semua amarahnya. "Kirim lokasi sekarang."
***Dengan kecepatan maksimal, Davin membelah jalanan ibu kota dengan mobilnya. Tidak peduli jika ia kena pelanggaran atau apa. Ia bisa membayar pelanggaran itu. Tapi polisi tidak bisa membayar jika istri dan calon anaknya terluka.
Davin turun dari mobil dengan kondisi mobil masih menyala dan pintu yang tak tertutup. Ia masa bodo dengan itu.
Sekarang ia berlari di loby rumah sakit besar. Bertanya kepada resepsionis yang bertugas dimana ruang UGD.
Setelah tahu dimana tempatnya, ia kemudian bergegas kesana.
"Istri gue kenapa?!" tanya-nya tergesa.
Kayana yang berada di ruang tunggu seketika berdiri melihat kedatangan Davin.
"Istri gue kenapa Kay???" tanya-nya tak sabar. Ia semakin panik melihat Kayana yang berderai air mata.
Kayana menggeleng. "Gue tadi kerumah lo sama Malvin buat anterin makanan yang Ara titip. Tapi pas gue nyampe, pintu rumah lo udah kebuka. Gue awalnya nggak curiga. Tapi pas denger teriakan Ara, Malvin langsung lari kedalem dan nemuin ada cewek yang bawa piso mau nyelakain Ara."
Davin menggetatkan rahangnya menahan segala emosi dan rasa penyesalan.
"Ara Dave, waktu gue masuk dia udah pingsan. Dan-- dan gue liat cewek itu..." Kayana sesenggukan.
"Cewek itu mau nusuk perut Ara..." Kayana menangis kencang. Terduduk kembali di kursi.
"Cukup." Davin berujar lirih. Air matanya juga turun deras.
***"Ada beberapa luka di tubuh istri anda. Wajahnya seperti dihantam benda keras. Dan benda itulah menyebabkan ada sedikit keretakan di tulang hidung. Daerah sekitar dahi lebam." Dokter muda itu menjeda kalimatnya. Menatap raut Davin yang kacau dengan mata menyorot tak tenang.
"Betis istri anda juga terdapat luka dari benda tajam. Dari bentuk luka dan kedalaman lukanya, ia di tusuk pisau."
Davin menunduk diam. Ia menyembunyikan air matanya. Di sebelahnya ada Malvin yang mendampingi. Lelaki itu dari kantor polisi untuk mengamankan pelaku.
Malvin menepuk pundak Davin yang meluruh. "Tapi nggak ada masalah serius kan Dok? Semacam kerusakan alat vital, terlebih--- janin??" tanya-nya mewakili. Ia tahu Davin juga penasaran. Namun lelaki itu tidak kuat bertanya lanjut.
Dokter tadi menghela nafas. "Untuk itu semua aman."
Helaan nafas terdengar dari kedua lelaki itu. Malvin menepuk pundak Davin dua kali.
"Tapi--"
Davin kembali tegang. Dokter sialan itu menggantung kalimatnya.
"Mungkin mental pasien yang akan kena dampaknya. Dan yang seperti anda tahu, kalau ibu hamil dilarang untuk stress."

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...