BAHKAN sampai detik ini tidak ada kalimat langsung dari Dhava. Apalagi dari Vanda, cewek itu tak akan pernah mengambil topik atau tindakan lebih dulu ke pada lelaki itu. Mengingat juga selalu Dhava sebagai pembukaan apa pun : mengajak makan sepulang sekolah, menawari tumpangan, datang ke rumah memberi catatan tugas, hingga memesankan Vanda makan. Maka dari itu, Vanda sering melihat kantong plastik putih di depan pintu rumah atau pagar.
Sekarang? Tidak.
Lipatan tangan di atas meja juga kepala yang direbahkan di atasnya. Dhava belum juga berkutik dari posisi. Gusar, satu kata itu cukup menggambarkan suasana hati Dhava. Semenjak ia menemukan tespek jatuh dari dalam saku hoodie Vanda, segala pikiran untuk stuck dalam posisi ini Dhava lakukan. Diam tak memberi sapaan pada Vanda barang sekali saja. Tidak.
Apakah keraguan memeluk hati Dhava saat ini? Pertanyaan itu terus bercokol di kepalanya. Dan, pemuda itu sedang berusaha menyakinkan dirinya. Bahwa akan mencintai Vanda dari semua sisi baik buruknya perempuan tersebut. Dhava bukan tipe manusia mudah untuk jatuh cinta juga bukan pula tipe manusia yang mudah memindah perasaan. Maka, ia akan mengambil keputusan beserta harap-harap ini bukan keputusan salah untuk ke depannya.
Ponsel pintar di tangan menjadi santapan Dhava akibat amarah menyelimuti perasaannya. Kedua netranya memencarkan sorot tajam dan dingin kepada dua manusia di ujung gerbang siang ini. Melihat seorang pemuda beserta kaca mata hitam bertengger pada hidung mencungnya sedikit merendahkan badan, satu tangannya memeluk pinggang Vanda dan tangan lainnya dibiarkan tak memiliki pekerjaan. Berbeda dengan Vanda. Cewek itu memeluk dengan erat.
Padahal, Dhava sudah berusaha menggapai langkah Vanda tadi, tapi gagal dikarenakan ada panggilan dari guru untuk meminta bantuan kepada Dhava membawa tumpukan kertas ujian menuju ruang guru. Niat awal menghampiri Vanda untuk membawa gadis itu naik ke boncengan motor dan pulang bersama.
"Gue kangen."
─màdhavaňdá─
Cukup luas daratan yang telah dibabat abis oleh perairan. Tempat itu menjadi danau indah. Hawa sejuk nan menenangkan seakan memelukmu saat kemari. Menjadi tempat kesayangan bagi kedua manusia itu, Kafka dan Vanda. Vanda duduk manis di atas perahu kayu tak besar ukuran. Sekali dua kali ikut mengayunkan dayung membantu Kafka menuju tengah danau. Menghampiri batu besar tengah bersanding rapi dengan beberapa teratai. Bunga kecil putih hingga pink tampak mekar di atas teratai.
Nyaris 3 bulan terpisah, Kafka musti menyelesaikan pendidikan di negeri paman sam, meninggalkan Vanda sendirian di negara ini. Jadi, ketika kembali dipertemukan karena Kafka memiliki waktu senggang. Membuat mereka sibuk menghabiskan waktu berdua. Jalan ke tempat dimana selalu mereka kunjungi. Berakhir singgah di rumah Vanda untuk malam iniーmenghabiskan waktu berdua.
Kafka selalu bisa meredamkan segala beban yang tengah Vanda pikul. Melupakannya sejenak meski tak secara permanen atau benar-benar selesai. Selama Kafka tidak ada, ia berusaha mencoba berbagai cara untuk dapat meringankan beban atau setidaknya melenyapkan hal tersebut meski sekejap. Hingga ia bertemu sebuah benda haram mengajak Vanda berkenalan di klub malam saat itu, juga menjadi awal ia kenal sosok Cakra. Sudahlah, back to topic. Vanda berteriak kesal, kala benda kecil plastik seperti catur namun salam versi sangat mininya menetap di sebuah tulisan 'denda'.
"Tiga puluh ribu. Mana?" Telapak tangan Kafka maju ke depan wajah Vanda. Memaksa untuk diberi uang.
"Ah, mana ada. Nggak. Nggak. Uang gue cuma dua lima." Vanda menepis ke samping tangan Kafka. "AAAAA. NGGAK MAU, TITIK NGGAK PAKE KOMA."
"Tidak masalah kawan. Tetap berikan uangmu padaku. Aku akan menerimanya dengan senang hati berapa pun itu jumlahnya." Gerakan kafka akan mengambil alih uang Vanda di atas kasur tepat di sebelah duduk cewek itu terhalang. Vanda mendorong lagi lengan Kafka.

KAMU SEDANG MEMBACA
MADHAVA
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Madhava Catra Airlangga adalah cowok pendiam yang non ekspresif, namun berhasil menyabet kedudukan sebagai kapten basket. Ceritanya ia jatuh cinta diam-diam pada cewek tomboy dan galak. Vandana Dineschara sudah merebut hat...