Pagi-pagi sekali Davin sudah menjemput Ara di kediamannya. Ia mengajak Ara untuk kerumahnya menyapa kerabat-kerabat Davin.
"Semalem dia ngerengek mau ambil laptopnya. Nanti pasti ngambek sama kamu, liat aja." Adu Miranda yang di tugasi Davin untuk menyita semua PC Ara.
"Biarin aja. Namanya juga Ara." Davin terkekeh kecil membayangkan Ara merengek meminta laptopnya di kembalikan.
"Terus, kerabat kamu emang stay dimana Dave?"
"Di hotel sih Ma, tapi siang nanti keluarga Mommy mau main kerumah."
Miranda mengangguk paham. Ia tahu jika Lily, Mommy Davin, masih memiliki darah Jawa. Jadi mungkin mereka ingin lebih kenal dengan siapa yang akan jadi menantu di keluarga besar mereka.
Ara turun dengan baju pendek berwarna hitam juga rok span diatas lutut yang berwarna hitam. Sepatu sneaker putih dan tas selempang kecil dengan rambut terurai sepunggung.
"Ara jangan pasang wajah kaya gitu kalo di depan keluarga Davin ya!" Tegur Miranda saat Ara turun dengan wajah di tekuk.
"Hm." Ara hanya berdeham. Kemudian ia berdiri di samping Davin duduk.
"Ya udah, Davin bawa Ara dulu Ma."
**
"Nggak suka aku ajak kerumah?" tanya Davin melihat wajah Ara yang masih masam. Mereka sudah sampai halaman depan rumah orangtua Davin.
"Suka." Jawab Ara pelan. Ia masih kesal karena Davin menyita ponsel dan semua PC nya.
"Ngambek? Kamu ngambek Ra?"
"Enggak." jawab Ara yang tidak sesuai keadaan. Pasalnya ia mendiami Davin sejak naik mobil tadi.
"Aku tanya, siapa yang salah?" pertanyaan ini sering Davin tanyakan pada Ara jika Ara ngambek ataupun balik marah jika Ara sendiri yang salah.
"Aku yang salah Dave. Iya aku salah." Jawab Ara masih ogah-ogahan.
"Udah lah, pulang aja sana. Biar aku bilang ke keluarga aku kalo kamu sibuk. Aku nggak mau maksa kamu." Davin melempar kunci mobilnya. Kemudian ia turun dari mobil dan meninggalkan Ara yang masih bingung dengan kunci mobil Davin di tangannya.
Saat sudah sadar, Ara dengan cepat menyusul Davin yang sudah berjalan memasuki rumah.
"Davee.... Tunggu ihh...." Ara berlari sambil mengunci mobil Davin.
Davin menghentikan tangannya yang sudah memegang gagang pintu. Ara datang sambil menggandeng erat lengannya. Davin hanya menatap sebentar kemudian membuka pintu.
"Ara... Sini Sayang" begitu masuk, Ara langsung di sambut Lily yang langsung menariknya menuju ruang tamu yang sudah di isi oleh banyak orang.
Ara meringis saat semua orang menatapnya dari ujung sepatu hingga rambut. Ara bergerak gelisah saat beberapa dari mereka menunjukkan ketidaksukaan.
"Ibu, ini calon mantu kita." Lily mengenalkan Ara terlebih dahulu kepada wanita tua yang duduk di single sofa.
"Ha-halo.. Aku Ara, Oma." Ara gugup saat tangannya menyentuh tangan keriput yang ia jabat.
Wanita yang di panggil Oma masih belum mengeluarkan suaranya. Kemudian Lily mengenalkan Ara pada Kakaknya.
"Ara Om, Tante..."
Kemudian ia duduk bersebelahan dengan Davin. Lelaki itu dari tadi hanya mengamati Ara yang terlihat gugup saat berkenalan dengan keluarga Mommy-nya.
Tak lama kemudian datang laki-laki yang umurnya sepantaran dengan Davin. Lelaki itu langsung duduk di tengah-tengah Ara dan Davin.

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...