"Pa," panggil Davin pada Papa mertuanya. Ia menemui lelaki itu di kantornya.
Galen tentu terkejut melihat menantunya disini. Setahunya, Davin selalu menemani Ara diruang inapnya.
"Kenapa Dave?" Galen berdiri menyambut Davin. Ia menggiring menantunya untuk duduk.
Davin menatap serius Galen yang duduk di single sofa. Ia membungkukkan badan dengan tangan bertaut diatas paha.
"Sebelum Davin bawa Ara pergi, Davin mau ketemu dulu sama perempuan itu."
Galen mengangguk perlahan, "terserah kamu saja. Tapi sebenarnya ada apa sama perempuan itu? Kenapa dia bisa celakain Ara sampai hampir membuat Ara kehilangan bayinya?" tanya Galen penasaran.
Davin menghembuskan nafasnya. Ia menunduk, "salah Davin Pa. Davin yang nggak becus jagain Ara."
Galen menepuk pundak Davin, "jangan terlalu menyalahkan diri kamu. Kamu bakal berperan besar dalam proses penyembuhan mental Ara. Jadi kamu jangan pernah terlihat lemah seperti ini."
Davin meraup wajahnya guna menghikangkan kesedihan disana. Benar kata Galen, ia tidak boleh terlihat lemah di depan Ara. Ara bergantung padanya.
"Ya Pa."
Galen pun mengangguk kemudian menepuk pundak Davin lagi. Lelaki paruh baya itu kemudiam berdiri untuk membawa Davin ketempat perempuan yang sudah menyelakai putrinya.
***"Davin! Davin tolong aku Davin. Tolong aku! Aku nggak salah apa-apa Davin. Aku cuma mau mempermudah semuanya." ujar Dina panik. Sorot matanya sudah berbeda.
Davin duduk di depan Dina yang di borgol. "Mempermudah akhir hidup lo?"
Dina menggeleng tegas. Air matanya mengucur begitu saja. "Nggak Vin nggak! Aku tau kita bakal bersama nantinya. Maka dari itu aku pengen cepet-cepet hilangin penghalang buat kita. Aku pengen singkirin wanita murahan itu-"
"Wanita yang kamu sebut murahan itu anak kebanggaan saya!" Galen emosi. Ia tahu alasan Dina mencelakai putri dan calon cucunya sekarang.
"Lo nggak waras, lo tau?" Davin memajukan badannya, "lo, sama sekali nggak pantes hirup oksigen di dunia ini. Bahkan penjara pun masih terlalu bagus buat lo jadiin tempat tinggal."
"Satu fakta lagi yang bener-bener harus lo pahami. Gue, dari dulu sampe kapan pun nggak pernah ngelirik lo sama sekali. Sama-sekali. Lo cuma kebawa perasaan sama apa yang Oma gue bilang."
"See? Disini lo yang murahan. Lo udah baper cuma gara-gara omongan Oma yang ngelantur. Sampe kapan pun gue bakal bikin hidup lo nggak tenang karena lo udah usik keluarga kecil gue, Dina."
Dina gemetar. Ia menatap Davin dan Galen bergantian. "Kalian... kalian udah di bohongi sama perempuan licik itu!! KALIAN SEMUA UDAH DI KELABUHI SAMA PEREMPUAN LICIK ITU!! KALIAN SEMUA!!"
Tak lama dari berteriak, Dina tertawa kencang.
"AKU BAKAL BIKIN KAMU NGELIRIK AKU DAVIN. DAVE??? ITU NAMA YANG SERING PEREMPUAN ITU SEBUT KAN? KAMU BAKAL LIRIK AKU DAVE!!! AKU PASTIIN KAMU BAKAL JADI MILIK AKU!!!"
"Lo gila!" Desis Davin yang mundur karena aksi gila Dina.
Petugas pun datang mengamankan Dina kedalam jeruji besi.
Davin dan Galen keluar dari kantor tahanan. Keduanya sama-sama berpikir kalau Dina itu sudah gila.
"Maaf Pa." ucap Davin ketika mereka perjalanan pulang.
Davin mengernyit tatkala Galen tertawa. "Pesona kamu emang nggak terkalahkan Dave. Sampe-sampe perempuan tadi menggila gara-gara nggak kamu lirik."
Davin menggaruk lehernya mendengar respon Galen yang diluar dugaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
D AND A [END]
RomanceKisah sebuah pasangan kekasih yang memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga mereka. Sikap sang lelaki yang bossy dan si perempuan yang penurut. Sangat cocok bukan? *** "Koper aku dimana?" "Disana." Davin menyingkir rambut Ara yang masih ba...