46

97.8K 5.7K 23
                                    

"Dave." Ara keluar kamar mandi dengan mata berkaca-kaca.

"Gimana??" tanya Davin mendesak.

"Positif."

Senyum Davin tak bisa ditahan lagi. Ia tersenyum lebar. Memeluk Ara erat-erat.

Pantas waktu itu Malvin sampai jingkrak-jingkrang memberi kabar kalau Kayana hamil. Ternyata rasanya sebahagia ini.

Kalau seperti ini Davin rasanya juga ingin mengumumkan kepada dunia kalau ia akan menjadi seorang Ayah.

"Makasih Sayang." Davin mengecup dahi Ara dalam-dalam. Mereka berdua kembali berpelukan dengan air mata Ara yang meleleh.

"Kamu gimana? Udah sehat?" tanya Ara memastikan kondisi Davin.

"Lebih dari kata sehat."

Ara tertawa, "muka kamu masih pucet Dave."

"Cuma tampilan doang. Aslinya aku sehat walafiat!" kekeuh Davin. Ia sangat bersemangat.

"Kasih tau Mama Papa kapan?"

"Nanti aja kalo kita udah pastiin ke dokter kandungan."

Davin mengangguk. "Kalo gitu aku minta Arthur buat bikinin janji sama dokter kandungan di rumahsakitnya."

Ara pun hanya bisa mengangguk.
***

"Selamat ya Tuan, Nyonya, bentar lagi kalian akan di karuniai malaikat kecil."

Walaupun sudah tau, namun tetap saja rasanya sangat sangat sangat mendebarkan.

Davin dan Ara keluar dari ruangan, rencananya mereka akan kerumah orangtua Ara setelah ini.

"Gimana?" Arthur mencegat mereka saat di loby rumah sakit.

Davin tanpa kata memeluk Arthur dengan tawa menguar. "Kita bakal jadi bapak Thur."

Ara pun menutup mulutnya menahan tangis bahagia.

"Congrats bro. Semoga aja kita kuat ngadepin Bumil." Arthur menepuk punggung Davin. Sebagai yang lebih senior mengurusi Bumil, ia memberi wejangan tentang ngidam kepada Davin.

"Anak lo aneh-aneh mintanya."

"Hm. Doa aja anak lo nanti nggak minta aneh-aneh."

Ara refleks mengelus perutnya dengan senyuman.

"Tapi lo untung Ra. Davin yang ngerasain morning sickness nya."

"Oh ya? Tapi sekarang gue juga ngerasa agak mual sih sebenernya." ungkap Ara yang langsung membuat Davin siaga satu.

"Mau muntah? Hm? Apa gimana?"

Ara menggeleng dengan senyumnya. Ia mengelus lengan Davin menenangkan.

"Gue cabut dulu. Istri gue udah tau kalo lo hamil." Arthur meninggalkan mereka berdua.
***

"Ya Tuhan, Sayang..." Miranda memeluk anaknya erat-erat. Wanita yang akan menjadi nenek itu juga meneteskan air mata.

"Selamat ya buat kalian berdua." Miranda menatap Ara dan Davin bergantian.

Ara mengangguk, "makasih Ma. Doain lancar ya sampe aku lahiran."

"Pasti Sayang... Ya ampunn Mama seneng banget Ra, Dave." Miranda menyeka air matanya.

Ara dan Davin terkekeh melihatnya. Kemudian mereka berdua di giring Miranda untuk duduk di sofa. Disana Miranda menyajikan banyak sekali cemilan-cemilan yang menggoda selera.

Ara makan apa yang mau ia makan. Entah ini hormon kehamilan atau apa, yang pasti ia ingin makan dan makan.

Davin dan Ara stay sampai Galen pulang bekerja. Keduanya pulang sehabis pukul 7 malam.

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang