Sudah 3 bulan-an sepasang suami istri itu berada di daerah yang konon dijuluki sebagai kota yang tak pernah tidur.
Niat Davin membawa istrinya kesini untuk berobat pun terlaksana dengan lancar. Meskipun diawal-awal semua nampak sulit, namun hari-hari berikutnya terjalani dengan lancar. Ara sembuh secara mental dan fisik.
Kini perempuan yang sedang hamil tua itu sedang bercanda bersama Leo. Lelaki kecil yang dulu sering ia gendong sekarang sudah berumur dua tahun.
"What color is this?" Ara menunjuk gambar rumput di iPad milik suaminya.
Lelaki kecil di sampingnya itu mendekatkan wajahnya ke ipad seakan-akan ia akan menemukan jawaban kalau matanya sudah menempel ke layar.
"Emm... pink." jawab si pria mungil itu sambil tertawa.
Ara mendesah pelan, "green."
Leo nampak tak setuju. "It is pink."
"Grass is green, Leo" tutur Ara sambil mengusap rambut Leo yang berwarna brunette.
"No! It is pink!"
"Udah hukum alam rumput warna ijo, Le. Ya Tuhan..." Ara merebahkan dirinya diranjang. Lelah sendiri mengajari Leo yang tidak mau diajari.
Leo cekikian. Ia menyaut iPad Davin tadi dan menggeser-geser layarnya.
Tak lama kemudian, Davin masuk ke kamar menyusul Ara dan Leo.
Davin mengernyit melihat istrinya yang terbaring lelah dengan Leo disampingnya yang masih cekikikan memainkan iPad tanpa tahu ia menyentuh apa.
"Kenapa, Sayang?" Davin menaiki ranjang, mengecup bibir Ara sekilas.
"Kamu kasih tau Leo coba, bilangin kalo rumput itu green, bukan pink." Ara menunjuk keponakannya.
Davin terkekeh, ia pun menyaut badan Leo melewati atas tubuh Ara. Ia membuka gambar yang tadi Ara gunakan untuk mengajari Leo.
"Leo, listen to me. The grass is green. Not pink."
"But I like pink."
"It's not about the color you like, but it's about the color of the grass." Davin kembali menunjuk gambar rumput. "So, what color the grass?"
Leo diam sejenak. Ara sejak tadi sudah memasang kuping.
"Green." ujar pria kecil itu sambil tertawa.
Davin dan Ara pun ikut tertawa. "Good boy." Davin mencium pipi gembul Leo.
"Akhirnya..." Ara mendesah lega.
***Malam telah larut, sejak tadi pasangan suami istri itu belum tidur karena Ara mengeluh sakit pada perutnya. Davin pun setia menemani dengan tangan yang tak berhenti mengelus perut buncit yang berisi calon anaknya kelak.
"Masih sakit? Kita kerumah sakit aja gimana?" bisik Davin sembari menciumi kepala Ara.
Ara melenguh, "besok aja."
"Kalo lahirannya sekarang masa kerumah sakitnya besok?"
Ara berpikir, ini memang sudah hari-harinya dimana dokter sudah memprediksi kapan ia lahiran.
"Dave..."
"Kita kerumah sakit sekarang."
Ara mencengkram lengan Davin. "Besok aja."
"Besok gimana sih, Ra?!" Lama-lama Davin emosi mendengar Ara ngomong besok-besok terus sejak tadi.
"Yaudah sekarang, ayo Dave!" Ara menjerit merasakan kontraksi di perutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...