'madhava; 48'

64 5 0
                                    

   Hai Van. Bisa ketemu gue di halte depan sekolah? Sepulang sekolah.

BIASANYA Vanda tidak akan memperdulikan pesan-pesan dari gmail karena hanya sebuah pesan-pesan tidak penting dari macam-macam aplikasi atau pun iklan. Namun, entah mengapa hari ini ada salah satu pesan dari gmail yang mana pesan itu mencuri perhatiannya. Dibukanya pesan itu, ia membaca dengan serius. Terlebih lagi ketika melihat siapa pengirimnya.

Madhavairlangga@gmail.com

Nama itu tertera diatas. Sejak pagi hingga siang, Dhava kembali berkelabat di kepala Vanda usai beberapa hari ini ia cukup mampu sedikit demi sedikit untuk melenyapkan cowok itu dari isi kepalanya. Hari ini benar-benar tidak bisa ia lakukan untuk tidak memikirkan Dhava. Terlalu sulit. Ntahlah apa yang membuat laki-laki itu memilih mengirimnya pesan melalui gmail bukan melalui whatsapp yang selalu mereka gunakan saling mengirim pesan dulu.

Pesan tadi pagi itu masih terus Vanda beri pandangannya dengan fokus. Dengan masker hitam dan tudung hoodie ia rapatkan di kepala. Sore ini ia duduk di halte depan sekolah. Sengaja mengenakan masker karena cewek itu tidak ingin ada yang mengetahui keberadaannya meskipun jika ada yang tahu ia tidak akan peduli bagaimana nantinya ia mendapat segala macam omongan tidak enak. Maka, lebih baik mengambil langkah aman, Vanda memilih mengenakan masker saja.

Area sekolah terlihat semakin sepi. Sudah banyak yang pulang ke rumah masing-masing. Baik menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum, atau pun berjalan kaki bagi yang memiliki daerah tempat tinggal tak jauh dari sekolah. Yang Vanda dapati dari kedua bola matanya, tersisa dua murid perempuan duduk di dekat gerbang masih menunggu jemputan atau angkutan umum. Entahlah.

"Kemana sih?" keluh Vanda.

Melipat kedua lengannya di depan dada. Vanda menengokkan kepala ke kanan dan ke kiri untuk menemukan wujud Dhava karena tak kunjung datang. Beberapa motor memasuki sekolah. Cowok-cowok di atas motor itu pada mengenakan jersey basket. Usai parkir mereka masuk ke dalam sekolah. Vanda menatap mereka mencoba menemukan wujud Dhava, tetap hasilnya tidak ia temukan. Malahan ia sempat bertemu pandang dengan seorang lelaki yang mana sangat tidak asing bagi Vanda. Adrian di sana, sempat mengambil bola basket yang jatuh melantai, membuat Adrian sempat menatap ke depan sekolah. Mereka berdua sempat bertemu pandangnya. Vanda segera memutus garis pandangnya ke arah lain. Saat Vanda kembali melihat ke dalam sekolah. Mereka semua sudah hilang dari sana. Masuk ke dalam.

      ─màdhavaňdá─

Cakra dengan mobil jeep hitam melaju kencang. Dua pria dengan postur tubuh sedang namun tinggi duduk di belakang, satunya lagi duduk di depan, samping kemudi yang otomatis posisinya di samping Cakra. Mereka menatap serius dan lurus ke depan. Menatap dua manusia itu dari pangtulan cermin mobil lalu berganti pada pria di sampingnya. "Lo bertiga siap?"

"Siap, Bos."

"Sesuai rencana. Lakuin selancar mungkin, sesantai mungkin. Ketika dia fokus jawab pertanyaan dari Anton, lo berdua tarik dia masuk ke dalam mobil."

        ─màdhavaňdá─

Melenyapkan laju mobil di samping bangunan sekolah. Kafka kemari karena ia tahu dari Vanda sendiri. Cewek itu memberi cerita pada Kafka mulai tentang gmail yang ia dapat dari Dhava untuk mengajak bertemu di halte sekolah. Satu jam lebih Vanda menunggu, tidak ada hilal wujud Dhava akan datang. Alhasil ia memilih memberi kabar kepada Kafka untuk lebih baik menjemputnya.

Dari dalam mobil Kafka menatap mobil jeep wrangler di depan halte. Seorang pria seperti memberi intruksi di dekat pintu mobil yang terbuka pada seseorang di dalam mobilnya. Sebelum benar-benar masuk, pria itu seolah melihat situasi sekitar lalu masuk ke dalam mobil. Jalanan yang tak terlalu ramai membuat mobil tersebut dengan leluasa mengambil kecepatan tinggi.

Jika kalian melihat pria itu, tidak akan menutup kemungkinan akan mengecap pria itu seperti penculik. Mulai dari gelagatnya anehnya hingga pakaiannya yang serba hitam. Tato entah bergambar apa Kafka lihat ada di lehernya. Tidak menemukan wujud Vanda di halte. Kafka memilih menyebrang jalan dengan langkah cepat setelah kepergian mobil jeep. Cowok itu dengan cepat berjongkok di atas trotoar melihat ada ponsel tergeletak di sana.

Meski jatuh dan sudah retak di pojok kiri bawah, ponselnya tetap menyala. Langsung menyajikan sebuah pesan di layar. Pesan yang sama persis seperti hasil tangkapan layar dari Vanda beberapa jam lalu untuknya. Detik berikutnya Kafka mendongak cepat memperhatikan kemana arah perginya mobil jeep tadi.

"Van ...?"

Diwaktu yang sama, di tempat berbeda. Bola basket sengaja Adrian lambungkan mengenai lengan Dhava yang sedang minum di pinggir lapangan. Membuat botol minum cowok itu jatuh dan seluruh isinya tumpah ke lapangan. Beberapa orang melihat mereka. Dhava menatap nyalang Adrian tanpa melempar sepatah kata pun. Hanya menununggu Adrian mendekat lalu melayangkan tinjuan kesal.

"Jangan marah."

"Masa ya, Dhav, tadi gue lihat cewek di halte depan. Mirip banget kayak Vanda. Tapi dia pake masker, tapi gue yakin dia kayak Vanda, Dhav. Lo janjian sama dia di sekolah?" tanya Adrian.

"Gak. Gak usah ngaco. Ngapain lo lempar bola?!"

"Kunyuk, jangan ngaling," umpat Adrian. "Gue serius, Dhav."

Mendapati raut wajah serius Adrian. Dhava mengambil langkah mendekati tasnya. Meraih ponsel di atas tas. Ia jadi memikirkan kemungkinan bila Vanda mengiriminya pesan untuk meminta bertemu. Sayangnya tidak ada pesan dari cewek itu. Untuk benar memastikan apa yang Adrian katakan. Dhava berlari ke luar sekolah. Mengabaikan seruan teman-temannya.

Menghentikan langkahnya di gerbang sekolah. Dhava malah melihat Kafka masuk ke dalam mobil tergesa-gesa. Tidak ada yang namanya wujud Vanda di sana. Tetapi, saat melihat Kafka ada di sini lalu memasuki mobil secara tidak santai. Ada tanda tanya besar yang bercokol di kepalanya. Cowok itu berusaha menghentikan laju mobil Kafka akan tetapi terabaikan. Dhava yakin sekali Kafka mengetahui dirinya, namun cowok itu tidak peduli.

Ting!

Suara itu dari ponsel yang ia gengam. Ia angkat ponsel lalu menampilkan pesan dari ... Cakra.

   Share location.
   Kita ketemuan sekarang.

TBC. Tinggalkan jejak_
untuk kamu; terima kasih sudah membaca

Arqastic

MADHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang