10

140K 8.6K 25
                                    

Hari yang di tunggu-tunggu telah tiba. Kelulusan Ara. Gelar S.Pd sudah Ara dapatkan. Hari ini Davin datang bersama kedua orangtuanya. Juga keluarga Kakaknya.

Kejutan juga bagi Ara yang hanya mengira jika kedua orangtuanya dan Davin saja yang hadir. Ternyata keluarga besar Davin juga datang.

"Cantik banget calon mantu Mommy." Lily mengecup kedua pipi Ara dengan sayang. Kemudian wanita paruh baya itu menyerahkan sebuket bunga Calla Lily.

"Makasih Mommy." Ara memeluk Lily dengan erat. "Ara jadi nggak enak."

Lily melepaskan pelukannya, ia menangkup wajah Ara. "Kenapa?"

"Mommy sama keluarga jauh-jauh dateng kesini. Padahal Ara cuma lulus doang. Nggak bisa jadi mahasiswi terbaik, kaya Dave."

"Ara malu Mommy." Wajah Ara berubah masam.

Lily membuang nafas, ia tidak paham kenapa Ara sampai berpikir sampai kesana.

"Emang Mommy ngasih syarat, kalo mau jadi mantu Mommy harus jadi lulusan terbaik?" Lily merapikan untaian rambut Ara yang sebagian di sanggul.

Senyum Ara pun terbit, "enggak Mom, hehe."

**

"Dave!" Ara memeluk erat kekasihnya. Ia benar-benar dibuat kesal dengan Davin yang datang terlambat. Tapi rasa bahagianya mengalahkan rasa kesal yang ia miliki.

"Happy Graduation my sweetheart." Davin mengecup dahi Ara dengan durasi yang lumayan lama.

"Makasih, Sayang." Ara melebarkan senyumnya. Ia benar-benar bahagia di kelilingi orang-orang yang sangat sayang padanya.

"By the way, kok kamu terlambat?" Ara memajukan bibir bawahnya. Sangat menggemaskan di mata Davin sekarang.

"Ada urusan dulu tadi. Sorry..." Lagi-lagi mereka berpelukan.

"Ya udah, ayo ke Mama sama Papa dulu. Mereka nanyain kamu tadi." Ara menggandeng tangan Davin untuk dibawa ke orangtuanya.

"Oh ya?"

"Hu'um, katanya kalo kamu telat satu jam, kamu bakal di eliminasi jadi calon mantu."

"Aku bawa kabur kamu nanti kalo beneran di eliminasi." Davin mengecup punggung tangan Ara yang berada dalam genggamannya.

Ara pun tertawa melihat tingkah Davin.

**

"Ara, di panggil Mama. Makan malam nya udah siap. Ajak Davin sama Leo juga." Galen --Papa Ara-- membuka sedikit pintu kamar sang putri untuk menyampaikan pesan Miranda, istrinya.

Ara yang asik bermain dengan Leo pun sedikit menolehkan kepalanya ke arah pintu. "Iya Pa, nanti Ara sama Dave turun."

Setelah Galen pergi, Davin pun keluar dari kamar mandi yang ada di kamar Ara. Ia habis membersihkan badan. Davin bergerak menuju ruang ganti yang berada di sebelah kamar mandi. Sedikit dari bajunya tertata di sana pula.

Selesai berganti baju, Davin masih melihat Ara yang bermain dengan Leo. Padahal terhitung sudah lima belas menit dari saat Galen menyuruhnya turun.

"Ra, di suruh turun." Davin sudah membuka pintu kamar Ara. Ia menatap Ara yang duduk di karpet bulu bersama Leo di pangkuan.

"Iya Dave, kamu duluan. Aku sama Leo mau namatin videonya dulu." Ara menggerakkan jari-jari mungil Leo untuk menunjuk iPad yang sedang menampilkan berbagai hewan.

"Leo mulu dari tadi. Aku banting ya?!"

Ara langsung mengamankan iPad miliknya. "Jangan, mahal!"

"Leo-nya yang aku banting!"

Ara secepat kilat melempar iPad nya dan menggendong Leo saat Davin berjalan mendekat kearahnya. Ia membelakangi Davin dengan Leo dalam pelukannya.

"DAVE!" Ara memberontak saat tangan Davin terasa menyusup melalui badan belakangnya. Ara memeluk Leo erat.

Bayi laki-laki yang belum genap satu tahun itu hanya bisa tertawa saat badannya bergerak-gerak tak tentu arah.

"DAVIN LEO-NYA JANGAN DI BANTING!!!!" Ara reflek berteriak saat badan Leo berpindah ke gendongan Davin.

"Look at this girl! Do you think that she looks like a monkey, Leo?" Davin menggendong Leo dengan satu tangannya. Tangannya yang lain menunjuk Ara yang masih dilanda cemas.

Kekehan dan gumaman Leo terdengar tidak jelas. Namun wajah Leo terlihat setuju dengan pernyataan Davin.

Ara sendiri bernafas lega saat tau jika Davin hanya bercanda dengan niatnya untuk membanting Leo.

**

"Lama banget, ngapain aja dikamar lo berdua? Mata anak gue masih suci kan?"

Sampai meja makan, Daren langsung mengambil anaknya dari gendongan Davin.

"Anak lo ganggu!"

"Davin!" Lily menegur putra bungsunya.

Daren merasa menang karena Lily berada di pihaknya. Sementara itu, Davin hanya merotasi kan bola mata tanpa mau membantah lagi.

Acara makan malam antar dua keluarga itu berjalan dengan semestinya. Tidak ada suara saat mereka menyantap makanan, kecuali suara-suara kecil yang keluar dari bibir Leo. Para orang tua yang menyuruh agar mereka tetap tenang saat makan.

Setelah makan malam selesai, Galen mengajak calon besannya untuk duduk di ruang tamu. Mereka semua berkumpul dengan obrolan-obrolan kecil.

Itu yang ada di pikiran Ara, tidak tahu saja jika obrolan ini semakin lama semakin berat.

"Jadi gimana? Dua Minggu lagi?" Jackson mengawali obrolan berat yang sedari tadi Davin nanti-nantikan.

"Selagi persiapan sudah matang, aku tidak keberatan." Galen memberi jawaban dari pihak wanita.

Ara yang memangku Leo pun ikut penasaran. "Dua Minggu lagi ada apa emang Pa?"

"Don't you know? You will be married in two weeks." Jennifer yang di sebelah Ara pun di buat bingung dengan pertanyaan Ara yang terlihat tidak tau apa-apa.

"Marr- WHAT?? MARRIED???"

Jennifer dengan sigap menangkap Leo yang hampir terjungkal karena Ara yang tiba-tiba berdiri.

"Eh, anak gue." Dengan refleks, semua orang turut ikut menggerakkan badan seolah-olah ingin menangkap Leo yang akan jatuh.

"Ara! Itu Leo-"

Ara seakan tersadar, ia buru-buru duduk kembali dan menangkup kedua pipi gempal milik Leo. "I'm sorry Leo. Auntie just shocked." Ara mengecupi seluruh wajah Leo.

Setelah selesai dengan urusan Leo, kemudian Ara menatap sengit kearah Davin. Seolah dari tatapan itu ia bisa mengatakan jika dirinya meminta penjelasan.

"We will get married, babe." Davin yang duduk di sebelah Daren hanya bisa mengatakan itu. Ia berucap dengan santai seolah-olah itu bukan masalah besar.

Di lain sisi, Ara merasa tidak terima. Ia pengantin wanitanya. Tapi kenapa tidak ada yang memberitahunya terlebih dulu?

"Kamu baru tau, Sayang?" Tanya Lily setelah menangkap situasi. Ia menatap Davin dengan tatapan tajamnya saat Ara membenarkan pertanyaan nya.

Kedua orang tua Ara juga tidak tahu jika Ara masih belum tahu-menahu tentang pernikahannya. Mereka pikir Davin sudah memberi tahu Ara.

Dulu, sepulangnya Ara dari rumah Davin selepas memainkan game mafia, Davin membicarakan ini dengan Galen. Dan Galen pun setuju saja karena ia pikir umur Ara dan Davin sudah cukup matang untuk membentuk rumah tangga.

"Ara mau bicara sama Davin dulu."

***

hari ini aku double update ya

Gimana ceritanya?

Mau minta saran, enaknya update berapa hari sekali?

dan makasih udah mau baca <3

vote and komen juseyo *

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang