Sudah satu jam Ara berada dirumah. Perempuan itu juga sudah terlelap dalam tidurnya. Pukul 4 sore ia pulang diantar Malvin dan Kayana lagi. Sampai rumah pun ia belum mendapat kabar apa-apa dari Davin.
Hari menggelap, sampailah pada pukul 6 sore. Davin pulang dari kantornya dengan wajah lelah. Ia bingung saat mendapati rumah sepi. Padahal kata Malvin Ara sudah pulang dua jam yang lalu.
Davin membuka pintu kamarnya dan mendapati Ara masih terbungkus selimut. Davin pun segera membersihkan dirinya juga.
Setelah berganti baju dengan kaos dan celana pendek, Davin menyusul Ara tidur dengan memeluk Ara dari belakang.
**Jam 8 malam Davin bangun dan tidak mendapati Ara di pelukannya. Lelaki itu kemudian menuju kamar mandi untuk menyegarkan wajah sekaligus menghilangkan kantuk.
Davin menuju dapur dan melihat Ara sedang memasak. Lelaki itu perlahan mendekat tanpa menimbulkan suara. Tangannya melingkar di perut Ara dengan kepala menyandar pada bahu Ara. Davin dapat merasakan tubuh Ara menegang sebentar karena kaget.
"Masak apa Sayang." tanya nya dengan suara khas selepas bangun tidur.
"Laper, siang tadi aku belum makan." Adu Davin pada istrinya.
Ara sudah paham jika sikap suaminya yang berubah manis seperti ini pasti hanya untuk mendapatkan maaf darinya.
"Kok di kacangin sih suaminya." Davin berkata lirih dengan mengecup leher Ara sekali. Kemudian ia mengeratkan pelukannya.
Jujur saja Ara sangat risih saat ini. Ia jadi tidak leluasa bergerak. Mau melarang Davin pun rasanya percuma.
Davin membantu Ara untuk menata meja makan. Ia rela bolak-balik demi mendapat perhatian istrinya.
Ara bersikap sepeti biasa, mengambilkan makanan untuk Davin dan melayani lelaki itu. Namun sejak tadi Ara masih diam. Lebih tepatnya mendiami Davin.
"Enak, makasih makannya." Davin tadi sengaja duduk di samping Ara agar misinya lebih gampang terselesaikan. Misinya adalah mendapat maaf dari Ara.
Davin mengecup pipi Ara. Ia juga membantu Ara untuk mencuci piring. Setelah selesai pun Ara masih enggan bicara dengannya.
"Yaaaangg..." Davin mengejar Ara yang sudah berjalan menuju kamar.
Davin menutup pintu kamar, kemudian menguncinya. Ia mendekati Ara yang duduk di pinggiran kasur dengan ponsel di tangan.
Davin duduk, ia memeluk Ara dari samping. "Maaf..." Ucapnya pelan. Nyaris berbisik.
"Yang maaf!" Kali ini nadanya sedikit memaksa.
"Aku bilang aku minta maaf Ra!"
Ara masih sibuk dengan ponselnya. Ia tidak mengindahkan Davin sama sekali.
"Ra!"
Brak!!
Ara menghela nafas melihat ponselnya hancur. Kemudian perempuan itu berdiri untuk memunguti bagian-bagian ponsel untuk dibuang.
Davin semakin murka saat Ara lebih mementingkan memungut ponselnya dari pada memarahinya. Harusnya Ara marah padanya.
"Ra" panggilnya saat Ara berjalan hendak keluar kamar.
"Aku minta maaf tadi, kamu nggak denger?" Davin menahan tangan Ara.
"Iya aku maafin." Ucap Ara santai. Ara tidak berani memarahi Davin dengan berteriak di depan lelaki itu.
"Itu bukan maaf yang aku minta."
"Terus kamu mau apa? Mau minta maaf kan? Barusan aku maafin. Apa kamu mau banting barang aku lagi? Boleh, aku kasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
Roman d'amourKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...