24

109K 6.3K 43
                                    

"Dave bangun ah! Udah siaaaang, mau jalan-jalan akunyaaaa...." Ara menarik selimut yang membungkus tubuh toples Davin.

"Apa sih Yang? Aku masih ngantuk." gumam Davin dengan suara yang teredam karena ia tidur tengkurap.

Ara menatap kesal kearah suaminya yang belum bergerak. "Mau jalan-jalan Dave. Come on!" Ara menghentakkan kakinya kesal.

Davin memiringkan kepalanya matanya masih menutup. "Nanti ya, baru tidur jam dua tadi."

Ara menggeleng, ia menarik Davin agar terbangun. "Dave ah! Aku juga tidur jam dua loh, buktinya udah bangun."

"Ya kamu tinggal desah, akunya yang gerak Yang."

"DAVIN AH!" Ara memukul punggung telanjang Davin. Wajahnya memerah.

Davin meringis menahan panas yang menjalar di punggungnya. Ia membuka matanya, melihat Ara yang sudah rapih.

"Mau kemana sih? Sini tidur lagi aja." Davin melambaikan tangan.

Ara berdecak, di pikir honeymoon hanya untuk begituan saja? Kalau begitu ya tidak ada bedanya sama dirumah.

"Mau ke Kebun Raya Bedugul."

"Nggak ke pantai?" tanya Davin. Ia pikir Ara akan mengajaknya ke pantai.

Ara menggeleng. "Big no! Nanti mata kamu jelalatan!"

Davin menahan tawanya. "Good idea! Ayo kita ke pantai!" Davin bangun dan mencium sekilas pipi Ara kemudian berlalu untuk mandi.

Ara sendiri masih loading, kemudian ia berteriak nyaring.

**

"Dave, potoin aku disana." Ara bergerak lincah menuju banyaknya bunga mawar yang tumbuh.

Davin pun sebenarnya sudah lelah. Setiap melihat objek yang bagus, Ara selalu memintanya untuk memfoto.

"Udah ya Ra? Kita pulang." Davin mendekati Ara dengan wajah lesu.

Ara merasa masih belum puas. Perempuan itu masih ingin mengunjungi kebun strawberry dan danau Beratan. Namun melihat wajah lelah suaminya membuat Ara menyimpan keinginannya itu.

Ara merentangkan tangannya saat Davin mendekatinya. Dengan otomatis, Davin masuk dalam pelukan Ara. Lelaki itu menyandarkan kepalanya ke pundak Ara.

Tangan Ara bergerak mengusap rambut lebat Davin. "Kamu capek?"

Davin mengangguk, ia melingkarkan tangannya ke pinggang Ara. "Banget, mau pulang. Mau berduaan aja sama kamuuu..." Davin semakin mengeratkan pelukannya.

Ara terkekeh geli, "kok jadi manja gini suami aku?"

Seketika Davin mengangkat kepalanya. Ia menatap Ara dengan mata membulat. Ara tertawa melihat raut wajah Davin, apalagi matanya.

"Berani kamu ngetawain aku?" Davin memajukan wajahnya membuat wajah Ara mundur. Pinggang Ara masih setia Davin peluk erat.

"Jangan aneh-aneh Dave! Disini rame." Ara menatap sekelilingnya.

Davin pun melepas pelukannya, ia membawa tangan Ara di genggamannya. Kemudian ia mengajak Ara menuju mobil untuk pulang ke penginapan.

Di tengah perjalanan, Ara mengajak Davin untuk sekalian makan siang. Mereka bahkan hampir lupa tidak makan karena aktivitas di tempat wisata tadi.

Dua jam lamanya mereka habiskan untuk makan. Ara yang sangat heboh ingin mencicipi makanan khas Bali. Namun Davin hanya membelikan ayam betutu dan sate lilit saja. Itu pun Ara sangat lama menghabiskan nya.

Karena sudah pukul tiga sore, Davin berencana mengajak Ara ke pantai Pandawa. Di perkirakan sampai sana mereka akan menikmati sunset.

"Jangan sekarang! Masa kita ke pantai pake baju kaya gini sih?" Ara tidak menyetujui rencana Davin. Outfit yang ia pakai tidak cocok jika di kenakan di pantai.

Davin melihat baju yang sedang ia pakai. "Aku mah fine-fine aja kali." Ia tersenyum miring.

Ara mendengus melihat pakaian santai Davin dengan waistbag yang menempel pada bagian dadanya.

"Besok aja deh, ya?"

"Timingnya pas loh Yang. Nanti sampe sana kita liat sunset."

"Baju aku yang engga pas Dave!"

"Ngga pas apanya sih Yang? Bagus gitu aku liat nya." Sebenarnya Davin bingung dengan yang Ara maksud 'tidak pas', jumpsuit dengan dalaman baju putih polos. Apa yang tidak pas?

Ara membuang nafas, "kalo gitu aku lepas aja ini baju dalemnya." Ara mencoba untuk memperbaiki penampilannya.

Davin menoleh kearahnya, "lepas gimana?" tanyanya sedikit keras.

"Ya- ya di lepas. Cuma pake ininya aja."

"Mau pamer dada kamu hah?!"

Ara memukul lengan Davin keras-keras. Jelas-jelas jumpsuit yang ia pakai menutupi dada sampai atas.

Ara pun perlahan menurunkan tali spaghetti yang semula tersampir di kedua pundaknya. Ia menurunkan sedikit jumpsuit-nya agar memudahkannya untuk melepas baju dalam.

Davin menelan ludah ketika ia melihat bagian atas Ara yang telanjang. Memang tidak sopan istrinya itu.

"Yang, kita cari hotel dulu deh." Walaupun mata Davin fokus ke jalan, namun tangan lelaki itu meraba-raba apa yang bisa ia raba.

Ara yang sudah selesai melepas baju dalamnya kembali menaikkan tali jumpsuit-nya. Ia memukul tangan Davin yang ikut berada dalam jumpsuit yang ia pakai. "Tangan nakal!"

Ara kemudian mengambil ikat rambut yang ia bawa di tas selempang kecil. Ia mengikat jadi satu rambutnya tinggi-tinggi.

Tepat saat lampu menyala merah, Davin menggaet leher Ara agar memudahkannya untuk mencuri ciuman pada bibir istrinya itu.

Tidak perlu khawatir jika ada yang melihat adegan tidak senonoh mereka karena kaca mobil Davin yang di buat gelap.

"Kamu baru liat aku gini aja udah kepanasan, apalagi liat cewek-cewek di pantai nanti." Ara mencium sekilas pipi Davin sebelum mobil kembali melaju.

Davin menatap lurus kedepan, otomatis pikirannya membayangkan tubuh-tubuh indah para bule atau lokal yang hanya menggunakan bikini. Dada paha dan-

"AWH!" Davin memekik kencang saat Ara menggigit lengannya.

"Mikir jorok kamunya ih!" Ara memberenggut dan memalingkan wajah.

Davin yang awalnya hendak marah pun menjadi urung, ia sekarang kelabakan saat ketahuan sedang memikirkan yang iya-iya.

"Tau dari mana kamu kalo aku bayangin tubuh seksi mereka?"

Ara membulatkan mata menatap Davin. Sepersekian detik Davin pun turut membulatkan matanya. Ia menutup mulutnya.

"Bukan gitu maksud aku Yang." Davin menelan ludah.

"Maksud kamu?" Ara bertanya.

"M-maksud aku tuh..." Davin menggaruk kepalanya, sesekali melihat wajah datar Ara.

"Ah! Iya-iya aku tadi bayangin tubuh bule-bule disana." tutur Davin jujur. Susah memang jika ia dihadapkan dengan wajah kecewa Ara.

"Jangan marah! Aku jujur loh itu." peringat Davin namun terdengar seperti membentak saking takutnya ia jika Ara akan salah paham.

"Hm."

"Aku turunin kamu disini Ra kalo cuma ham hem ham hem doang." Ancam Davin seperti biasa.

"Kamu mau nurunin aku? Ya udah buruan pinggirin mobilnya." tantang Ara yang sudah kelewat kesal. Niatnya tadi ia hanya menegur, tapi Davin yang membentaknya padahal bukan ia yang salah membuat Ara tersulut emosi juga.

Davin mengacak kasar rambutnya. Ia menatap Ara yang juga sedang menatapnya. Davin sangat tidak suka saat Ara menatapnya penuh amarah seperti itu.

Tanpa pikir panjang, Davin membelokkan mobilnya. Niatnya untuk pergi ke pantai sudah hilang. Moodnya turun karena pertengkaran kecil mereka.
***

vote and komen juseyo

double update nanti malem
*kalo inget ya wkwk

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang