42

94.7K 5.6K 50
                                    

Kehidupan di ibu kota kembali seperti biasa. Sudah seminggu Ara dan Davin pulang dari kota istimewa itu. Kehidupah mereka pun berjalan seperti mana biasanya.

Saat itu Davin sempat bertanya tentang apa yang dikatakan Dina pada istrinya,

"Ngomong apa dia tadi?" tanya Davin begitu Ara masuk mobil.

Ara memberikan senyum teduhnya. "Katanya mau jadi istri kedua kamu." jawab Ara dengan nada bergurau.

"Jangan di masukin ke hati."

Ara menghela nafas berat. "Hm. Lagian kamu juga nggak bakal mau kan meskipun dianya ngumpanin diri ke kamu?"

Sembari menyetir, satu tangan Davin menggapai tangan Ara. Di kecupnya tangan itu sedalam-dalamnya. "Never."

Ara tersenyum puas mendengar jawaban Davin.
***

"Sayang? Dimana?"

Ara menoleh, "dapur Dave!" teriaknya agar Davin mendengar.

Tak lama ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya.

"Ngapain?"

"Bikin kue kering." Ara membuat gerakan menepuk tangan guna menghilangkan tepung di tangannya. Ia kemudian berbalik, menatap Davin yang sedang duduk di kursi bar tak jauh darinya berdiri.

"Kamu tolong tunggu di depan, aku tadi beli salad. Sore ini dateng kayanya." pinta Ara yang di angguki Davin. Namun lelaki itu belum juga beranjak.

"Dave?" Ara menegur dengan kepala dimiringkan.

Davin melambai, "kiss dulu."

Tanpa banyak bicara Ara segera mendekat. Memberi satu kecupan di dahi Davin.

"Udah. Oh ya, kamu bawa uang cash? Kalo nggak, di meja makan tadi aku naro uang."

"Bawa Sayang." Davin kini berdiri. Mencium bibir Ara karena belum puas dengan kecupan di dahi tadi.

"Dasar!" Mereka terkekeh lalu melanjutkan aktivitas yang sebelumnya tertunda.

20 menit kemudian, Ara sudah melepas apron-nya dan tersisa daster rumahannya. Kegiatan membuat kue keringnya sudah beres. Tinggal menunggu kue selesai di oven.

Sembari menunggu, Ara menyusul Davin yang masih di teras. Pesanan saladnya belum datang. Sebenarnya bisa saja Ara membuat salad sendiri, namun tadi dirinya tergiur dengan postingan salah satu teman media sosial nya.

"Belum ya?"

"Hm?" Davin mengalihkan pandangannya dari game online di ponsel. Karena bosan menunggu akhirnya Davin memilih bermain game online.

"Belum." Davin mencium apa yang bisa ia cium saat Ara berada di sampingnya.

"Kamu kalo bosen masuk aja. Nanti paling orangnya nelfon kalo udah sampe." Ara memainkan rambut pria yang kepalanya disenderkan ke badannya itu.

Davin menyudahi permainannya. Ia berdiri dan memberi kecupan singkat pada pipi Ara.

Tidak lama dari kepergian Davin, orang yang Ara tunggu pun datang. Transaksi pun terjadi. Ara kemudian membawa satu paperbag berisi lima box salad buah berukuran sedang.

Sampai dalam rumah, Ara merasa ada yang mengganjal. Ia pun berjalan pelan menuju dapur untuk menyimpan salad ke dalam lemari es.

Sesaat Ara terhenyak, kue keringnya???

Ara bergegas menghampiri ovennya. Ia meringis ngilu saat menyadari kelalaiannya. Buru-buru ia mengeluarkan kue kering itu dan ia diamkan di atas meja makan.

Ara mengamati kue keringnya. Sedikit gosong tapi masih bisa dimakan. Tak apa, mungkin nanti teksturnya akan semakin crunchy.

Ara menyimpan kue-kue itu kedalam toples bening saat mereka sudah tidak panas lagi. Ia pun menaruhnya di lemari atas.

Melihat keluar ventilasi dapur yang sudah mulai gelap, Ara bergegas menuju kamarnya.

"Nanti Kayana katanya mau main kesini." ujar Ara memberi tahu Davin yang sedang selonjoran melanjutkan gamenya.

"Sama Malvin?"

"Sama Elvan deh kayanya."

Davin mendengus, "bocah itu lagi."

Ara tertawa singkat kemudian menuhu kamar mandi.
***

"Enak kok Kak. Ini mah perfect, kalo lo nggak ngasih tau kalo ini agak gosong juga gue nggak bakalan tau. Orang yang buat Kak Ara apa aja buat gue mah-"

"Diem apa lo gue usir sekarang juga?!" Ancam Davin memotong celotehan Elvan yang memberi pujian terhadap kue kering Ara.

Kayana mengelus punggung Elvan yang meluruh. "Sabar El. Emang rada-rada si Davin." ujar Kayana memberi kalimat dukungan.

Ara menggeleng, selain menghidangkan kue kering buatannya, Ara juga memberi mereka salad yang ia beli tadi. Memang sengaja ia beli banyak untuk mereka.

"Oh ya Ra, lo tau nggak kalo si Jane lagi di Korea?"

Ara terkejut, "loh? Emang iya? Kok gue nggak tau?"

Kayana mengibaskan tangannya meremehkan, "lo kurang update. Orang gue aja di ceritain ama Mak gua. Katanya tuh si Jane sempet cekcok gitu sama Arthur. Terus si dokter gila itu ngebujuknya pake tiket ke Korea. Langsung mau dah tu si bucin om-om Korea." cerita Kayana tanpa jeda.

Ara mengangguk, ia paham bagaimana Jane yang menggilai beberapa aktor tampan Korea yang sudah berumur itu.

"Terus? Berapa hari mereka disana? Gue mau nitip salam juga kalo dia ketemu sama Ji Chang Wook." Ara, ia juga seperti Jane. Namun bedanya ia hanya mengidolakan lelaki bernama Ji Chang Wook.

"Siapa dia?"

"Sepupu gue Bang."

"Diem lo!"

Kayana dan Ara menepuk dahi.

"Udah El diem aja lo sambil nyemilin ini." Kayana mengambil sebuah kue dan menyuapkannya ke Elvan. Dengan senang cowok itu mengunyahnya. Sejak tadi ia juga memeluk toples kue kering itu.

"Udah pada punya pasangan juga, masih aja suka sama yang lain." Sindir Davin.

"Lo jangan nolep dong Dave. Kalo Mak gue denger lo ngomong gitu, udah di jabarin lo sama poto-poto aktor, dijelasin satu satu itu siapa aja namanya." Mama Kayana memang penggemar berat aktor tampan.

"Dih, Malvin noh buruan suruh cepet-cepet nikahin lo!"

"Orang udah mau nikah."

"ELVAN!"

Ara dan Davin menegakkan tubuh. Mereka serempak menatap Kayana dengan mata melotot.

"Serius lo Kay?"

Kayana dengan wajah meringis mengangguk.

"Kenapa nggak bilang??" Ara beranjak mendekati Kayana.

"Tau tuh orang, nikah juga mau di rahasiain." saut Elvan masih cuek memakan kue.

"Ngapain di rahasiain? Malu lo punya suami kaya Malvin?" tanya Davin pedas.

Kayana melotot tak terima, "bukan gitu ya! Cuma- yaa... bukan rahasia sih sebenernya. Cuma biar kejutan aja kaya kalian tiba-tiba sebar undangan."

"Halah nggak usah niru konsep kita lo!"

"IYA DAVE IYA!" Kayana murka.

Ara masih tersenyum bahagia mendengar sahabatnya akan menikah. Ia memeluk Kayana erat.

"Aaa lancar sampe hari H ya. Besok kalo ada waktu gue main kerumah lo. Mau dengerin tante Ana pamer anaknya mau nikah."

Kayana balas memeluk Ara. "Huhu... mana gue masih gamon sama mantan SMA lagi."

Ara melepaskan pelukannya dan menatap aneh Kayana.
***

vote and komen juseyo

D AND A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang