'madhava; 04'

158 8 0
                                    

UCAPAN terima kasih rasanya perlu dilakukan Dhava kepada guru pengajar hari ini atau kepada semesta? Jika perlu kepada semuanya saja, karena telah memberikan izin memiliki waktu lebih lama dengan Vanda. Dua nama: Vandana Dinescara dengan Madhava Catra Airlangga bersejajar di papan tulis untuk bekerja sama dalam satu kelomlok yang sama. Maka, pada saat ini Vanda harus duduk di sebelah Dhava bersama teman kelompok lainnya.

Masih sama sejak tadi pagi. Raut wajah ramah belum juga tersajikan di wajah Vanda, namun hal itu tidak membuat perasaan Dhava berubah. Sekali menanam perasaan pada satu orang, Dhava akan terus berjuang hingga mendapat buah yang indah. Tidak mudah untuk ia menanam kembali perasaan di lahan baru atau berbeda. Kesimpulannya, apa pun Vanda lakukan Dhava selalu suka bagaimana pun keadaannya. Vanda terlanjur membawa perasaan Dhava terkunci dalam hatinya. "Lo tulis aja siapa anggota kelompoknya."

Ruang yang sama, waktu yang sama, namun di sudut berbeda. Terdapat Andri senantiasa menyimak interaksi antara Dhava bersama Vanda dari jarak jauh. Cowok berciri khas rambut jambul itu sangat bisa membedakan sifat Dhava ketika bersama dan tidak bersama dengan Vanda. Dengan Vanda Dhava lebih dapat mengeluarkan banyak kata-kata tanpa menjadi manusia irit bicara. Dan bersama Vanda senyuman meski tipis lebih sering timbul pada wajah cowok itu dari pada ketika sendiri. "Doa terbaik untuk kalian."

"Mau tulis nama Airlangga di belakang nama lo boleh."

Dhava mengatakan hal bodoh di mata Vanda itu dengan wajah tetap fokus ke buku paket. Suara 'cie' dari teman satu kelompok dapat Vanda dengarkan. Lagi-lagi perilaku kekerasan terhadap calon pacar Vanda lakukanーmenghentakkan kakinya bukan di atas bumi melainkan di atas kaki Dhava. "Awsh. Sakitt."

"Mampus!"

Gangguan kalimat-kalimat tak nyaman dari teman-teman yang berdiri di pihak Dhava, di mana harus mendapatkan Vanda sangat mengusik cewek itu. Merasa tidak ada yang berpijak dipihaknya untuk menolak Dhava mendekatinya. Vanda tidak senang dalam situasi seperti ini. Godaan itu tak menyenangkan malah menyebalkan di mata Vanda.

'Dhavanya jangan dicuekin, Van.'

'Pdktnya dipererat bapak Dapa.'

'Kerja kelompoknya silahkan dikerjakan berdua saja dengan Vanda ye, Dap. Aing ikhlas.'

'Itung-itung mempererat pendekatan.'

"Kalian apa-apaan sih, lo pikir lucu ngomong begitu?" Terselimut perasaan geram terhadap manusia-manusia menyebalkan itu menciptakan sebuah keinginan dalam diri Vanda untuk beranjak dari tempat duduk. Embusan napas panjang ia lakukan lalu beranjak dari duduk. Saat fokusnya hanya pada laptop, Dhava menoleh ketika mendengar suara Vanda nampak tak baik-baik saja. Terselimut amarah di dalamnya.

"Vanda!" seruan dari salah satu anggota kelompok Dhava dan Vanda menyigapkan Dhava yang semula menatap Vanda dari belakang yang telah beranjak itu.

Dhava berdiri cepat mengambil posisi di belakang Vanda. Tangannya melingkar di depan dada Vanda. Satu kelas di buat terkejut dengan teriakan salah satu cewek tadi sekaligus dengan aksi Dhava detik ini. Dhava membawa kepalanya maju sedikit, mendekatkan bibir di depan daun telinga Vanda dan berbisik, "stop." Ketika tahu Vanda akan meronta minta di lepas, Dhava bergegas memberi titah untuk cewek itu agar tak bergerak dari posisinya saat ini. "Bocor."

Menangkap titah cowok itu, Vanda diam. Dan ketika mendengar ucapan selanjutnya, Vanda melipat kulit dahinya itu yang mana menciptakan sebuah ekspresi mengernyit bingung. Mulai berpikir keras tentang apa hal yang dimaksud Dhava. Oh shit, umpat Vanda dalam hatinya ketika mulai paham.

"Merah?" tanya Vanda.

"Banyak."

"Gimana dong? Malu." Vanda mulai merubah mimik wajahnya panik sekaligus khawatir. Namun, teriakan Adrian dari belakang kelas membawa kepala Dhava menoleh. Dengan tangkas Dhava menerima lemparan jaket miliknya dari Adrian. Sangat cepat pahamnya akan maksut Adrian melempar jaket itu, Dhava melakukan gerakan melingkarkan jaket itu di pinggang Vanda. Menutupi area bocor cewek tersebut. Entah ide dari mana, pastinya saat ini yang Dhava lakukan ialah membopong tubuh Vanda ala bridal style. "Ada gue."

MADHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang