26

114K 6.3K 56
                                    

Hari Senin pagi, dimana hari ini adalah hari pertama Davin mengambil peran dalam pekerjaannya.

Hari ini juga merupakan kali pertama bagi Ara untuk menyiapkan segala kebutuhan Davin sebagai seorang istri. Dari mulai sarapan, baju, hingga dasi.

Pagi sekali Ara bangun, ia mandi kemudian menuju dapur untuk membuat sarapan.

Menu yang muncul di pikiran Ara adalah yogurt bread. Ara mengambil tepung oat dan Greek yogurt. Ia mencampur tepung oat dengan sedikit garam dan baking soda. Kemudian ia mencampur yogurt tersebut dengan sparkling water. Lalu mencampur kedua bahan kering dan basah.

Setengah jam kemudian roti yang ia panggang pun matang. Ia mengeluarkan nya dari loyang dan memotong sesuai porsi.

Selesai dengan urusan sarapan, Ara kembali menuju kamar untuk membangunkan suaminya. Ia membuka gorden terlebih dulu.

"Bangun my world." Ara mengecup kening Davin.

Tidak biasanya, kali ini Davin langsung membuka mata. Ia tersenyum melihat Ara tersenyum.

"Udah bangun pasti tadi." ujar Ara dengan nada menuduh.

Davin mengangguk dan menjulurkan tangannya. Ara mendekat dan mencium kedua pipi Davin.

"Sengaja biar di cium kamu." balas Davin tepat di telinga Ara dengan suara serak khas bangun tidur.

Ara terkekeh dan melepaskan pelukan Davin, ia menyuruh Davin untuk segera mandi. Kemudian Ara menyiapkan baju yang akan Davin kenakan nanti.

Ara kembali ke dapur. Ia membuat susu coklat hangat untuknya dan coklat panas untuk Davin. Sambil menata meja makan, waktu pun berlalu.

Davin datang dari kamar dengan menenteng jas serta dasi di tangan yang berbeda. Ia menyampaikan keduanya pada salah satu kursi makan.

Keduanya menyantap sarapan dengan di selingi obrolan kecil.

"Sini dasinya." Ara meraih dasi berwarna hitam dari Davin. Kemudian ia mengalungkan dasi itu pada kerah Davin.

Davin merasa gemas dengan Ara yang kadang berjinjit, kadang berdiri biasa. Ia pun mengangkat tubuh Ara agar lebih mudah. Resiko memiliki istri lebih pendek ya begini.

"Kusut nanti baju kamuu!!" Ara meronta, ia benar-benar takut baju Davin lecek. Sebagai orang yang menyetrika baju itu, ia tidak tega jika hasil kerja kerasnya rusak begitu saja.

"Lebay! Cepet pakein!" Davin menyentak Ara setelah memukul pantat Ara.

"Tuh kan kusut." Ara berusaha merapikan kemeja bagian perut Davin yang terlihat berbagai lipatan abstrak akibat Davin yang menggendongnya tadi.

Davin menggeleng melihat reaksi berlebihan Ara. "Ketutup jas nanti Yang!" Ia memundurkan kepala Ara dari depan perutnya.

Ara yang semula meniup, mengibas dan merapikan kemeja Davin pun cemberut karena kepalanya yang terasa seperti Davin menoyor nya.

"Ya udah siniin jas nya." Ara memakaikan jas hitam dengan sedikit garis putih.

"Bentar deh, kayanya aku tadi ada taro vest juga. Kok nggak kamu pake?" Ara menelisik penampilan Davin yang hanya menggunakan kemeja. Padahal ia tadi juga menyiapkan waistcoat.

"Nggak usah ah, ribet."

"Ihhhh, biar keliatan ganteng Dave."

"Aku mau kerja bukan tebar pesona Ra."

Benar juga kata Davin, lagi pula jika Davin berdandan rapi dan tampan, maka akan menjadi bencana juga bagi Ara. Sangat mustahil jika tidak ada karyawan yang melirik Davin sebagai seorang pria, bukan sebagai atasan.

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang